Perhelatan KAA kali ini, diramaikan dengan pertunjukan 20 ribu angklung di Stadion Siliwangi Bandung dengan tajuk, “Harmony Angklung For The World,” harmonisasi alat musik angklung khas Bandung untuk dunia.
Kamis (23/4), sekitar jalan menuju Stadion Siliwangi dipadati oleh pelajar dari berbagai sekolah, komunitas, bahkan penyandang disabilitas di Bandung ikut meramaikan acara ini. Panitia acara Asian African Carnival 2015 memang menggandeng hampir seluruh lapisan masyarakat untuk berperan aktif. Selain meramaikan perayaan jelang Konferensi Asia Afrika pada Jum’at (24/4), acara juga digelar untuk memecahkan rekor dunia angklung yang dicatat dan dinilai langsung oleh MURI serta Guinness World of Record.
Angklung semakin mendunia sejak anggota Saung Angklung Udjo membawakan angklung berkeliling mancanegara. Bahkan sudah banyak warga asing yang datang ke Indonesia hanya untuk mempelajari keunikan angklung. Angklung hadir sebagai simbolisasi solidaritas dari Kota Bandung bagi dunia. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Arief Yahya dalam sambutannya menegaskan, “Angklung sudah dimainkan pada KAA 1955 dan diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia pada 2010. Karena itu, angklung milik Indonesia, bukan milik negara lain.”
“Bangsa Indonesia harus bangga dan merasa istimewa karena ada warisan budaya seperti angklung,” ucap Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung yang juga hadir dalam acara tersebut mendampingi Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan.
Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil berhasil membakar semangat para warga Bandung bekerja sama dengan Tim Angklung Saung Udjo, membawakan lagu daerah dan lagu nasional Indonesia di hadapan para perwakilan delegasi negara-negara lain dan tim penilai dari MURI dan Guinness Book of Record, Inggris.
Para peserta saat itu terlihat antusias saat Emil meminta mereka mengiringi lagu “We Are The World.” Teriakan semangat mereka terbukti berhasil memecahkan rekor 20 ribu angklung. “It’s officially amazing,” ucap Lucia, perwakilan dari Guinness World of Record mengakhiri acara.
Sementara itu, jalan utama Asia Afrika dan Braga, tempat perhelatan Konferensi Asia Afrika ke-60 berlangsung, sudah disterilkan dari umum. Jalan yang terlihat lengang dan bersih dari kendaraan maupun warga juga dijaga beberapa Paspampres dan petugas keamanan lain. Beberapa jalan pun seperti Jalan Otista ditutup untuk umum dan jalan menuju Pasar Baru sempat dialihkan sesaat untuk memberi jalan tamu kendaraan yang lewat. (Noni/Reza)