Mamuju (29/3). Sekretaris Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) Muhammad Idris mengapresiasi Training of Trainers (ToT) Da’i Peduli Inflasi yang digelar Bank Indonesia Perwakilan Sulbar bekerja sama dengan Pengurus Majelis Ulama (MUI) Provinsi Sulbar, di Hotel Grand Maleo Mamuju, Sulawesi Barat, pada Jumat (9/3). Training itu menekankan pemahaman masyarakat terkait inflasi.
Idris mengatakan, meski Sulbar peringkat enam dalam pengendalian inflasi tahun 2022, namun semua elemen tetap perlu waspada apalagi pada hari-hari penting seperti Ramadan dan Idul Fitri, “Daerah ini harus dijaga sehingga tidak terlena dalam kondisi inflasi yang tinggi. Apalagi momen Ramadan dan Idul Fitri konsumsi masyarakat akan meningkat,” ujar Idris.
Menurutnya, hal itu berbeda dengan negara mayoritas muslim lainnya, tidak ada peningkatan konsumsi masyarakat pada momen tersebut. Karena itu, ia mengimbau para dai agar semakin objektif, dengan mengajak masyarakat terhindar dari perilaku mubazir meski untuk memperbaiki inflasi.
Senada dengan Idris, Sekretaris MUI Sulbar Muh Sahlan mengatakan, inflasi juga menjadi ancaman jika pola konsumsi masyarakat menyebabkan harga pangan naik. Kegiatan itu, ia menambahkan, penting karena masyarakat dibekali pengetahuan terkait inflasi dan penanganannya.
“Harga selalu melonjak setiap Ramadan, nah ini yang mau disampaikan kepada masyarakat bahwa Ramadan atau tidak, pola konsumsi kita harus tetap stabil sehingga harga pangan tidak naik,” katanya.
Sahlan berharap, para dai atau mubaligh peserta training bisa memberikan pencerahan kepada masyarakat agar pola konsumsi tetap stabil dalam kehidupan sehari-hari di bulan Ramadan dan terhindar dari perilaku mubazir.
Selain inflasi, Idris melanjutkan, daerah itu perlu penanganan masalah bersama yang melibatkan tokoh agama. Salah satunya, stunting, pernikahan dini, dan angka putus sekolah (ATS) yang meninggi. “Jadi training ini sebetulnya tematik. Kita di Sulbar ini terlalu banyak masalah yang membuat kita harusnya masif melibatkan para ulama setempat,” ujar Idris.
Menurut Idris, ulama atau dai mampu berdaya membantu penanganan stunting melalui edukasi langsung ke masyarakat. “Apalagi angka pernikahan dini dan angka putus sekolah di Sulbar juga tinggi,” ujarnya. Ia berharap masalah tersebut mampu terurai dan angka tersebut menurun.
Sementara itu, LDII Sulbar yang diwakili H. Bambang Cahyadi mengatakan, kegiatan itu bermanfaat membuka wawasan para dai tentang masalah yang sedang terjadi masyarakat. “Para dai perlu menyampaikan kepada umat untuk tidak panik dalam berbelanja dan harus bijak dalam mengkonsumsi untuk menekan laju inflasi,” ujar Bambang.
Para dai atau ulama memang harus terus update dengan referensi baru terkait permasalahan-permasalahan di daerah. “LDII menyambut baik dan akan menyosialisasikan hal ini pada warga. Semoga inflasi bisa ditekan, begitu pula masalah stunting, pernikahan dini dan anak tidak sekolah. Perlu keterlibatan banyak pihak untuk mengurai permasalahan ini,” ujarnya.