Nagoya (13/4).Warga LDII di Provinsi Aichi, Jepang, menggelar Salat Idul Fitri 1445 Hijryaiah. Kegiatan ibadah tersebut dilaksanakan di lapangan wilayah Okagie, Kota Kariya, yang masih merupakan bagian dari Provinsi Aichi.
Ketua DPP LDII Singgih Tri Sulistiyono, yang saat ini mengajar di Universitas Nagoya, berbagi pengalaman menarik dalam mengikuti kegiatan warga LDII tersebut.
Di provinsi yang beribu kota Nagoya itu, ia menyaksikan khatib dan penasehat Ustadz Zulia Aziz Kholison dan Ustadz Roidotul Nur Rohman menyampaikan pesan Idul Fitri yang sarat makna bagi umat Islam di Jepang, khususnya dalam menjaga hubungan baik dengan sesama manusia serta memperkokoh iman dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Menurut Singgih yang juga Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro itu, ada beberapa ajakaan dan himbauan yang disampaikan oleh khatib dan penasehat.
Mereka mengingatkan agar umat Islam di Jepang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah, serta memperkuat hubungan sosial dengan sesama manusia. Di Jepang, di mana umat Islam berada di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas bukan Muslim, dakwah melalui akhlak yang mulia sangatlah penting.
Mereka juga mengajak umat Islam bertoleransi dan menghargai perbedaan, baik itu dalam hal ras, suku bangsa, budaya, tingkat ekonomi, maupun agama dan kepercayaan.
Di Jepang, toleransi dan saling menghargai perbedaan sangat ditekankan. Masyarakat Jepang terkenal sangat toleran, menghormati, menghargai orang lain, dan mengikuti aturan serta norma yang berlaku dengan disiplin.
“Jadi janganlah masyarakat Indonesia ini kalah dengan masyarakat Jepang. Masyarakat Indonesia yang terkenal lebih religious daripada masyarakat Jepang harus lebih toleran, rukun, menyaudara, jujur, amanah, saling membantu, dermawan dan sebagainya,” ujar Singgih.
Dalam khotbah juga disampaikan dan ditekankan pentingnya menunjukkan akhlak yang baik dan mematuhi peraturan yang berlaku, sambil tetap menjaga kesucian agama.
Ustadz Nur Rohman mengajak umat Islam di Nagoya memperlihatkan akhlak yang mulia dan patuh terhadap peraturan masyarakat dan pemerintah. “Namun, kita juga harus menjaga diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan yang dapat melanggar agama. Misalnya, dalam memilih makanan di Jepang, kita harus berhati-hati untuk memilih makanan yang halal, dalam pergaluan juga harus menunjukkan sikap sebagai insan yang beradab.” jelasnya.
Sementara itu dalam menghadapi budaya dan tradisi Jepang yang kadang tampak berbeda dengan nilai-nilai Islam, juga diimbau menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara menjalankan prinsip agama dan tetap menghormati tradisi setempat.
“Dalam kehidupan sosial, masyarakat Jepang telah menjalankan nilai-nilai Islam seperti jujur, amanah, kerja keras tetapi tidak boros, disiplin, tepat waktu, saling menghormati dan sebagainya,” ujar Nur Rohman.
Menurut Singgih, umat Islam di Jepang perlu untuk tetap menjaga diri dan menghormati budaya setempat tanpa melanggar prinsip agama. Ini merupakan wujud dari toleransi dan kedamaian yang dicita-citakan bersama.
“Tunjukkan bahwa Islam adalah rakmatan lil alamin. Dan itu bisa diwujudkan dengan perilaku akhlaqul karimah, bukan semata dengan ceramah,” pungkas Singgih.
Semoga umat islam di jepang semakin maju berkembang ilayaumilkyamah.
Alhamdulillah, warga LDII berkembang di seluruh belahan dunia..
Semoga tambah lancar barokah, dan semua warga ldii memiliki akhlaqul karimah & ‘alim faqih….
Warga LDII pasti bisa beradaptasi dan diterima di masyarakat manapun selama bisa menerapkan 29 karakter luhur. Semoga semakin lancar barokah ila yaumil qiamah.
Alhamdulilaah semoga Barokah 🤲
Saya yakin bahwa warga LDII yang tinggal di Jepang bisa bertoleransi dan membaur dengan masyarakat di Jepang.
Semoga barokah