<<Cerita sebelumnya
Kaum Muslimin kecewa karena terhalang oleh pintu dan benteng tinggi. Lalu bersiap pulang menuju perkemahan mereka. Saat itu mereka terkejut; 300 pasukan berkuda mereka hilang. Setelah dicari, ternyata semua gugur sebagai syuhada. Walau begitu cukup banyak rampasan perang yang didapatkan.
Khalid mengimami shalat-mayat untuk para syuhada, lalu memimpin penguburan masal. Di malam yang mendebarkan itu kaum Muslimiin istirahat di dalam tenda-tenda. Yang ditugaskan jaga-malam, Abdur Rohman bin Abi Bakr, Mamar bin Rasyid, dan 100 pasukan Jaisyuzzachf.
Ketika mereka mengelilingi tenda-tenda dengan berkuda, terkejut oleh munculnya Abdul-Malik (Rumas) penguasa kota Bushra. Dia bertanya, “Di mana Khalid?.”
Mereka menjawab dan membawa dia menuju Khalid. Abdul-Malik mengucapkan salam dan berkata, “Wahai Pimpinan! Setelah saya bertemu Tuan, saya dipaksa oleh kaum saya: ‘Tinggallah di rumah! Jika menolak, akan kami bunuh!’. Saya pun tinggal di rumah yang kebetulan bersebelahan dengan benteng. Ketika terjadi pertempuran dan kaum saya telah kabur memasuki benteng dan malam telah kelam; saya perintah pada pelayan-pelayan saya agar membobol benteng dan membuka pintu gerbangnya. Melalui pintu itu, saya keluar dan datang kemari. Sekarang perintahlah orang-orang kepercayaan Tuan, agar ikut saya. Untuk memasuki benteng.”
Khalid memerintahkan agar Abdur Rohman memimpin 100 orang, untuk mengikuti Rumas (Abdul-Malik). Mereka telah bergerak menuju istana Abdul-Malik. Dhirar bin Al-Azwar ada di dalam rombongan tersebut. Setelah memasuki istana, Abdul-Malik membuka gudang-senjata. Beberapa senjata dikeluarkan untuk diberikan pada mereka.
Abdur Rohman membagi rombongan yang terdiri 100 orang, menjadi empat. Masing-masing terdiri dari 25 orang. Dia berpesan, “Jika kalian mendengar takbir, bertakbirlah!.”
Abdur Rohman didampingi oleh Abdul-Malik, mencari tangga untuk naik benteng yang di bawahnya ada rumah Dirjan. Di belakang mereka berdua; 24 pasukan yang di dalamnya ada Dhirar dan Syurachbil.
Dirjan terkejut oleh kedatangan mereka, dan membentak Abdul-Malik, “Kurangajar! Kau dan semuanya!.”
Abdul-Malik berkata, “Saya membawa sahabat karib yang ingin menjumpai kau.”
Dirjan berkata, “Jangan macam-macam! Siapa orang yang kau maksud?.”
Abdul-Malik berkata, “Beliau ini Putra Abi Bakr Asshiddiq.”
Dirjan bergerak cepat menyerang Abdur Rohman, tetapi semua serangan dengan pedangnya dipatahkan. Bahkan dia terkejut oleh tebasan pedang Abdur Rohman yang mendarat cepat membelah wajah dan memotong lehernya. Ketika sekarat bermandi darah, tubuh Dirjan bergerak sebentar; mulutnya bersuara, “Khakh.”
Abdur Rohman bertakbir; Abdul-Malik juga bertakbir; pasukan Muslimiin di luar rumah juga bertakbir dengan keras. Bebatuan dan pepohonan memantulkan suara takbir mereka. Pasukan Muslimiin yang telah meninggalkan tenda-tenda juga bertakbir.
Ketika Khalid dan pasukannya bertakbir; pelayan-pelayan Abdul-Malik telah berhasil membukakan pintu-pintu-gerbang benteng. Khalid dan pasukannya memasuki benteng; pasukan Bushra di dalamnya terkejut ktakutan dan berteriak, “Ampun! Ampun!.”
Tubuh mereka bergetar dan wajah mereka pucat.
Cerita Selanjutnya>>
sumber: mulungan.org