Sehari-semalam, Kalus dan 5.000 pasukannya singgah di Chimsh (Homs). Ketika pagi telah terang, dia membawa pasukannya berarak-arak menuju Baklabak (Balbek).
Kota Baklabak telah dipenuhi lautan manusia. Sejumlah wanita menangis sambil menampar pipi. Mereka berkata, “Yang mulia! Pasukan Arab telah merebut kota Arakah, Chauran, dan Bushra!.”
Kalus terkejut dan bertanya, “Bagaimana mungkin mereka mampu mengalahkan pasukan Chauran dan Bushra?.”
Sambil menangis, mereka menjawab, “Kaum yang Tuan maksud, menyerang terus tak kenal lelah. Pimpinan mereka telah bergerak kemari dari Iraq. Dialah yang telah merebut kota Arakah!.”
Kalus bertanya, “Siapa nama dia?!.”
Wanita-wanita menjawab, “Khalid bin Al-Walid,” dengan serempak.
Kalus bertanya, “Berapa jumlah pasukannya?.”
Mereka menjawab, “Seribu limaratus pasukan berkuda.”
Kalus bersumpah, “Demi kebenaran Al-Masih! Leher dia akan saya potong, kepalanya akan saya jadikan hiasan ujung tombakku!.”
Kalus menggiring arak-arakan pasukannya menuju Damaskus. Kota megah itu penduduknya siaga penuh. Yang berkuasa di negri tersebut Bathriq Azazir di bawah kendali Raja Hiraqla.
Azazir didampingi sejumlah pejabat tinggi menyambut kedatangan Kalus. Di situ, surat perintah Raja Hiraqla dibacakan. Dengan sombong, Kalus bertanya, “Bukankah kalian akan senang jika saya memerangi dan mengusir musuh kalian dari negri kalian ini?!.”
Jawaban mereka meledak, “Betul!” menggemuruh.
Kalus berkata, “Kalau begitu suruhlah agar Azazir pergi! Saya yang akan memerangi mereka dengan pasukan saya! Tak seorang pun boleh campur-tangan mengenai urusan ini!.”
Beberapa orang menjawab, “Tuan! Bagaimana mungkin pimpinan kami disuruh pergi? Padahal musuh sudah bergerak kemari?.”
Azazir marah-marah di depan Kalus yang sombong. Sebelum itu mereka telah sepakat akan memerangi kaum Arab bergantian. Sehari dilawan oleh Kalus dan pasukannya. Hari berikutnya dilawan oleh Azazir dan pasukannya.
Dua Pejabat Tinggi Berundian – Invasi ke Negeri-negeri Syam 13
Penduduk Damaskus marah. Lautan pasukan mereka berbaris-baris memanjang kira-kira satu farsakh (tiga mil). Mereka mengira yang akan datang Abu Ubaidah dan pasukannya. Ternyata yang muncul Khalid dan pasukannya.
Saat itu, Rifaah bin Muslim tergolong kaum yang bergabung pada pasukan Khalid.
Pasukan Damaskus yang berjumlah banyak sekali mendekati Khalid dan pasukannya. Perisai Khalid bernama Maslamah telah diangkat. Khalid teriak pada pasukannya, “Inilah hari istimewa yang takkan ada lagi yang menandingi keistimewaannya! Pasukan berkuda mereka akan segera melancarkan serangan! Ayo kita berjihad! Tolonglah Allah! Agar Allah menolong kalian! Bergabunglah pada orang yang menyerahkan diri pada Allah! Sepertinya bala-bantuan untuk kalian di bawah pimpinan Abu Ubaidah, akan segera datang kemari!.”
Banyak pasukan Damaskus yang terkejut saat Khalid beriak keras menggerakkan pasukannya. Mereka makin terkejut ketika tiba-tiba Syurachbil, Abdur Rohman, dan Dhirar bin Al-Azwar, melancarkan serangan ganas bertubi-tubi. Dalam waktu cepat Dhirar telah membunuh lima pasukan berkuda di kanannya; dan lima pasukan berkuda di kirinya. Serangan selanjutnya, oleh Dhirar diarahkan pada enam orang di depannya. Perlawanan mereka dikalahkan dengan jurus-jurus mematikan. Dalam waktu cepat mereka tewas.
Sejumlah anak-panah dari pasukan Damaskus diluncurkan bertubi-tubi untuk menghentikan serangan Dhirar.
Dhirar berhenti; Khalid mengucapkan rasa sukur pada Dhirar. Lalu perintah pada Abdur Rohman, “Serbulah mereka! Semoga Allah memberi barakah padamu!.”
Abdur Rohman bergerak cepat mengayun-ayunkan pedang. Beberapa lawan berguguran karena amukannya yang terlalu dahsyat.
Khalid mempersiapkan serangan. Tombaknya telah diangkat lalu diayun-ayunkan. Ketangkasan dan keberanian Khalid yang luar-biasa, membuat pasukan Damaskus ketakutan.
Setelah melihat Khalid melancarkan serangan-mematikan, yang menewaskan sejumlah pasukan yang banyak, Bathriq Kalus mengenal Khalid yang dicari-cari. Kalus takut karena Khalid bergerak cepat mendekat. Kalus berlari ke belakang; seorang bathriq bawahannya maju untuk menghalang-halangi serangan Khalid. Sejumlah anak-panah melesat bertubi-tubi kearah Kahlid. Subhanallah, Khalid tidak memperdulikan sejumlah anak-panah yang melukai. Dia justru meningkatkan serangan ganasnya hingga duapuluh pasukan tewas berguguran.
Khalid memaksa kudanya agar berlari-cepat ke pertengahan antara barisan kawan dan lawan. Kudanya loncat mengikuti kemauan Khalid. Khalid menantang perang satu lawan satu. Tak seorang pun dari mereka berani mengabulkan tantangannya. Mereka berkata, “Yang akan kami hadapi selain dia!.”
Khalid menjawab, “Goblok! Masyak kalain takut pada saya yang hanya sendirian! Kami semua sama! Kalau berperang membahayakan!.”
Kebanyakan mereka tidak menjawab karena tidak memahami perkataan Khalid.
Azazir mendekati Kalus untuk berkata, “Bukankah kau telah diperintah oleh raja untuk memimpin pasukan yang dikirim kemari, untuk memerangi kaum Arab? Ayo maju! Lindungi negri dan rakyatmu!.”
Kalus menjawab, “Kau yang lebih berhak memerangi mereka, karena kau telah lebih dulu memerangi mereka. Semula kau berjanji takkan memerangi kaum Arab, kecuali jika Raja Hiraqla telah memberi ijin! Sekarang ijin telah turun dan suratnya sudah dibacakan! Ayo lawanlah mereka!.”
Sejumlah pasukan Damaskus berkata pada mereka berdua, “Diundi saja! Yang berkewajiban memerangi pimpinan kaum Arab, yang undiannya keluar!.”
Kalus berkata, “Jangan begitu! Sebaiknya kita berdua bersatu melawan dia! Demikan itu lebih menakutkan dia!.”
Kalus takut jika perkataannya sampai ke telinga Raja Hiraqla, hingga berakibat dirinya dipecat atau dibunuh.
Dia dan Azair berundi, namun yang keluar undian dia.
Azazir perintah, “Kau yang bertugas melawan dia! Majulah! Tunjukkan keahlianmu bermain pedang!.” Cerita Selanjutnya>>
sumber: mulungan.org