Kediri (26/7). Radikalisme, terorisme dan intoleransi masih menjadi masalah dalam kehidupan beragama di Indonesia. Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Barokah bekerja sama dengan Dit Binmas Polda Jatim menyelenggarakan penyuluhan, mengenai masalah tersebut kepada para santri pada Selasa (23/7), di Gedung Wali Barokah, Kota Kediri, Jawa Timur.
Ketua Ponpes Wali Barokah, KH Sunarto mengatakan, pihaknya menyambut baik kegiatan tersebut. Selain dapat menambah pengayaan dan wawasan tentang bahaya radikalisme, penyuluhan dari kepolisian tersebut untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di lingkungan pesantren.
“Kami menyadari tantangan ke depan selain narkoba, ada pihak tertentu yang ingin mengganti falsafah dasar negara yaitu Pancasila menjadi negara yang berdasarkan agama,” ungkap KH Sunarto.
Menurutnya, Ponpes Wali Barokah sejak awal berdiri sampai sekarang — dan insya Allah sampai seterusnya — tidak berniat sedikitpun mengubah falsafah negara, karena memiliki dua prinsip. “Prinsip beragama Islam sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, serta prinsip kebangsaan menjaga Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dam keuntuhan NKRI. Keberagaman bangsa Indonesia inilah yang kita terus tanamkan kepada para santri yang berdatangan dari berbagai penjuru tanah air,” jelasnya.
Ia menambahkan, dengan prinsip tersebut, manfaat yang dirasakan para santri adalah kerukunan, kekompakan, dan kerja sama yang baik di antara sesama. Apalagi dalam kegiatan penyuluhan tersebut diikuti oleh perwakilan santri baru. Mereka perlu diberikan pemahaman, dalam ruang lingkup kecil di dalam pondok.
Contoh dalam hal toleransi, dengan jumlah santri ribuan dan berasal dari berbagai penjuru Nusantara, toleransi itu sesungguhnya menghargai dan menghormati atas perbedaan di antara sesama. KH Sunarto tidak pernah mengambil kebijakan-kebijakan yang bersifat diskriminatif, membeda-bedakan. “Sesepuh kami yang juga Ketua MUI Pusat KH Anwar Iskandar selalu mengatakan, yang beda jangan disamakan, yang sama jangan dibeda-bedakan, itulah arti penting dari sebuah toleransi,” ujarnya.
Perkembangan teknologi saat ini berdampak pada anak-anak muda dalam menyikapi segala informasi. Sejak dulu Ponpes Wali Barokah sudah menganjurkan agar para santri memanfaatkan media sosial secara baik, untuk kepentingan-kepentingan yang memang selaras dengan ajaran agama.
“Kemudian hal-hal yang sekiranya tidak baik harus dihindari semaksimal mungkin. Maka selama dalam masa belajar di Ponpes Wali Barokah, para santri dilarang membawa atau menyimpan HP,” tutur KH Sunarto.
“Misal ingin berkomunikasi dengan keluarga atau sahabatnya, pondok menyiapkan jam-jam khusus dengan batasan-batasan tertentu untuk menyapa melalui HP kantor,” tambah KH Sunarto. Dalam kesempatan tersebut, KH Sunarto juga mengajak para hadirin untuk meriakkan yel-yel semangat kebangsaan dan bangga menjadi warga negara Republik Indonesia.
Hadir dalam kegiatan ini, Dit Binmas Polda Jatim yang diwakili Kasubditbintibsos Dit Binmas Polda Jatim AKBP Bahrun Nasikin, Ketua DPD LDII Kota Kediri H. Agung Riyanto beserta jajaran pengurus DPD-PC-PAC se-Kota Kediri, Pemuda dan Wanita LDII Kota Kediri, dan sekitar 500 santri pondok. (Mzdha)