Kediri (28/7). Angka pernikahan dari tahun ke tahun cenderung menurun, karena generasi muda menunda pernikahan. Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo usai webinar “Cegah Stunting Membangun Generasi Sehat dan Cerdas Wujudkan Indonesia Emas 2045”, di Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Barokah, Kediri, Jawa Timur, pada Sabtu (27/7).
“Faktor pertama itu pendidikan, data menunjukkan bahwa semakin pendidikannya tinggi. Maka semakin tertunda pernikahannya,” kata Kepala BKKBN Hasto yang juga dokter spesialis kandungan dan kebidanan itu.
Kedua, kata dia, adalah faktor tempat tinggal juga turut mempengaruhi. Ia mengatakan seseorang yang tinggal di pusat kota, semakin tertunda pernikahannya, ini kebalikan dari yang tinggal di pedesaan, “Semakin ke pelosok menunjukkan semakin lebih cepat menikah. Sebaliknya, mereka yang tinggalnya di kota dengan keramaian dan hiburan yang banyak, semakin tertunda keinginan untuk menikah,” ujarnya.
Kemudian ketiga, lanjut dia, faktor kaya dan tidak kaya. Ia mengakui faktor ketiga ini aneh tapi nyata, “Semakin dia kaya bukan semakin cepat nikah, tapi malah semakin delay. Atau dia mencari kekayaan dalam waktu panjang. Sebaliknya, semakin tidak kaya maka semakin cepat menikahnya,” katanya menegaskan.
“Jadi ada tiga faktor itu yang mempengaruhi, mungkin kalau secara nasional kita kan turun dari tahun 2013 yang nikah 2,2 juta setahun. Data terakhir yang nikah 1,54 juta, barangkali ada pada faktor tadi.”