Amir bin Thufail veteran Perang Damaskud berkisah, “Saat itu saya berada dipertengahan pertempuran tersebut. Posisi saya berada di barisan bagian tengah. Saya dan kawan-kawan menyaksikan perkelahian antara Khalid dan Azazir. Ketika Azazir memacu kuda secepat-cepatnya; Khalid mengejar dengan kuda yang larinya kalah cepat. Kami memacu kuda untuk menyaksikan yang akan terjadi. Ternyata Azazir tampak sombong.”
Azazir berkata di dalam hati, “O Allah! Orang kampung itu pasti takut saya! Saya akan menunggu, siapa tahu dia datang kemari! Dia akan saya tangkap! Semoga Al-Masih menolong saya!.”
Khalid datang dengan kudanya yang basah oleh keringat yang bercucuran. Ketika Khalid mendekat; Azazir membentak, “Hai orang Arab! Jangan menyangka saya lari karena takut kau! Adanya saya belum membunuh kau karena kau masih muda! Kasihanilah dirimu sendiri! Tapi kalau kau ingin mati; saya yang akan menggiring kau pada kematian! Saya pencabut nyawa! Saya malaikat maut!.”
Khalid turun dari kudanya sambil menghunus pedang. Dengan gagah berani, Khalid mendekati Azazir. Azazir makin yakin bahwa dirinya akan mampu membunuh Khalid.
Azazir memacu kudanya untuk mengelilingi Khalid yang berjalan-kaki. Pedangnya telah ditebaskan kearah kepala Khalid agar terbelah. Azazir terkejut karena kepala Khalid bergeser menjauh dan ada teriakan keras. Tahu-tahu tubuh Azazir terpental bersama kuda yang kaki-kakinya putus oleh tebasan pedang Khalid yang tajam.
Azazir bangkit untuk lari kencang menuju pasukannya. Namun gerakannya terhalang oleh tangan Khalid yang memegang erat. Dengan terengah-engah dia mendengar Khalid membentak, “Hai musuh Allah! Malaikat yang namanya kau pinjam, telah marah padamu! Sadarilah bahwa dia telah datang kemari untuk mencabut ruhmmu! Kau akan dimasukkan kedalam Jahannam!.”
Khalid hampir membanting Azazir ketanah. Namun pasukan Damaskus bergerak, untuk menyerang Khalid dan melepaskan pimpinan mereka. Di depan pasukan Damaskus, Khalid menodong Azazir dengan pedang.
Pasukan Damaskus takut Khalid memotong leher Azazir. Dan terkejut oleh datangnya bala-bantuan untuk Khalid, di bawah pimpinan Abu Ubaidah bin Al-Jarrach, dari kota Bushra.
Pasukan Abu Ubaidah bergerak cepat untuk melawan pasukan Damaskus yang segera mundur teratur lalu kabur.