Nganjuk (24/8). Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Jawa Timur, Supratomo membuka Grand Final Sirkuit Persinas ASAD Usia Praremaja. Perhelatan tersebut digelar di Padepokan Pencak Silat Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ubaidah, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur pada Sabtu (24/8).
Pada kesempatan itu ia menyampaikan para pesilat harus memiliki karakter yang kuat, untuk menjaga marwah dan melestarikan pencak silat, “Jadi dimanapun dia berada, entah itu di gelanggang, entah itu di jalan, entah itu dimana saja, nilai-nilai pencak silat harus melekat. Kalau nilai-nilai pencak silat melekat pada diri adik-adik pesilat, maka tidak mudah diadudomba dan tersulut emosi, karena sudah memiliki karakter yang kuat,” pesannya.
Menurut Supratomo, Grand Final Sirkut Persinas ASAD adalah jalur para pesilat untuk mengukur kemampuan dalam bertanding, berupa teknik, fisik dan strategi, “Untuk itu adik-adik harus terus berlatih agar dapat menampilkan performa yang terbaik. Terlebih, jangan berpikir menjadi juara, tetapi performa yang terbaik itu yang harus dibangun,” ujarnya.
Supratomo juga mengapresiasi Persinas ASAD yang selama ini berkontribusi mencetak para pesilat yang berprestasi melalui pembinaan dan kejuaraan, “Tentu saja IPSI Jawa Timur sangat terbantu oleh pesilat-pesilat Persinas ASAD yang terus berproses untuk menjadi yang terbaik, untuk mengharumkan nama Jawa Timur dan bangsa Indonesia,” tutupnya.
Terkait karakter yang kuat, Pengasuh Pondok Pesantren Al Ubaidah, Habib Ubaidillah Al Hasany menegaskan akhlakul karimah atau berbudi pekerti luhur merupakan hal utama yang harus dimiliki para pesilat, “Dunia persilatan itu tidak hanya persoalan menjadi kuat. Tetapi menjadi indah, menjadi pemersatu bangsa bahkan menjadi pemersatu agama. Kalau di pesantren bisa menjadi pemersatu antar pesantren,” tutur Habib Ubaid, panggilan akrabnya.
Ia merasa bahagia, apabila Padepokan Pencak Silat Ponpes Al Ubaidah menjadi tuan rumah berbagai kegiatan pencal silat, termasuk penyelenggaraan Grand Final Sirkuit Persinas ASAD. Ia membuka pintu lebar apabila padepokan tersebut dimanfaatkan kegiatan maupun kejuaraan bagi perguruan pencak silat lainnya. Sebab, menurutnya Habin Ubaid, pendiri Pondok Pesantren Al Ubaidah, yakni KH Nurhasan Al Ubaidah, juga seorang pendekar, “Sudah sepatutnya Ponpes Al Ubaidah memberikan sarana dan prasarana untuk pencak silat,” ujar Habib Ubaid.
Dalam kesempatan itu, Ketua Pengprov Persinas ASAD Jawa Timur, Dedid Cahya Happyanto, mengatakan bahwa provinsi Jawa Timur adalah milik bersama. Persinas ASAD dengan perguruan pencak silat lainnya berkomitmen membangun kerukunanan, kekompakan, persatuan dan kesatuan, untuk Jawa Timur dan berprestasi bersama, “Keguyuban ini tercermin bahwa semuanya baik, dengan dicontohkan semua ketua perguruan dengan IPSI Jawa Timur. Insha Allah ke depan kita bisa lebih baik lagi,” katanya.
Dedid menjelaskan kejuaraan sirkuit pencak silat usia praremaja merupakan salah satu upaya memperbaiki pola pembinaan sekaligus membangun pesilat Persinas ASAD yang berprestasi. Menurutnya membentuk karakter pesilat yang terbaik di usia praremaja, atau di usia 12-14 tahun.
“Masuk usia praremaja itu mudah untuk dibentuk. Dan yang paling utama adalah bagaimana menjadi pesilat yang berkarakter luhur dan berakhlakul karimah. Para pesilat juga mengikuti latihan-latihan yang rutin, setiap latihan kemudian dievaluasi untuk mengontrol perkembangan para pesilat,” imbuhnya.
Pada acara tersebut juga dilakukan peresmian Padepokan Pencak Silat Ponpes Al Ubaidah, ditandai penandatangan prasasti oleh Ketua Umum IPSI Jawa Timur Supratomo, didampingi sejumlah ketua perguruan pencak silat nasional yang berada di Jawa Timur.
Paling utama dalam segala hal adalah berkarakter luhur dan berakhlakul karimah, apalagi pencak silat yang identik dengan adu fisik harus memiliki akhlakul karimah.