Kaisar Heraclius dari kekaisaran Romawi lahir tahun 574 M atau 4 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad, dan meninggal tahun 641 M atau 9 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad. Artinya, keduanya hidup pada saat yang bersamaan.
Penguasa dunia kekaisaran Romawi dibagi menjadi dua periode. Periode kekaisaran Romawi Barat sejak tahun 27 SM sampai dengan kejatuhannya tahun 476 M, dan periode kekaisaran Romawi Timur sejak tahun 476 M sampai kejatuhannya tahun 1453 M oleh Khilafah Utsmaniyah sebagai penguasa dunia baru. Jadi Heraclius yang dalam hadits disebut Hiroqla adalah Kaisar Romawi pada periode kedua.
Jika sekarang dipetakan, kekaisaran Romawi membentang di 43 negara: Albania, Algeria, Andorra, Armenia, Austria, Azerbaijan, Belanda, Belgia, Bosnia dan Herzegovina, Bulgaria, Hongaria, Inggeris, Irak, Israel, Itali, Jerman, Kroasia, Lebanon, Libia, Liechtenstein, Luksemburg, Maroko, Masedonia, Malta, Mesir, Moldova, Monaco, Montenegro, Perancis, Portugal, Romania, San Marino, Serbia, Siprus, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Switzerland, Siria, Tunisia, Turki, Vatican, dan Yunani, Luar biasa! Indonesia? Tidak termasuk, karena kejauhan.
Dengan ditanda-tanganinya perjanjian Hudaibiah tahun 628 M, Nabi menggunakan masa damai itu untuk amar ma’ruf. Kurir dengan membawa surat dari Nabi Muhammad dikirim ke negara-negara tetangga. Salah satunya ke Kaisar Hiroqla yang berkedudukan di Yerusalem, Palestina.
Seterimanya surat dari Muhammad, Hiroqla kemudian mengundang pembesar Quraisy termasuk Abu Sofyan yang saat itu sedang ada Syam atau sekarang Suriah. Berikut petikan tanya jawab antara Hiroqla dengan Abu Sofyan, yang masih ada hubungan darah dengan Nabi Muhammad, tetapi memusuhinya:
1. ”Saya bertanya tentang asal-usulnya”. Seperti diketahui bahwa Muhammad adalah dari suku Quraisy yang lahir dalam keadaan yatim karena ditinggal ayahnya Abdullah bin Abdul Muthallib saat Muhammad masih dalam kandungan ibunya Aminah. Muhammad kemudian dibesarkan pamannya Abu Thalib. Singkat cerita, Abu Sofyan menjawab bahwa Muhammad berasal dari keluarga terpandang.
2 “Apakah diantara kaumnya ada yang pernah mengaku Nabi?”. Kekaisaran Romawi baru lahir hanya kurang dari 3 dekade sebelum Nabi Isa lahir. Benar, Romawi memburu Isa. Bahkan geer menyatakan menyalib Isa. Tetapi pada saat Hiroqla menjadi kaisar, Kristen sudah menjadi agama resmi kekaisaran, dan Hiroqla adalah pemeluk agama Kristen yang taat. Sementara itu di Makkah, masyarakatnya justru menyembah bebegig, patung bebatuan. Jadi boro-boro ada yang mengaku dirinya Nabi. Maka atas pertanyaan Hiroqla itu Abu Sofyan menjawab tidak ada.
3. ”Pernahkah dia berkata bohong kepada kalian?”. Demikian jujurnya Muhammad, sampai-sampai dalam berdagang, misalnya, Muhammad menyebutkan harga belinya. Tanpa ada mark-up. Karena kejujurannya, kaum Quraisy menjulukinya Al-Amin atau orang yang dapat dipercaya. Maka Abu Sofyan menjawab bahwa Muhammad tidak pernah berbohong.
4. ”Apakah dia berasal dari garis keturunan raja-raja?”. Muhammad adalah garis dari Adam sampai Ibrahim-Ismail. Tidak ada satupun dari garis keturunan Ismail sampai Muhammad yang menjadi raja. Berbeda dengan garis Ibrahim-Ishaq yang didalam garis keturunannya ada yang berdarah biru menjadi raja, diantaranya Raja Daud dan anaknya Raja Sulaiman. Maka itu Abu Sofyan menjawab bahwa Muhammad bukan dari garis keturunan raja-raja.
5. ”Siapa yang mengikutinya?”. Memang benar, diantara pengikut Muhammad ada orang-orang kaya, tetapi jumlahnya sedikit sekali. Bisa dihitung jari. Misalnya Khadijah isteri pertamanya yang saudagar kaya-raya. Menyusul kemudian Usman bin Affan yang sekali shodaqoh 400 ekor unta. Tetapi kebanyakan pengikut Muhammad adalah ad-du’afaa wal masaakiini – para duafa dan orang miskin. Majelis bokek. Maka tanpa ragu Abu Sofyan menjawab bahwa pengikut Muhammad adalah kaum fakir dan miskin.
6. ”Apakah pengikutnya bertambah atau berkurang?”. Di tengah cobaan, rintangan, fitnahan, gegeran, cacian, makian, pengkhianatan, orang-orang yang insof masuk kedalam agama yang haq setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, setiap tahun bertambah terus. Dulu berapa, sekarang berapa. Dulu punya apa, sekarang punya apa. Maka walaupun Muhammad itu musuhnya, Abu Sofyan dengan jujur menjawab pertanyaan Kaisar Hiroqla bahwa jumlah pengikut Muhammad terus bertambah.
7. ”Adakah pengikutnya yang meninggalkan agamanya karena kecewa?”. Pada saat percakapan ini berlangsung, Nabi baru 8 tahunan melaksanakan hijrah. Belum sampai fathul Makkah – pembukaan Makkah. Al-murtadin wal-murtadun sebagai wadal belum pada nongol. Maka Abu Sofyan menjawab bahwa tidak ada pengikutnya yang meninggalkannya karena kecewa.
8. ”Pernahkan ia mengingkari janjinya?”. Percakapan antara Hiroqla dengan Abu Sofyan ini berlangsung saat gencatan senjata. Jangankan kepada ummatnya, atau kaumnya, kepada musuh pun, Muhammad tidak pernah mengingkari janjinya. Maka tanpa ragu Abu Sofyan menjawab bahwa Muhammad tidak pernah mengingkari janjinya.
9. ”Pernahkan berperang dengannya?”. Ada 3 perang besar sebelum Hudaibiah: perang Badar, perang Uhud dan perang Khondaq. Apakah karena Muhammad kekasih Allah lalu kemudian pasukan Muslim menjadi sakti mandraguna otot kawat balung besi dan di setiap peperangan Muhammad menang terus? Simak jawaban Abu Sofyan: bahwa dia pernah berperang dengan Muhammad. Adakalanya Muhammad yang menang, adakalanya Abu Sofyan dan wadyabalad yang menang.
10. ”Apa yang diperintahkan dalam ajarannya?”. Abu Sofyan yang kala itu masih menyembah berhala menjawab bahwa Muhammad memerintahkan pemeluknya untuk menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyembah Tuhan selain Allah, dan meninggalkan apa-apa yang dahulu disembah oleh bapak-bapaknya, berdoa, mengatakan hal yang benar, untuk melakukan hal yang benar, menepati janji, dan mengembalikan apa yang menjadi hak orang lain.
Atas jawaban Abu Sofyan bin Harb, inilah dia respons Kaisar Romawi Flavius Heraclius Augustus alias Hiroqla. Inilah dia ilmu warisan Kaisar Romawi mantan penguasa dunia pada zamannya. Ilmu untuk menilai kebenaran. Semoga dapat menjadi panduan untuk semakin meyakini agama yang haq ini:
I. ”Semua utusan Allah selalu berasal dari keluarga terpandang di kelompoknya”
II. ”Sebelumnya tidak pernah ada yang mengaku Nabi, sebab seandainya ada, dia pasti hanya mengikuti pengakuan yang pernah dilakukan pendahulunya”.
III. ”Seseorang yang tidak pernah berbohong kepada kaumnya tidak mungkin berbohong tentang Allah”
IV. ”Dia bukan keturunan raja-raja, sebab seandainya ya, dia hanya ingin mengambil kembali apa yang menjadi milik pendahulunya”.
V. ”Pengikutnya adalah kaum fakir miskin, sebab kaum miskin adalah pengikut para Nabi”.
VI. ”Pengikutnya terus bertambah, sebab ajaran yang benar selalu membawa banyak pengikut”.
VII. ”Tidak ada pengikutnya yang kecewa, itu adalah tanda kebenaran dalam ajarannya, karena ketika mereka memeluknya dengan kesungguhan hati, tidak ada yang akan kecewa”.
VIII. ”Dia tidak pernah mengingkari janji, seperti itulah sifat para Nabi, mereka tidak pernah ingkar janji”.
IX. ”Dia berperang, kadang menang, kadang kalah, seperti itulah para rasul, mereka akan terus diuji hingga akhirnya mendapat kemenangan yang sejati.
X. ”Dia memerintahkan pemeluknya untuk menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyembah Tuhan yang lain, meninggalkan yang dahulu disembah oleh bapak-bapaknya, berdoa, mengatakan hal yang benar dan melakukan hal yang benar, menepati janji, dan mengembalikan apa yang menjadi hak orang lain. Seperti itulah ciri-ciri Nabi yang akan muncul sebagaimana diketahui dari kitab Injil.
Bagaimana akhir ceritanya? Apakah atas 10 tanya-jawab dengan Abu Sofyan akhirnya Hiroqla yang selain membaca Injil juga membaca Al-Quran dan membenarkan kenabian Muhammad, kemudian masuk Islam? Untuk memperoleh jawabannya silahkan hubungi muballigh atau muballighot LDII, atau ulama lainnya terdekat. Tragis dan ironis. Dijamin seru.
Nah, apa lagi yang diragukan dengan kebenaran agama yang haq ini? Untuk apa terpengaruh bisikan syetan iblis terkutuk yang menitis kedalam al-khorijin yang mengajak mundur, jika mantan penguasa dunia Kaisar Romawi Flavius Heraclius Augustus saja mengakui kebenarannya? Simak lagi 10 tanya-jawab Heraclius: bagian mana yang tidak pas dengan agama yang haq ini? Fa aina tadzhabuun?