Menjadi orang tua tidak ada sekolahnya. Rasanya ungkapan tersebut memang benar. Tidak ada aturan pasti mendidik anak-anak. Kita sebagai orangtualah yang harus meracik formula sendiri untuk menemukan cara yang sesuai dengan masing-masing karakter anak.
Rasa lelah, jengkel seringkali mewarnai prosesnya, tapi ingat jangan sampai terucap perkataan buruk yang keluar dari mulut kita. Ucapan orang tua adalah doa bagi anak, kalimat itu ditegaskan oleh Ustadz Akmaludin Akbar dalam program Oase Hikmah LDII TV beberapa waktu yang lalu. Ia menyampaikan bahwa Nabi bersabda:
ثَلاثُ دَعَواتٍ مُسْتَجاباتٍ، لا شَكَّ فيهنَّ: دَعْوةُ المَظْلومِ، ودَعْوةُ المُسافِرِ، ودَعْوةُ الوالِدِ على وَلَدِه
“Ada tiga doa yang tidak diragukan kemustajabannya, yaitu: doa orang yang dizalimi (dianiaya), doa orang musafir, dan doa kedua orangtua kepada anaknya.” (HR. Abu Dawud no. 1536, Tirmidzi no. 1905, Ibnu Majah no. 3862 dan Ahmad no. 7501)
Ia menjelaskan, sejatinya doa orangtua untuk anaknya adalah doa yang pasti dikabulkan oleh Allah, tidak mungkin ditolak oleh Allah. Oleh karenanya, sebagai orangtua jangan pernah bosan untuk selalu mendoakan baik kepada anak-anak kita. Mendoakan ketika waktu-waktu mustajab seperti selesai salat wajib dan setiap sepertiga malam. Ia juga menerangkan selain mendoakan di waktu mustajab, dapat juga mendoakan ketika sedang berinteraksi dengan anak.
“Doakan anak ketika kita sedang mengobrol dengan mereka, sampaikan ucapan itu dengan ucapan yang baik, karena ucapan dari orangtua itu bisa menjadi doa bagi anak-anaknya. Jangan sampai kita menjadi orangtua mengucapkan hal-hal yang tidak baik kepada anak-anak kita, karena itu dapat menjadi doa yang tidak baik untuk anak-anak dan bisa dikabulkan oleh Allah,” jelasnya.
Ustadz Akmal menerangkan, jangan hanya mengajak berbicara anak atau menasehati anak ketika anak melakukan kesalahan saja. Ketika anak berbuat baik, melakukan suatu prestasi tidak pernah di apresaiasi. Ia mencontohkan, “anak kita pergi ke masjid ketika pulang ditanya, dari mana Nak? Anaknya menjawab, dari masjid. Lalu orang tua menjawab sambil menasehati, Masyallah Nak, Kamu anak saleh atau kamu anak salehah, kami bangga sama kamu, kamu salat berjamaah di masjid. Ketahuilah besok di akhirat salat merupakan amalan pertama yang diukur oleh Allah, amalan yang dijadikan patokan pengamalan-pengamalan berikutnya,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, pemberian nasehat itu bisa bersamaan saat kita memberikan apresiasi pada anak, ada nilai syukur kenikmatan yang diberikan oleh Allah. Karena secara tidak langsung kita mengucapkan syukur itu kepada Allah, sehingga Allah akan menambah nikmat pada kita. Ustadz Akmal menyebutkan, dengan kesyukuran kita pada Allah, anak-anak kita akan dijadikan anak-anak yang saleh dan salehah oleh Allah, sebaiknya jika kita kufur nikmat, yang dilihat hanya kekurangan anak.
“Jangan sampai ketika anak melakukan kesalahan, baru dinasehati, baru diajak ngobrol. Anak akan menganggap ketika orangtuanya nasehat, orang tuanya marah kepadanya, ketika orang tua nasehat anak menganggap dia salah. Padahal nasehat itu tidak harus dikatakan ketika orang tersebut melakukan kesalahan, ketika dia melakukan kebaikan kita bisa memberikan nasehat, nasehat itu diberikan ketika kondisi hati yang lapang, hati yang gembira, hati yang senang, otomatis dia akan lebih mudah untuk menerima nasehat itu,” ujar Ustadz Akmal.
Ia menegaskan untuk selalu mencari jalannya syukur. Coba mensyukuri kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh anak. Apresiasi setiap kebaikan yang dilakukan anak dengan banyak memberikan rasa syukur. Berikanlah nasehat pada anak ketika suasana hati anak bahagia, berikanlah nasehat dengan senyum bahagia, sambil mensyukuri kebaikan yang dilakukan anak atas pemberian dari Allah. Jangan mengucapkan kata buruk atau umpatan jelek karena ucapan buruk orang tua adalah doa. (Nabil)