Kediri (2/12). Memperingati Hari Bakti Kesehatan Nasional, DPP LDII bekerja sama dengan Forum Komunikasi Kesehatan Islam (FKKI) menggelar webinar bertajuk “Bersama Sehatkan Bangsa untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045” secara hybrid. Kegiatan itu diikuti oleh pengurus LDII tingkat provinsi, kabupaten, dan pesantren di bawah naungan LDII, pada Sabtu, (30/11) di Pondok Pesantren Wali Barokah, Kota Kediri, Jawa Timur.
Ketua DPP LDII Bidang Pengabdian Masyarakat, Rubiyo mengatakan, kegiatan itu merupakan hasil kolaborasi antara DPP LDII dan FKKI. “Kegiatan ini adalah amal shalih kita bersama untuk menciptakan generasi yang profesional religius,” ujarnya.
Profesor riset itu mengungkapkan, Bulan Bakti Kesehatan Nasional telah dimulai sejak awal November, dan kegiatan itu telah dilakukan secara masif. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mempersiapkan generasi penerus yang memiliki kompetensi dan wawasan kebangsaan yang baik.
Menurut Rubiyo, hal ini sejalan dengan delapan klaster pengabdian yang dimiliki LDII, yaitu kebangsaan, dakwah, pendidikan, ketahanan pangan dan lingkungan, ekonomi syariah, kesehatan herbal, teknologi digital, serta energi baru terbarukan. “Setiap klaster ini memainkan peran penting dalam membangun bangsa yang kuat dan sejahtera,” tambahnya.
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu menegaskan, kesehatan adalah dasar dari semua aspek kehidupan. Untuk menghasilkan generasi emas pada tahun 2045, LDII perlu memastikan kesehatan yang baik. Kesehatan merupakan fondasi yang sangat penting dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Oleh karena itu, masyarakat harus terus memperkuat berbagai aspek yang berkaitan dengan kesehatan, termasuk pemenuhan pangan yang sehat dan bergizi.
“Pangan memiliki peran yang sangat besar dalam kesehatan kita. Tanpa asupan pangan yang cukup dan bergizi, kita tidak mungkin bisa menghasilkan SDM yang profesional religius. Faktor ini sering terlupakan, padahal pangan sangat erat kaitannya dengan kesehatan,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya menciptakan lingkungan yang sehat, yang dapat mendukung tumbuh kembang anak-anak. Sebagai contoh, pesantren bisa membangun lingkungan yang sehat dengan memperhatikan kualitas udara. Salah satunya dengan menanam tanaman yang dapat menghasilkan oksigen. “Menanam tanaman tidak hanya untuk estetika, tetapi juga untuk manfaat kesehatannya,” lanjut Rubiyo.
Rubiyo juga memberi contoh tanaman jahe, yang mudah ditanam di pekarangan rumah, “Ini adalah contoh bagaimana kita bisa mengelola sumber daya yang ada untuk mendukung kesehatan. Kita tidak perlu membeli obat mahal jika tahu bagaimana cara memanfaatkan tanaman yang ada di sekitar kita. Ini adalah cara sederhana namun efektif untuk menjaga kesehatan,” katanya.
Di beberapa daerah, tambahnya, yang memiliki cukup sumber daya pangan, masih terdapat masalah stunting. Hal itu sering disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap kebutuhan pangan anak. “Terkadang, ibu sibuk dengan gadget sehingga terlambat memberi makan anak, yang berujung pada pemberian makanan instan yang tidak sehat. Ini adalah masalah yang harus kita perbaiki bersama,” tegasnya.
Kesehatan dan Pangan Jadi Kunci Bangun Generasi Profesional Religius.
Semoga barokah