Jakarta (21/1). Mempelajari ilmu hisab dan rukyat sangat penting untuk melestarikan ajaran Islam, terutama bagi generasi muda yang kelak menjadi praktisi di bidang hisab dan rukyat bagi umat. Ini yang ditekankan oleh Kepala Bidang URAIS dan Binsos Kemenag Jakarta, KH Robi Fadil Muhammad saat membuka pelatihan hisab rukyat yang digagas oleh Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) DK Jakarta dan DPW LDII Daerah Khusus Jakarta (DKJ).
Pelatihan yang dihelat pada Minggu, (19/1) di kantor DPW LDII Jakarta, Patal Senayan, Jakarta Selatan ini diapresiasi oleh KH Robi Fadil Muhammad. Menurutnya, kerja sama antara kedua lembaga Islam besar ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia dalam memahami dan mempraktikkan ilmu falakiyah.
“Sinergi antara LDII, NU, dan pemerintah diharapkan dapat terus berkembang untuk memperkuat pembinaan keagamaan dan pendidikan umat. Semoga kolaborasi ini memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan menciptakan generasi yang unggul di bidang ilmu keislaman,” katanya.
Pemerintah sendirti menurut KH Robi, memiliki keterbatasan dalam menjangkau berbagai lapisan masyarakat tanpa bantuan ormas. Pelatihan hisab dan rukyat yang diselenggarakan LDII dan NU menjadi salah satu contoh kolaborasi yang sangat bermanfaat.
Sementara itu, Sekretaris DPW LDII Jakarta, Muhamad Ied, mengatakan pelatihan hisab rukyat kali ini mengundang 50-an generasi muda LDII dari kalangan Gen Z yang berasal dari lima kota di Jakarta. Peserta pelatihan biasanya berasal dari kalangan pengurus PC dan PAC maupun majelis taklim. Namun kali ini, DPW LDII DKJ juga mengajak generasi muda untuk mengikuti pelatihan tersebut.
“Kami melibatkan generasi muda karena dunia saat ini sudah serba digital. Alat-alat hisab rukyat juga berbasis digital. Sehingga kami memerlukan generasi muda yang paham teknologi informasi untuk mendukung pengamatan hilal,” katanya.
KH Muchtar Lutfi, tim ahli rukyatul hilal Kementerian Agama RI DKJ yang juga Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kabupaten Kepulauan Seribu bersama timnya, menjadi narasumber pada pelatihan tersebut.
Dalam kesempatan itu, ia memperkenalkan beberapa alat yang digunakan untuk melihat hilal. Mulai dari yang tradisional hingga modern, seperti Rubu’ Mujayyab berbentuk seperempat lingkaran, teleskop robotik, dan theodolite. Ketiga alat ini digunakan untuk mengkomparasikan hasil pengamatan hilal.
“Bahkan alat tradisional pun bisa mendapatkan citra hilal jika digunakan dengan baik, yang kemudian diverifikasi dengan alat modern,” katanya.
Selama pelatihan, para peserta diberikan materi yang komprehensif, mulai dari teori dasar hisab rukyat, metode perhitungan, hingga praktik pengamatan hilal dengan menggunakan alat tradisional dan modern, hingga aplikasi ilmu falakiyah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu para peserta juga diajak untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dengan para ahli falakiyah dari LFNU.
Lembaga Falakiyah NU dan LDII saling bekerja sama memperkuat kolaborasi dalam pengamatan hilal yang akurat. Ke depan, DPW LDII DKJ berencana memperluas pelatihan hingga ke tingkat DPD kota, khususnya untuk generasi muda.