Suatu ketika di tengah malam sunyi, ringtone notifikasi memecah keheningan dan membuyarkan rasa kantuk yang sudah diujung mata;
“Mas beneran ya mbak ini sudah proses ? (baca: nikah)”
“Kabarnya sih iya.. :p”
“Lah terus saya gimana dong … ? (Jeng jeeeng…)”
“Ya, datenglah nanti kalau undanganya sudah jadi.. :p”
#LaluGalau
—————————–
Pertanyaan terakhir mestinya cuma retorika, bahwa jawabannya sudah tentu ‘life must go on, no matter what’. Namun ada yang menjalani retorika itu dengan penuh kegalauan, nggak mau makan (kalau nggak enak ya, :D), nggak mau tidur, dan yang paling parah nggak mau nafas lagi. Duh…. Atau ada juga yang cukup berkata ‘hidup terlalu berharga untuk dibawa galau, apalagi hanya olehmu’
Well, setiap orang rasanya pernah mengalami yang namanya ‘galau’. Frekuensinya macem-macem, ada yang sekali seumurnya atau bahkan mungkin ada yang rutin setiap hari #pfft. Sebabnya dan levelnya pun juga udah kayak kripik, macem-macem 😀
Maka setelah masa perenungan yang panjang, saya berkesimpulan bahwa jika penyakit ini tak dicegah dan ditanggulangi dengan baik dan benar bisa jadi akan mewabah dan menyebabkan komplikasi, melumpuhkan semangat dan memburamkan pandangan akan masa depan. Lalu eksistensi dari peradaban umat manusia pun jadi terancam.
Maka menurut sumber-sumber yang kredibel dan telah dibuktikan oleh umat-umat terdahulu beberapa hal yang sekiranya bisa jadi P3K (Pertolongan Pertama Pada Kegalauan) antara lain :
1. Syukur
Tindakan pencegahan yang pertama akan gejala galau bisa dimulai dengan bersyukur akan setiap nikmat yang telah Allah beri. Bersyukur selain membatasi nafsu ‘ingin’ juga bisa menjadi jalan agar tidak tertimpa suatu musibah kegalauan (QS. An Nisa’ 147). Bahkan Allah menjanji akan menambah nikmat-Nya jika mau bersyukur(QS Ibrahim 7) Jadi sudahkah kita bersyukur akan nikmat Allah hari ini? Tidak usah mencari yang besar cukup dari hal-hal kecil, punya fisik sempurna, disayang dan dicinta orang tua. Bisa sekolah, kuliah dan bisa lain-lainnya … *termasuk bisa mengenalmu 🙂
2. Do’a
“Do’a adalah senjatanya orang iman” (HR. Al Hakim)
Jika kita tidak ingin tertimpa qodha’ yang tidak baik yang akan menjangkit galau, perbanyak saja berdo’a. Karena tidak ditolak Qadha’ (ketentuan Allah) kecuali dengan do’a. (HR. Tirmidzi).
Kalau doa itu ibarat kita menebang pohon makan semakin sering dan semakin banyak kita berdo’a maka akan semakin cepat pula do’a itu ijabah, insyAllah. Dalam HR Tirmidzi Nabi bersabda “Barang siapa yang ingin dikabulkan do’anya oleh Allah dalam keadaan yang berat dan susah (baca : galau) maka perbanyaklah do’a diwaktu longgar”
Jadi misal kita ingin segera menikah seusai kuliah dan telah menjatuhkan pilihan maka do’a dan istikhorohnya harus dimulai sedini mungkin dan sepaling awal dari orang lain 🙂
3. Khusnudhon
Pencegah galau selanjutnya adalah berprasangka baik kepada Allah dan kepada sesama. Berprasangka baik pada Allah adalah tentang do’a kita pada-Nya
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku” ((HR. Bukhari)
“Janganlah salah seorang di antara kalian mati melainkan ia harus berhusnuzhon pada Allah” (HR. Muslim).
Dalam do’a kita yakin Allah akan memabalas. Bisa :
Yes;
Yes but not now;
I have a better plan for you;
Be Positif, There’s never a NO, karena Allah tak akan pernah menyia-nyiakan do’a hambanya
Khusnudhon berikutnya adalah kepada sesama. Prasangka jelek kepada sesama hanya akan membuat hati tidak tenang, malah malah bisa berlanjut menjadi penyakit hati, iri dengki dan semacamnya. Galau akut. Hindari kecanduan dalam socmed, karena disana pintu su’udzon, prasangka terbuka lebar, karena saat itu kita sedang menghadap dunia tanpa raut muka. Banyaklah bergaul di dunia yang sebenarnya, akan lebih banyak senyum terlihat disana.
Jika ada prasangka, tabayyun ke yang bersangkutan dan jangan ditunda. Dan mari berdamai dengan hati kita masing-masing.
4. Ilmu
Apa yang kita ketahui tentang kegalauan saat ini adalah bahwa ternyata ia berkembang dan memiliki level yang bermacam-macam. Jika galau tingkat Mahasiswa adalah ketika di PHPin dospem atau belum menemukan pendamping wisuda selain orangtua, maka kegalauan tingkat anak TK hanya sebatas ketika ia kehilangan uang jajannya yang 500 perak atau melihat mainannya dipegang anak lain. Kegalauan anak TK tidak akan berlaku bagi anak SD, SMP / SMA karena bertambahnya ilmu dan cara pandang mereka akan masalah.
Maka benar kalau Jack Sparrow bilang “The problem is not the problem. The problem is your attitude about the problem” Nah untuk memperbaiki attitude, wawasan, dan cara pandang kita akan permasalahan adalah dengan mengupdate ilmu. Jika tantangan kegalauan sebatas level SD maka dengan kita punya ilmu selevel SMP kita tak tenggelam didalamnya. Begitupun jika galau sudah selevel presiden kita bersiap dengan ilmu selevel dewa.
Untuk antisipasi galau level keduniaan ya sudah pas kalau kita belajar ilmu dunia setinggi-tingginya. Tapi untuk kegalauan level akhirat maka yang kita siapkan adalah ilmu yang tiada bandingannya : Mengkaji Qur’an Hadits !!
Sebagaimana kapal yang mampu mengontrol air laut tidak masuk kedalamnya sehingga ia tak tenggelam dilautan, seperti itulah ilmu dan cara pandang kita akan dunia mampu mengontrol kita tak tenggelam dalam segala kegaluannya dan tetap mampu berlayar (move on) ke tujuan besar kita (akhirat).
5. Utamakan Ibadah dan Amrin Jami’ Fii Sabilillah
Allah telah berfirman dalam hadits Khudsi yang diriwayatkan oleh Ibn Majjah “Hai anak Adam luangkanlah waktumu untuk beribadah kepadaku niscaya akan Aku penuhi hatimu dengan rasa kaya dan akan Aku tutup (penuhi) kebutuhanmu. Dan jika engkau tidak mengerjakannya (meluangkan waktu untuk ibadah) maka akan Aku penuhi hatimu dengan rasa sibuk dan tidak akan Aku penuhi kekuranganmu”
Kalau Allah sudah memenuhi hati kita dengan rasa kaya (syukur dan tidak merasa kurang) maka seberapapun yang kita miliki kita akan selalu merasa cukup dan tidak merasa kekurangan. Karena kaya adalah tentang bagaimana cara kita memiliki bukan tentang apa yang kita miliki.
Nah Allah telah jelas menjanjikannya maka dalam rapat kerja menyusun roadmap kehidupan kita zoom out dulu untuk tujuan besar kita, Akhirat. Lalu menempatkan urusan ibadah dalam peringkat pertama skala prioritas.
6. Istirja’
Dan pada akhirnya mungkin kita tak bisa menghindar dari qodar jelek menimpa kita. Maka saat itulah kita tetap harus berkeyakinan pada jawaban pengharapan (do’a) kita pada Allah bahwa, jika tidak iya, insyAllah nanti, atau Allah punya rencana lain yang lebih baik. Untuk menunggu ijabah yang masih nanti, tetap sabar dan tawakal adalah cara terbaiknya. Untuk ijabah yang semoga lebih baik adalah dengan istirja’. Maka jangan terlarut dalam kegalauan jika rencana kita belum atau tidak tercapai. Carilah lantai untuk bersujud tumpahkan semua kegalaun pada-Nya niscaya lebih melegakan daripada mengumbarnya di sosial media. (karena galau itu menular :D) Nggak percaya? Jika kamu sedang galau, silahkan malam ini tahajud dan ceritakan semuanya J Pada setiap musibah pada dasarnya Allah sedang memberi kesempatan kita untuk mendapatkan yang jauuuuh lebih baik dari apa yang kita lewatkan dengan istirja’.
إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيْبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِّنْهَا ۞ رواه مسلم
Maka dalam kasus diawal tadi cara terbaik secepatnya adalah dengan istirja’ lalu berdo’a dan bersiap menyambut seseorang yang insyAllah jauh lebih baik 🙂
Sebagian besar kegalauan bersumber pada keinginan (hawa nafsu) yang tak kesampaian. Maka setiap harapan hendaknya jangan disandarkan hanya pada orang per orang. Selalu libatkan Allah dalam segala urusan dan sandarkan semua pengharapan pada Allah karena Dia adalah sebaik-baiknya yang mengabulkan do’a dan sebaik-baiknya yang menepati janji serta Maha segalanya. Jangan berhenti untuk update ilmu dan selalu khusnudhon billah.
Oh ya, pengertian GALAU sebenarnya adalah “God Always Listening And Understanding“
#GenerasiAntiGalau
Penulis : Muhammad Khoirudin