Jakarta (16/4). DPP LDII mendukung pemerintah dalam penentuan awal bulan Hijriah melalui pelaksanaan rukyatul hilal, atau pengamatan bulan sabit pertama. Total ada 101 tim yang aktif melakukan pemantauan hilal sejak tim rukyatul hilal di LDII dibentuk pada tahun 2014.
Hal ini ditegaskan anggota Departemen Pendidikan Keagamaan dan Dakwah DPP (PKD) DPP LDII, yang juga salah satu tim rukyatul hilal DPP LDII, Wilnan Fatahilah, pada Minggu (13/4/2025). Ia menjelaskan, tim tersebar di berbagai daerah untuk memantau hilal. Baik itu untuk penentuan awal Ramadan maupun 1 Syawal.
“Untuk pemantauan hilal 1 Ramadan 1446 H kami memiliki 88 titik, sementara untuk 1 Syawal 1446 H ada 91 titik di seluruh Indonesia,” ujar Wilnan.
Wilnan mengatakan, titik-titik tersebut merupakan bagian dari lokasi pemantauan resmi yang juga digunakan oleh Kementerian Agama (Kemenag). Ia menjelaskan bahwa salah satu tantangan utama dalam pelaksanaan rukyatul hilal adalah kondisi cuaca. “Meski secara astronomi ketinggian hilal memenuhi syarat visibilitas, namun mendung, berawan, hingga hujan kerap menjadi hambatan,” katanya.
Untuk menghadapi tantangan ini, LDII membentuk tim yang solid dan terlatih. Lebih dari 450 personel dari DPP LDII, DPW LDII, dan DPD LDII di kota/kabupaten terlibat dalam pelaksanaan rukyatul hilal tahun ini. Semua personel tersebut telah dibekali pelatihan khusus.
Pelatihan rukyatul hilal oleh LDII telah berlangsung sejak 2014. Pada awalnya, pelatihan dilaksanakan di kantor DPP LDII, Jakarta. Pelatihan menghadirkan pelatih Ahmad Izzuddin yang saat itu menjabat Kasubdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Kemenag RI.
Saat itu, ia didampingi Ismail Fahmi yang sekarang menjabat Kepala Subdirektorat Hisab Rukyat dan Syariah Direktorat Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag.
Pelatihan juga dikembangkan dengan kerja sama bersama planetarium dan Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU). Pelatihan dilakukan bersama Pakar Astronomi dari Tim Hisab Rukyat Kemenag Cecep Nurwendaya dan Hendro Setiyanto dari Imah Noong, Lembang.
“Setelah pandemi, pelatihan intensif dilanjutkan kembali, dan untuk tahun 2023 hingga 2025 kami mengundang Bapak Hendro Setiyanto dari LFNU untuk membekali tim kami keterampilan penggunaan teropong,” terang Wilnan.
Pelatihan ini dilakukan di Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin dan menitikberatkan pada aspek praktis. Terutama penggunaan alat optik dalam mengamati hilal.
Kini, setelah seluruh DPW LDII memiliki tim rukyat yang mumpuni, beberapa wilayah mulai menyelenggarakan pelatihan hisab secara mandiri. Wilayah seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Utara telah mengadakan diklat hisab dengan narasumber dari Kanwil Kemenag dan LFNU. Materi yang diajarkan meliputi kriteria hisab-rukyat, baik berdasarkan Mabims lama maupun Mabims baru, pengukuran arah kiblat, penentuan waktu salat, hingga teknik mengidentifikasi citra hilal dengan bantuan perangkat lunak berbasis PC atau laptop.
Saat melakukan rukyatul hilal, tim LDII juga aktif berkolaborasi dan berdiskusi dengan tim dari instansi lain seperti BMKG, Kemenag, dan Lajnah Falakiyah NU.
“Kami sangat menghargai kolaborasi ini karena memperkuat validitas hasil pengamatan dan memperkaya diskusi ilmiah di lapangan,” ungkap Wilnan.
Tidak hanya dilakukan saat Ramadan, Syawal, atau Dzulhijjah, tim rukyat LDII melakukan pengamatan hilal di setiap awal bulan hijriah. Tujuannya adalah untuk terus mengasah keterampilan dan membiasakan diri menghadapi beragam kondisi di lapangan.
“Jadi, tidak hanya saat Ramadan, Syawal atau Dzulhijjah (Idul Adha), tapi juga di bulan lain, tim yang terbentuk ini juga melakukan pengamatan setiap awal bulan hijriah,” tutup Wilnan.
Alhamdulillah. Ini ilmu yg bermanfaat bagi ummat manusia, terutama ummat muslim.
Maju terus LDII.