Pernah kehilangan batas atau tanda baca qur’an? Pengalaman ini bisa terjadi kepada siapa saja. Kadang batas yang sudah kita pasang berubah. Pertama mungkin dipindah orang lain karena ketidaksengajaan. Perasaan quran sendiri, kemudian membaca terus (lupa) seenaknya mindah batas. Hasilnya si empunya merasa bingung, perasaan batasnya kemarin tidak di sini, kok sekarang jadi di sini? Kedua, berubah karena kejadian sendiri, karena terjatuh atau lupa. Ketiga, ganti – ganti quran. Hal ini bisa terjadi karena qurannya beda sehingga pas kembali ke quran yang lama atau yang biasa baru inget; perasaan ini sudah dibaca kok diulangi lagi? Nah, bagaimanakah respon kita kalau terjadi hal – hal di atas? Yang jelas banyak yang ngedumel. Getun. Merasa dirugikan. ”Wong, udah sampai juz sekian kok mundur lagi,” keluhnya. Kalau yang diuntungkan juga berguman, ”Wong belum sampai sini kok perasaan.” Dan meloncatlah atau kembali ke bacaan yang diyakini benar berdasarkan ingatannya.
Apalah arti sebuah batas. Ketika kita berbincang dengan Allah, ayat mana dan surat apa adalah sebaik – baik manusia. Kenapa mesti memperdulikan batas sehingga membuat kita getun, nggrundel seandainya batas itu hilang atau berubah? Hanya mengejar target – khatam. Tartil dan terbit adalah baik, tetapi lebih baik lagi adalah sikap tidak menyesal ketika mengerjakan kebaikan bercakap dengan Allah. Yang penting hati kita senang, seperti senangnya Allah ketika kita baca quran.
Target kadang membuat kita jadi tidak fokus lagi pada niat yang benar, keikhlasan dan keridoan. Jadi, nikamtilah tadarus quran, jangan sampai target mendahului niat baik dan benar dalam mencari pahala yang besar di bulan ramadhon ini. Sukseskanlah tadarus kita.
Oleh :Faizunal Abdillah