(Jakarta, 31/1) Kepedulian LDII terhadap masa depan generasi penerus sesuai dengan tri sukses ditunjukan dengan adanya tim Pembina dan Penggerak Generasi Penerus (PPG). Berkaitan dengan itu, PPG LDII Cikarang menghelat “Character Building” untuk meningkatkan efektifitas pembinaan generus.
Generasi penerus merupakan kunci bagi keberlangsungan masa depan bangsa. Setidaknya hal ini dapat menggambarkan pentingnya pembinaan terhadap generasi penerus atau generus. Namun ancaman narkoba dan pornografi mengancam generasi mendatang. Menurut BNN pada tahun 2014, terdapat 4 juta orang pecandu narkoba, 22 persennya merupakan pelajar, sementara menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 90 persen anak terpapar pornografi internet saat berusia 11 tahun.
Beberapa dampak kekerasan terhadap tumbuh kembang anak, yaitu dampak fisik, psikologis, sosial, dan fungsi kognitif dapat berpengaruh pertumbuhan dan perkembangannya. Gangguan pada salah satu tahapan tumbuh kembang anak, akan mempengaruhi proses tumbuh kembang anak selanjutnya dan berdampak pada penurunan kualitas hidup anak. Pada akhirnya generasi penerus dengan kualitas hidup yang rendah telah menjadikan diri mereka sendiri, sebagai mayat hidup dengan negara sebagai penanggung kuburannya.
Menyikapi persoalan yang melanda generasi muda dan rumah tangga, PPG LDII Cikarang menggelar pembangunan karakter atau character building. Acara ini dihelat di aula DPP LDII Patal Senayan, kegiatan tersebut dihelat mulai 31 januari hingga 1 februari 2015. Dalam acara ini, PPG LDII Cikarang mengundang 35 orang pengurusnya dan beberapa undangan dari PPG wilayah Jakarta. Pelatihan ini diharapkan efektif untuk membangun keberhasilan pembinaan generus.
“Generus membutuhkan pembinaan khusus yang berkesinambungan dan terus menerus. Untuk bisa membina dengan baik tentu ada metode-metode tersendiri. Dalam acara ini kita akan belajar untuk membahas masalah pembinaan generasi penerus. Mengaji dan mengajar yang lebih efektif. Kita mengharapkan generus yang unggul yang dapat mencapai tri sukses dalam LDII. Jika tri sukses tercapai maka LDII dapat berkembang dengan baik,” ujar Toto Sularto selaku Pembina PPG LDII Cikarang.
Acara ini mengundang psikolog dan pakar pembentukan karakter, Sri Tresnahati. Dalam pelatihan itu Sri Tresnahati memaparkan, bila manusia memiliki tahapan hidup yang benar, maka prilakunya dalam masyarakat juga baik. “Maka pikiran, gerakan, dan perilaku manusia harus berkesesuaian. Belajar mengenai perilaku, dapat memahami perilaku anak. Perilaku orang bagaikan gunung es. Ini dapat digambarkan dengan perilaku primer (yang tak terlihat) dan perilaku sekunder (yang terlihat),” Sri Tresnahati menjelaskan.
Kemampuan untuk memahami orang secara tersirat akan membantu memahami perilaku manusia. Perilaku yang tampak seperti marah, tersenyum, dan cemberut adalah bentuk ekspresi yang ditimbulkan akibat adanya perilaku primer. Perilaku primer yang tersirat seperti tidak dihargai, merasa tidak didengarkan, tidak dibutuhkan merupakan hal yang tak dapat diketahui jika tidak dikomunikasikan. Menurut Sri Hartati, PPG harus menjadi penengah bukannya terbawa dalam arus permasalahan. PPG harus mengarahkan generus dalam memecahkan masalah.
Social supporting system dalam LDII dibutuhkan, tak hanya dukungan dari orang tua. Agar social suport dapat terbangun maka dibutuhkan kepercayaan (trust). Problem dalam rumah tangga yang dilaporkan pada PPG, disebabkan kepercayaan sudah hilang. Masalah yang muncul yang dilaporkan justru yang telah kronis. Agar kepercayaan timbul, PPG sebagai pembina dan penengah harus menjadi pendengar yang aktif. Untuk menjadi pendengar yang aktif harus memiliki kesabaran. Ini merupakan tugas yang berat namun mulia.
“Pendengar aktif dapat memahami perasaan tidak sadar seseorang (perasaan primer) pengenalan seseorang terhadap perasaannya. Maka sebagai tim PPG kita dapat membantu generus serta orang tua untuk memfungsikan logikanya dalam memecahkan masalah. Jika logika dan perasaan berfungsi, maka perilaku bisa disesuaikan. Jika perasaan lebih positif, maka perilaku bisa menjadi positif,” ujar Sri Tresnahati. (Khoir/LINES)