Ilmu kedokteran dan revolusi sains tidak akan berkembang tanpa buku seorang muslim yang bernama Ibnu Sina. Dengan kitabnya ‘Al Qanun Fi Al-Tibb’ yang diterjemahkan dengan bahasa latin menjadi ‘The Canon of Medicine’ yang menjadi buku pegangan sekolah tabib dan ilmu kedokteran di wilayah Eropa selama lebih dari 600 tahun.
Ibnu Sina adalah seorang muslim yang dilahirkan di Persia (Uzbekistan). Ia seorang yang ahli dalam bidang kedokteran juga filsuf. Di wilayah Eropa, ia dikenal dengan sebutan Avicenna dan juga memiliki gelar ‘Bapak Kedokteran Modern.’
Saat ia usia 10 tahun, Ibnu Sina banyak mempelajari ilmu agama Islam dan menjadi penghafal Al-Qur’an. Ia dibina oleh ahli logika yang bernama Abu Abdellah Natili untuk mempelajari buku Isagoge dan Phophyry, Euclid dan Al-Magest Ptolemus. Setelah itu, ia juga mendalami ilmu agama, metafisik Plato dan Arsitoteles.
Pandangan filosofisnya telah memikat perhatian para ilmuan barat selama beberapa abad, dan bukunya juga telah menjadi sumber penting dalam ilmu filsafat. Dia sudah menjadi pengarang buku sejumlah 450 buah pada beberapa pokok bahasan besar.
Seperti The Canon of Medicine misalnya, terbagi dalam lima pokok bahasan yaitu buku pertama adalah esai mengenai pengetahuan medis dasar dan prinsip psikologi, anatomi, resimen, dan prosedur umum pengobatan. Lalu pokok bahasan kedua adalah daftar substansi medis, yang disusun berdasarkan abjad mengikuti kaidah umum esai.
Bahasan yang ketiga adalah diagnosa dan tindakan untuk penyakit yang berada di satu bagian organ tubuh. Keempat membahas mengenai diagnosa dan tindakan terhadap kondisi penyembuhan seluruh bagian tubuh. Bahasan terakhir atau kelima adalah mengenai formula obat majemuk yang dibuat dalam 650 daftar menggabungkan bermacam sumber dari Arab, India, dan Yunani.
Karya Ibnu Sina yang terkenal lainnya yaitu; Al-Qanus fi Thib (Pengobatan), Asy Syifa (Ilmu Pengetahuan), Al-Inshaf (Keadilan Sejati), An-Najah (Kebahagiaan Jiwa), dan Al-Musiqa (Musik).
Selain buku yang diterbitkan untuk kemajuan dunia, ia juga banyak melakukan penemuan. Ini juga membuktikan bahwa ilmuwan Islam telah maju ratusan tahun sebelum ilmuwan-ilmuwan dari barat, bahkan menjadi inspirasi para ilmuwan Barat masa kini. Kebanyakan orang, mungkin beranggapan ilmu negara barat lebih maju, tetapi kenyataannya ilmu Islam-lah yang lebih maju.
Semoga ini dapat memotivasi orang-orang Islam untuk menjadi seorang muslim yang peduli tentang ilmu pengetahuan. (Rifqi/Wicak/LINES)