Lines (02/08) – Sebelum meneruskan membaca tulisan ini, izinkanlah permohonan maaf kami numpang lewat. Lagi-lagi karena keterbatasan diri ini; yang lemot, ngepas dan cupet.
Beberapa waktu lalu, seorang sahabat karib berkunjung ke rumah dengan maksud mengajak bisnis model ini, dengan terpaksa harus pulang dengan tangan hampa. Padahal sudah seharian, dari pagi sampai sore, dan pengharapan besar dapat down line potensial.
Nggak tanggung-tanggung datang full team, meriah, pakai berbagai metode presentasi dan persuasi yang meyakinkan, menggoda iman, namun karena keterbatasan pemahaman dan suara hati kecil yang tidak yakin, dengan berat saya tolak. Iming-iming yang hampir merenggut pendirian saya akhirnya kandas, begitu hati memilih jalan sederhana.
Pada saat-saat menentukan seperti itu, saya sering berdialog dengan hati dan alhamdulillah banyak “diselamatkan” Allah karena keyakinan model ini. Ternyata apa yang saya lakukan, dialog dengan hati, seolah mendapat pencerahan. Kondisi akar rumput, situasi jauh dari akses bantuan, minimnya pemahaman, sedangkan di sisi lain ada tuntutan kebutuhan, maka harus bisa mandiri. Dan salah satu jalan kemandirian yang masih bisa dilakukan dalam hal ini adalah bertanya kepada sang hati kecil sanubari.
Simaklah atsar indah berikut ini, yang jadi peneduh jiwa dalam menghadapi situasi dan kenyataan hidup sebagaimana adanya.
عَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ الأَنْصَارِيِّ، قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنِ الْبِرِّ وَالإِثْمِ فَقَالَ
“ الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ ”
Dari An-Nawas bin Sam’an al-Anshory, dia berkata, ‘Aku bertanya kepada Rasululloh SAW dari kebaikan dan dosa,’ maka Rasululloh SAW bersabda;”Kebaikan adalah husnul khuluq (akhlaq yang baik) dan dosa (kejelekan) adalah segala hal yang mengusik hatimu dan engkau benci jika orang lain sampai mengetahuinya.” (Rowahu Muslim).
Setelah berbekal definisi baik dan buruk dari hadits di atas, warisan tua dari sahabat tercinta Abi Tsa’labah ini sungguh amat berguna. Dari Abi Tsa’labah Al-Khusyaniy, dia berkata; “Aku bertanya kapada Rasululloh SAW; “Ya Rasulullah kabarkan kepadaku apa yang halal bagiku dan apa yang haram atasku?” Abi Tsa’labah berkata; “Maka Nabi SAW menaikkan pandangan dan mengarahkannya kepadaku, kemudian bersabda;“Kebaikan adalah segala sesuatu yang membuat tenang diri dan juga hati tenang dibuatnya, sedangkan dosa adalah segala sesuatu yang mengusik jiwa dan hati tidak tenang kepadanya, sekalipun manusia memfatwakan hal itu kepadamu.” (Rowahu Ahmad).
Pekerjaan rumahnya kemudian, hati-hati dengan seni bicara. Ia bisa dikatakan provokasi, persuasi, nasehat, motivasi atau dengan istilah lain, pada satu waktu situasi dan kondisi tertentu ia bisa memecah tembok kebuntuan hati dan mendobrak pintu sanubari. Yang pada awalnya hati kecil menolak misalnya, akan tetapi karena terus-menerus dihujani dengan kata-kata indah, akhirnya terpengaruh dan mengikuti.
Hal ini bisa terjadi karena berbagai sebab dan kelihaian berbicara salah satunya. Tersihir dengan kata – kata. Terbujuk karena propaganda. Kadang takluk karena pertemanan dan rasa sungkan gak enakan.
Karena itu jagalah hati. Tinggalkan yang meragukan dan pindahlah pada hal yang meyakinkan. Di hati. Jika memang benar dia sahabat sejati pasti akan mengerti.
Sampai di sini, tanpa bermaksud ‘menggurui’, mari cermati kembali kaidah – kaidah dalam menjalankan bisnis dan usaha ini. Apapun bisnisnya, bagaimanapun jenis usahanya, ciptakanlah rasa aman dalam koridor baik dan halal. Lindungi diri dari hal – hal yang mencemarkan; gak jelas dan meragukan. Caranya dengan bertanya kepada ahlinya, dan setidaknya bicaralah kepada diri sendiri dengan sejujur-jujurnya. Semoga kebarokahan selalu diberikan Allah kepada kita.
Kaya bukan tujuan utama. “Hidup” itu sendiri, sudah segala-segalanya. Dengan takwa, niscaya Allah akan mencukupi kehidupan kita di dunia ini dengan cara yang baik dan halal, walau sederhana dan mujhid – muzhid adanya. Dan, sekali lagi maafkan diri ini yang telah mengganggu kenyamanan hati.
Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang.