Ketika Sri Mulyani mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menteri keuangan, banyak kalangan yang merasa kehilangan. Sebab dia termasuk orang yang mampu menjadi soko guru perekonomian Indonesia. Dia mampu memainkan perannya sebagai punggawa keuangan yang kredibel dan diakui oleh pasar. Ekonomi stabil, moneter terjaga dan financial terkontrol. Sayang beberapa kasus merundungnya, dan semua orang tahu, bahwa pengunduran dirinya karena didaulat IMF sebagai direktur tingkat dunia. Jadi, bukan hanya macan keuangan Asia, duniapun angkat topi untuknya. Cari penggantinya pun susah. Dan banyak orang sepakat menyebutnya sebagai orang kuat di bidang ekonomi.
Di dunia olah raga kita mengenal Mike Tyson, petinju yang menjadi jawara kelas berat dengan rekor yang fantastis. Pilih tanding. Pada masa jayanya, sekolah – sekolah pun libur kala dia naik ring untuk menyaksikannya. Lawan – lawannya tumbang dalam hitungan detik, tak lewat dari 1 ronde. Walau tubuhnya tidak tinggi – tegap, semua sepakat memanggilnya orang kuat karena torehan prestasinya dan menjulukinya si leher beton. Di dalam dongeng pun tak ketingalan, kita mengenal Hercules, si anak dewa Zeus. Tokoh Yunani ini disebut sebagai orang kuat karena kepahlawanannya dan sepak terjangnya dalam menghadapi segala macam cobaan dan gangguan. Para raksasa tumbang di tangannya. Kahyangan pun tembus oleh kakinya. Bahkan gunung pun bisa dipindahkan. Sama juga di jagad pewayangan. Banyak tokoh orang kuat yang menjadi setting ceritanya. Gatotkaca, Anoman, Arjuna, dan banyak lagi yang lain.
Kembali ke keseharian, kita juga mengenal beberapa tokoh ormas dan pimpinan partai sekarang dengan label orang kuat dengan berbagai alasan dan argument yang ada. Ada yang disebut kuat karena banyak massa dan pengikutnya. Kuat karena kekayaan dan financial yang melimpah. Kuat karena kedigdayaan kanuragannya. Kuat karena tak tersentuh oleh hukum dan aparatnya, dan berbagai latar belakang lainnya, sehingga cap orang kuat itu begitu melekat dengan segala atributnya.
Menjelang ramadhan tahun ini, semua orang sibuk bersiap diri. Sangat menarik menyimak perkembangan budaya masyarakat kita menjelang datangnya ramadhan. Kian banyak orang yang tahu dan melakukan permohonan maaf sebelum memasuki bulan ramadhan. Bertubi – tubi email, sms masuk untuk menyatakan permohonan maaf lahir – batin atas segala kesalahan dan kekhilafan. Didasari atas pengetahuan yang benar atau sekedar ikut – ikutan, tak masalah. Yang jelas, ada tren positif seiring ajakan menjadi orang yang bertakwa lewat jalan puasa ini. Allah berfirman; “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqoroh 183).
Yang kemudian menarik adalah apa relevansi takwa dengan orang kuat yang saya sebutkan di atas? Inilah yang perlu saya ketengahkan sebagai bahan renungan panjang selama berpuasa. Maksudnya agar Ramadhan tahun ini lebih bermakna lagi, dengan dimensi puasa yang lebih komplit, pelengkap dan pewarna 5 sukses yang harus digapai. Mudah – mudahan berkenan dan menjadi perkeling, walau cuma seperti selilit yang tertinggal di gigi.
Untuk menjadi orang yang takwa semua orang harus menapaki sebuah anak tangga dan memperoleh predikat yang disebut kuat. Sebab semua orang yang takwa adalah orang kuat. Bahkan melebihi kekuatan yang disebutkan di atas, walau dalam bentuk fisiknya ia bahkan dipandang sebelah mata. Dan dengan berpuasalah orang dilatih untuk menjadi kuat sebagaimana riwayat – riwayat berikut.
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw bersabda: “Orang yang kuat itu bukanlah bukanlah orang yang menang berkelahi, tetapi orang yang kuat adalah yang dapat menguasai dirinya di waktu marah.”(Rowahu Bukhory).
Dari Abu Hurairah ra., katanya: “Yang bernama pendekar bukanlah orang yang banyak menjatuhkan lawan. Tetapi pendekar sejati ialah orang yang sanggup menguasai dirinya ketika sedang marah.” (Rowahu Muslim).
Berpuasa adalah pelatihan paling lengkap, paling sempurna, untuk kemajuan dan kehakikian manusia. Berpuasa melatih jiwa dan raga manusia secara jitu. Raga dilatih meninggalkan ketergantungan yang dalam atas keduniaan. Materi memang dibutuhkan tetapi tidak harus berlebihan. Berpuasa melatih keterikatan jasmani dengan materi dengan cara yang efektif. Dan mengupayakan bagaimana bisa memanfaatkan materi itu kepada yang lebih membutuhkan lewat konsep berbagi. Kemudian juga dimensi social seorang manusia dipertaruhkan untuk saling menghormat, meminta maaf dan menyayangi orang lain seperti diri sendiri. Lewat puasa mental dilatih lebih mendekatkan diri ke asal – usul kehidupan, berbuat baik kepada sesame dan mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam. Inilah tipologi orang kuat yang sebenarnya. Punya dedikasi yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya dan bertanggung jawab terhadap penciptanya. Maka tak heran, sebab saking kuatnya orang iman disebut sebagai tiang penyangganya langit, dan cahayanya bumi sebab Allah sudah meridhoi dan para malaikat menaungi. Dan maaf, saya tidak bisa berkata panjang – lebar lagi, sebab lagi asyik menikmati indahnya berpuasa kali ini.
Oleh :Ustadz.Faizunal Abdillah