Menyadari kelemahan pada diri sendiri adalah hal yang baik. Menemukan sumber kelemahan diri itu juga baik. Apalagi bisa menemukan solusi untuk mengatasinya, itu lebih baik lagi. Sebab laksana dokter, dari gejalanya bisa menemukan sumbernya dan memberikan obat yang mujarab sehingga sembuh penyakitnya. Nah, yang terbaik adalah mengakui kelemahan diri, menemukan sumbernya, memberikan jalan keluarnya dan menyerahkan diri sepenuhnya ke Allah atas hasil dari usaha itu semua. Tak lupa minta pertolongan dariNya. Bahwa manusia adalah makhluk lemah.
Manusia adalah makhluk tak berdaya tanpa campur – tanganNya. Nah, sekarang adalah saatnya bagi kita semua ‘metani [1]’ diri sendiri untuk sebuah jawaban atas kondisi: kenapa kita tidak bisa bangun malam? Jawaban harus jujur dari dalam hati, terukur dengan kondisi ideal atau normal dan tidak pepeko [2].
Sambil mencari dan menemukan jawabannya, mari kita mantapkan dan yakinkan kepahaman hati kita ini akan arti pentingnya bangun malam ai sholat malam. Ini adalah ibadah yang luar biasa. Selain merupakan kebiasaan orang – orang sholih terdahulu, qiyamul lail adalah ibadah yang pol. Ketinggalan mengerjakannya merupakan kerugian yang besar dan penyesalan tiada tara. Simak hadits berikut ini. Dari Abu Huroiroh ra., dia berkata, bersabda Rasulullah SAW, “Sebaik – baik puasa setelah ramadhan adalah bulan Allah muharram, dan sebaik – baik sholat setelah sholat wajib adalah sholat malam.” (Rowahu Muslim). Qiyamul lail mengalahkan jenis sholat sunnah lainnya. Sebab disebut sebagai yang terbaik setelah sholat wajib, bukan yang lainnya.
Bilal ra. menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tetapilah atas kalian qiyamul lail, sesungguhnya itu adalah kebiasaan orang – orang sholih sebelum kalian, dan merupakan pendekatan diri kepada Tuhan kalian, pelebur kesalahan – kesalahan, pencegah dari dosa dan penangkal penyakit yang bisa timbul dari dalam tubuh.” (Rowahu at – Tirmidzi, al-Baihaqi dan al-Hakim)
Dalam berbagai kesempatan, apalagi dalam kesempatan pertama, bab qiyamul lail selalu menjadi nasehat dan wasiat yang tak tertinggalkan. Tak lain karena pentingnya qiyamul lail ini. Seperti kedatangan Nabi SAW pertama kali di Madinah, atau pada masa babad alas di negeri tercinta ini; qiyamul lail sangat digalakkan. Qiyamul lail adalah andalan. Sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Salam, dia berkata ketika Nabi SAW datang di Madinah, manusia cepat-cepat menyambut Nabi seraya berkata sungguh telah datang Rasulullah SAW, sungguh telah datang Rasulullah SAW, sungguh telah datang Rasulullah SAW, maka aku datang bersama manusia untuk melihatnya. Ketika aku melihat dengan jelas wajahnya, saya tahu bahwa wajah beliau tidak menampakkan wajah dusta sedikitpun, maka pertamanya sesuatu yang aku dengar ketika beliau berbicara adalah begini, bersabda Rasulullah SAW, “Wahai manusia siarkanlah salam dan berikanlah makanan dan sambunglah famili dan sholatlah diwaktu malam ketika manusia yang lain tertidur, kalian akan masuk ke surga dengan selamat.” (Rowahu Ibnu Majah J-2)
Ibnu Umar ra, meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik – baik lelaki adalah Abdullah ibnu Umar, kalau dia mengerjakan sholat malam”. Salim berkata, “Setelah mendengar sabda Rasulullah SAW itu, Abdullah Ibnu Umar tidak pernah tidur pada waktu malam kecuali sebentar saja.” Dalam riwayat lain, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Abdullah Ibnu Umar adalah laki-laki sholeh, jika dia memperbanyak mengerjakan sholat malam.” (Rowahu Bukhory – Muslim)
Akibat, atau manfaat tepatnya, yang diperoleh karena rajin qiyamul lail juga jelas, yaitu mengangkat derajat pelakunya baik di mata manusia maupun di mata Allah. Baik di dunia maupun akhirat – dengan tujuan akhir masuk surga dengan selamat. Hal ini disampaikan dengan rajih dalam sebuah redaksi yang panjang dari al-Bazzar dan al-Baihaqi. Dari Anas r.a. dari Nabi SAW, beliau bersabda:”Tiga perkara pelebur dosa, tiga perkara pengangkat derajat, tiga perkara penyelamat dan tiga perkara pembinasa. …… Adapun yang mengangkat derajat adalah memberi makan makanan, menyebarkan salam dan sholat di waktu malam sedangkan manusia yang lain tengah tertidur….”
Selanjutnya untuk lebih memantapkan hati, simaklah firman Allah dalam surat al-Muzammil ayat 1 – 9. Allah berfirman, “Wahai orang yang berselimut. bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. Dia-lah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.”
Memperdalam lagi ayat – ayat di atas, serasa menelanjangi diri sendiri dengan melihat bayangan utuh di cermin. Satu per satu pakaian kelemahan dan kebobrokan kita tanggalkan. Satu per satu luka hati tampak karena tertimpa oleh kesombongan diri pribadi. Allah sudah mengingatkan bahwa manusia akan sibuk ketika siang hari. Manusia akan mengurusi berbagai urusan, baik yang penting maupun tidak. Namun Allah memaklumi itu, silahkan. Allah hanya meminta sedikit waktu tambahan di malam hari untuk bersanding denganNya. Semua itu untuk kebutuhan manusia. Semua itu karena kasihNya. Dan tak ada yang bisa melakukan kecuali disertai dengan meminta pertolongan kepadaNya. Sebab bagi diri yang melewatkan sepanjang malamnya dengan tidak sholat malam digambarkan sebagai diri yang buruk karena berada di dalam genggaman tiga ikatan syaitan.
Dari Abu Huroiroh ra, ia berkata Rasulullah SAW bersabda, “Setan membuat tiga ikatan di atas ubun – ubun salah seorang dari kalian yang sedang tidur. Dalam setiap ikatan, dia akan membisikkan, ‘Engkau punya hak untuk tidur panjang, maka tidurlah!’ Tetapi apabila orang tersebut bangun, lalu berdzikir kepada Allah, maka akan lepas satu ikatan darinya. Apabila selepas itu dia berwudhu, maka akan lepas lagi satu ikatan darinya. Dan jika kemudian dia mengerjakan sholat malam, maka lepaslah ikatan yang terakhir darinya. Dia akan menjadi manusia rajin yang berjiwa baik, tetapi apabila dia tidak bangun, maka dia akan dicatat sebagai pemalas yang berjiwa buruk. (Rowahu Bukhory – Muslim)
Sehubungan dengan hadits di atas, Sufyan ats-Tsauri mengomentari orang yang tidur dan tidak mengerjakan sholat malam dengan mengatakan bahwa engkau melihatnya sebagai pemalas dan terpuruk. Dia tidur seperti bangkai di atas ranjangnya. Pada siang hari, dia hanya bermain – main dan bersendau gurau. Tetapi engkau melihat pelaku sholat malam yang benar – benar menunduk karena takut kepada Allah, memiliki hati yang amat bahagia [3].
Banyak diantara kita sibuk di siang hari dan tertidur sepanjang malam, tanpa sempat bangun malam. Bahkan siang pun tak cukup, kadang malam juga masih sibuk dengan urusan kerja dan kerja. Akibatnya sudah bisa di terka, bisa subuh pada waktunya saja sudah lumayan. Boro – boro bangun malam. Nah, mulai saat ini mari giatkan diri, aturlah hidup ini menjadi lebih berarti dan lebih baik, sehingga kesempatan bangun malam bisa menjadi agenda dan bagian keseharian diri sebelum waktu tiba. Dengan tidak mengabaikan hak dan kewajiban yang ada.
Oleh: Ustadz.Faizunal Abdillah