Adakah diri yang tidak ingin bercengkrama dengan Kekasihnya? Adakah insan yang tidak berusaha untuk bisa bermesraan dengan Kekasihnya? Apakah ada yang ingin sebentar saja ketemu Kekasihnya? Tak ingin berlama – lama? Adakah jiwa yang lupa alamat sang Kekasih? Padahal sang Pujaan selalu memanggil – manggil setiap saatnya tiba. Idealnya tidak ada diri yang tidak ingin bertemu dan bercengkrama, berlama – lama bermesraan dengan Sang Kekasih, apalagi melupakan alamatnya. Namun pada kenyataannya banyak diri yang terlena dan terbuai tidak melakukannya. Allah adalah kekasih orang iman. Allah adalah sang Pujaan, Dia tak pernah bosan memanggil setiap malam sampai fajar tiba.
Allah berfirman; “Allah adalah Kekasih orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, kekasih mereka ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” [1]
Abu Huroiroh menuturkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Pada setiap malam Allah SWT turun ke langit dunia ketika seperlima malam yang pertama habis. Lalu Allah berfirman, ‘Akulah raja! Akulah raja. Siapa yang berdoa kepadaKu niscaya Aku kabulkan, siapa saja yang meminta kepadaKu niscaya aku berikan dan siapa saja yang meminta ampunan kepadaKu, niscaya akan Aku ampuni’. Allah SWT terus berfirman seperti demikian itu sampai fajar tiba.” [2]
Dari Abu Huroiroh ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda;“Pada setiap malam Allah SWT turun ke langit dunia ketika sepertiga malam yang akhir tiba lalu Allah berfirman; ‘Barangsiapa yang berdoa kepadaKu niscaya Aku kabulkan, barangsiapa yang meminta kepadaKu niscaya aku berikan dan barangsiapa yang meminta ampunan kepadaKu, niscaya akan Aku ampuni’. [3]
Atsar – atsar di atas sangatlah jelas. Apakah ada lagi yang perlu dipertanyakan atau diperjelas? Saya kira tidak. Tak ada lagi yang perlu diragukan, kecuali hanya kelupaan dan kemalasan diri yang belum hilang mengakar di tubuh ini. Kita mengakui Allah adalah kekasih kita – yang menyebut dirinya orang iman, namun ternyata kita lebih banyak meninggalkannya, bahkan ketika Dia memanggil diri kita. Buktinya, kita tak kuasa untuk menyambutnya ketika malam tiba, memenuhi panggilannya. Bahkan merasa mendengar dipanggil pun tidak. Hanya sayup – sayup. Karena sudah terlalu lama kuping kita tak pernah bersih. Syaitan telah berhasil menutup telinga kita dengan kencingnya di telinga kita sehingga tuli dari panggilan Yang Esa. Yang ada hanya rayuan untuk meneruskan tidur panjang sebagai hak dari tubuh itu sendiri. Rayuan yang bener-bener membujuk. Glembuk sing gathuk [4].
Kita mengakui Allah adalah kekasih sejati kita, namun berjumpa dengannya hanya agenda belaka. Hanya ingin, ingin dan ingin, tapi tanpa realita. Hanya niat, niat dan niat, tetapi belum kuat niat itu untuk diteruskan dengan sebuah tindakan. Kita lebih banyak terkalahkan dengan kesibukan dunia ini. Kita lebih banyak terbaring di pembaringan semenjak sore sampai pagi tiba. Kita lebih banyak bermesraan dengan bantal dan guling yang adalah kenikmatan sementara kalau tak boleh dibilang fatamorgana. Kita banyak terperdaya oleh empuknya kasur, dinginnya hembusan AC dan lembutnya buaian kepenatan. Tak lain adalah wujud representasi dari tiga ikatan syaitan pada setiap buhul anak adam ketika tidur malam. Bahkan yang tidurnya kepanasanpun masih berkilah, gara – gara kegerahan itulah tak jadi bangun malam. Cari pulihan ketika udara dingin tiba baru beroleh kenyenyakan. Alih – alih capek, justru kita mengulangi dan mengulangi lagi hampir sepanjang malam dalam kehidupan kita ini. Tanpa ada koreksi dan usaha berkelanjutan untuk mengatasinya. Apakah begini perlakuan terhadap Sang Kekasih?
Allah adalah kekasih yang sempurna. Seberat apapun dosa kita dia siap memaafkannya. Kapan pun kita sadar untuk kembali Dia akan menerimanya. Betapa pun brengseknya kita, Dia selalu setia menunggu kesadaran kita. Dia tidak seperti kekasih – kekasih yang lain. Dia Maha Sempurna. Dia Maha Kuasa. Dia Maha Pengasih dan Penyayang. Tak kenal sakit hati apalagi dendam pribadi. Allah adalah segala – galanya. Karenanya, mari perbaharui kehidupan kita ini. Rintislah lagi kegiatan bangun malam ini, bagaimana pun keadaan kita. Sebagai makhluk, kitalah yang membutuhkannya. Rasanya tidak sopan banget – cidro [5], ketika Sang Khalik sudah menyediakan tempat, diri dan waktu untuk berjumpa dengan kita, untuk memenuhi kebutuhan kita, tetapi kita justru mengabaikannya dan memilih yang lain. Mari buktikan niat itu dengan tindakan. Benarkan keimanan itu dengan bangun malam. Jangan retorika belaka. Kita bukanlah politisi di hadapan Ilahi.
Oleh: Ustadz.Faizunal Abdillah