Jakarta (12/12). Dosen Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB, Soni Trison menegaskan pentingnya manfaat maupun nilai-nilai hutan atau pohon bagi manusia.
Ia mengatakan hutan memiliki banyak manfaat yang bisa dirasakan manusia. Mulai dari manfaat ekonomi hingga menjadi sarana healing atau penyembuhan dari kejenuhan pada masa pandemi Covid-19.
Karena hutan, salah satunya juga berfungsi menjaga kualitas kehidupan, baik dari sisi pendidikan, ilmu pengetahuan, maupun kesehatan.
“Allah SWT mengajarkan kepada kita, keanekaragaman hayati, berbagai bentuk akses kehutanan sudah banyak kita lakukan, termasuk bagaimana menjadi rekreasi,” ujar Soni di webinar Gerakan LDII Menanam Pohon pada Minggu (12/12/2021).
Pandemi Covid-19 telah menimbulkan kejenuhan di masyarakat, dan ekowisata dewasa kini menjadi salah satu pilihan warga untuk menghilangkan kejenuhan.
Soni menyebutnya forest healing, di mana berjalan-jalan di bawah pohon, berdasarkan sejumlah penelitian, terbukti dapat mengendorkan ketegangan otot-otot tubuh.
“Banyak riset yang mendukung, para ahli dari internasional dan nasional mengatakan ketika seseorang menghirup udara segar di bawah pohon, itu akan menjadikan pikiran menjadi tenang. Disamping tentu kita juga harus mendekatkan diri dengan membaca Alquran,” ujarnya.
“Sekarang orang sudah jenuh di rumah, maka di lokasi-lokasi ekowisata, rekreasi alam sangat banyak sekali, karena dianggap sangat cocok di masa covid sekarang ini,” lanjutnya.
Fungsi peranan hutan juga mengandung identitas budaya dan sosial, baik asosiaso budaya, sejarah, spiritual, dan simbolik maupun identitas dan status sosial.
Pohon berdampak sistemik, di antaranya sebagai penyedia jasa dan produk termasuk pangan, obat-obatan, penyedia air hingga udara bersih, serta sebagai bio energi.
Pohon memiliki karakter keanekaragaman hayati yang sangat tergantung dengan habitatnya, tidak mudah dipindahkan, hingga sensitif terhadap perubahan lingkungan.
Pada tingkat gangguan tertentu, pohon atau hutan menjadi tidak bisa dipulihkan atau irreversible, karena jangka waktunya yang cukup lama, minimal 5 tahun. Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Untuk mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan, perlu adanya pengembangan kebijakan tata ruang terintegrasi, mitigasi perubahan iklim, hingga penegakkan hukum dan rehabilitasi lingkungan hidup.
Rekonfigurasi pengelolaan hutan sebagai salah satu kesatuan ekosisistem dimulai dari pengelolaan sosial dengan penguatan akses legal masyarakat, pengelolaan lingkungan hingga pengelolaan ekonomi.
Kolaborasi dan sinergi antar pemerintah pusat dan daerah, organisasi hingga masyarakat untuk memberikan perhatian dalam pengelolaan hutan sangatlah penting. Oleh karena itu, Soni merasa senang dengan adanya “Gerakan Tanam Pohon” yang diselenggarakan LDII.
Ia berharap dengan adanya webinar ini makin banyak masyarakat yang sadar pentingnya menam pohon, sebagai jariyah yang dapat diwariskan kepada generasi yang pada masa yang akan datang.
“Mari kita berbuat sebisa mungkin, kita kontribusikan, kita ajak teman dan saudara kita untuk terus membangun kolaborasi agar menanam pohon dimanapun berada,” kata Soni.(Laras/LINES)
Hijaukan indonesia dengan tidak membiarkan lahan kosong tidak bermanfaat