Oleh Thonang Effendi*)
Pada 10 Januari 1966, sejarah Indonesia mencatat peristiwa penting yang melibatkan peran besar pemuda dalam menentukan arah perjalanan bangsa. Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) menjadi simbol semangat perubahan yang dimotori oleh mahasiswa dan pemuda Indonesia. Mereka menuntut pembubaran PKI, pembersihan kabinet dari unsur-unsur G30S/PKI, dan penurunan harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi. Tuntutan ini lahir dari kegelisahan terhadap kondisi bangsa yang terpuruk akibat krisis ekonomi, politik, dan sosial. Pemuda pada masa itu menunjukkan keberanian, kepemimpinan, dan solidaritas yang luar biasa dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.
Kepemimpinan Pemuda dalam Peristiwa Tritura
Peristiwa Tritura menjadi bukti nyata bahwa pemuda memiliki potensi besar sebagai agen perubahan. Kepemimpinan mereka tidak hanya terlihat dalam keberanian mengorganisasi aksi massa, tetapi juga dalam kematangan berpikir untuk memperjuangkan kepentingan nasional di atas segala golongan. Mereka meneladani semangat juang yang penuh pengorbanan, keyakinan pada kebenaran, dan komitmen pada perubahan.
Inspirasi dari Tritura mengajarkan bahwa pemuda bukan sekadar penerus bangsa, tetapi juga penggerak utama perubahan. Pemimpin-pemimpin muda saat itu mampu memadukan idealisme, keberanian, dan kecintaan pada tanah air untuk menciptakan momentum perubahan yang signifikan. Semangat ini relevan untuk diteruskan oleh generasi muda saat ini dalam menghadapi tantangan di era modern.
Menyikapi Era VUCA dan Revolusi Industri 5.0
Saat ini, generasi muda menghadapi tantangan yang berbeda tetapi tidak kalah kompleks. Era *Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity (*VUCA) dan Revolusi Industri 5.0 menghadirkan dinamika global yang cepat berubah, penuh ketidakpastian, dan membutuhkan kecakapan tinggi untuk beradaptasi. Dalam konteks ini, semangat dan jiwa kepemimpinan pemuda dari peristiwa Tritura dapat menjadi inspirasi untuk menyikapi kondisi bangsa di masa kini.
Generasi muda perlu memahami bahwa mereka adalah pelaku utama dalam menciptakan solusi bagi permasalahan bangsa, baik itu dalam bidang ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Kesiapan untuk menghadapi era digital, kompetensi dalam teknologi, serta kemampuan berpikir kritis dan inovatif harus dibarengi dengan semangat kebangsaan dan karakter yang kokoh.
Bonus Demografi: Peluang Menuju Indonesia Emas 2045
Indonesia saat ini berada di ambang bonus demografi, yaitu kondisi di mana jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar dibandingkan usia tidak produktif. Potensi ini menjadi peluang emas untuk meningkatkan daya saing bangsa di kancah global. Namun, tanpa persiapan yang matang, bonus demografi bisa menjadi bumerang yang memperparah pengangguran, ketimpangan, dan instabilitas sosial.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2045, penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 318,96 juta jiwa, dengan sekitar 69,3% berusia produktif.
Untuk menyongsong Indonesia Emas 2045, generasi muda harus dipersiapkan dengan baik. Mereka harus menjadi pemimpin yang tangguh, inovator yang humanis, dan individu yang memiliki daya juang tinggi. Pondasi utama yang harus dibangun adalah karakter luhur yang memadukan nilai-nilai profesionalitas dan religiusitas. Berikut karakter generasi muda sebagai insan profesional religius:
- Tri Sukses: Membentuk generasi yang berbudi pekerti luhur (akhlakul karimah), berilmu (alim faqih), dan mandiri.
- Empat Tali Keimanan: Menguatkan spiritualitas melalui sikap bersyukur, mempersungguh, mengagungkan, dan berdoa.
- Enam Tabiat Luhur: Menanamkan nilai jujur, amanah, mujhid-muzhid, rukun, kompak, dan kerja sama yang baik.
- Tiga Prinsip Kerja: Menekankan hasil yang sesuai standar (bener), usaha yang sepadan (kurup), dan janji target pekerjaan yang ditepati
- Empat Roda Berputar: Mendorong gotong royong dan empati sosial dengan yang bisa mengajari kepada yang tidak bisa, yang kuat membantu kepada yang lemah, yang ingat mengigatkan kepada yang lupa dan yang salah dinasihati dan diarahkan untuk bertobat.
- Lima Syarat Kerukunan: Mengajarkan komunikasi yang baik, kesabaran, dan perhatian terhadap sesame dengan bicara yang baik – pahit madu, sabar keporo ngalah, bisa dipercaya dan mempercayai orang lain, tidak merusak harta benda, diri dan kehormatan orang lain dan menjaga perasaan serta saling memperhatikan.
- Empat Maqodirulloh: Mendorong ketangguhan dalam menghadapi ujian hidup dengan bersyukur ketika mendapatkan nikmat, sabar ketika mendapatkan cobaan, istirja’ ketika mendapatkan musibah dan bertaubat ketika bersalah.
Semangat juang pemuda dalam Tritura memberikan pelajaran berharga tentang arti kepemimpinan, keberanian, dan cinta tanah air. Semangat ini tetap relevan untuk menghadapi tantangan masa kini, seperti VUCA dan Revolusi Industri 5.0. Dengan integrasi nilai-nilai 29 karakter luhur, generasi muda Indonesia dapat menjadi insan profesional religius yang siap membawa bangsa ini menuju kejayaan Indonesia Emas 2045.
Referensi:
- “Tritura 1966 dan Peran Pemuda Indonesia,” Sejarah Nasional Indonesia, kemdikbud.go.id.
- “Bonus Demografi dan Tantangan Masa Depan Bangsa,” Badan Pusat Statistik (BPS), bps.go.id.
- “Revolusi Industri 5.0: Masa Depan yang Humanis,” Kementerian Komunikasi dan Informatika, kominfo.go.id.
- “Internalisasi Nilai Nilai Konstitusi: Kunci Utama Pembangunan Indonesia Emas 2045, Kementerian Sekretaris Negera, setneg.go.id
*) Thonang Effendi adalah Ketua Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan DPP LDII sekaligus pemerhati dan praktisi pendidikan karakter generasi penerus bangsa.
29 karakter luhur akan membentuk generasi bangsa yang profesional religius..
Semoga barokah