“Mimpi hari ini adalah kenyataan di hari esok”
Berkeliling dunia boleh jadi impian masyarakat era modern. Namun akan lebih bermakna jika mimpi tersebut dikombinasikan dengan label “Kejarlah akhiratmu, maka dunia akan mengikutinya”.
Sudah bisa dipastikan bahwa misi perubahan membawa dunia menjadi lebih baik akan terpatri dalam hati. Inilah Amaltea Fatimah Firdauzi, dara cantik ini baru saja pulang dari Jepang untuk memberikan kontribusinya dalam konferensi Hokkaido Indonesian Student Asosiation Scientific Meeting.
Bukan hanya sekedar menikmati Japanese Winter, namun mahasiswi kelahiran jogja ini membawa dua buah ide karya ilmiah berjudul Effectiveness of Moringa Seeds (Moringa Oleifera) in the lower levels of turbidity, iron and manganese in water flocculation process at Makassar dan Starfruit as an alternative source of electrical energy.
Putri pasangan Ir H Agus Lahya, ST, MSi dan Hj Wiwik Umi Pratiwi ini adalah satu-satunya mahasiswa di Wilayah Indonesia Timur dari 120 peserta Indonesia yang menjadi peserta konferensi internasional. Amaltea mengikuti dua kategori karya ilmiah yakni Lingkungan dan Energi.
“Disana saya mempresentasikan hasil penelitian saya mengenai biji buah kelor yang mampu menjernihkan air keruh dengan mengurangi zat besi dan mangan dari air yang diaplikasikan di Kota Makassar,” ujarnya.
Dara yang pernah menjadi Delegasi Indonesia dalam Global Peace Volunter Indonesia-Malaysia-Philippines tersebut menjelaskan ekstrak biji buah kelor jika dicampur dengan air keruh, mampu menyerap zat-zat besi dan mangan yang ada pada air karena biji buah kelor mengandung senyawa benzyl isochyanate. Sehingga, air bisa jernih kembali dan layak diminum.
Kita tentu memiliki kekhawatiran masalah energi dimasa depan dengan keterbatasan cadangan minyak bumi. Namun, putera bangsa tak diam disini. Indonesia punya Ricky Elson yang sedang mengembangkan kincir angin untuk pembangkit listrik tenaga angin. Bahkan notabene kincir tersebut menjadi yang terbaik di dunia untuk kelas 500 watt peak.
Bagitu pula dengan generasi yang dimiliki LDII, wanita yang menjadi Koordinator Kepenulisan KOGNITIF Kepemudaan LDII Makassar ini turut menyumbangkan pemikirannya mengenai energi dengan Belimbing Wuluh sebagai sumber alternatif. Amaltea mengatakan dua puluh biji belimbing wuluh mampu menghasilkan energi listrik sebesar tiga volt atau setara dengan satu buah baterai kering.
Semuanya ini tentu saja diperoleh bukan dengan jalan yang mudah, namun penuh perjuangan. Selalu mengutamakan ibadah pada Alloh, dan ukhronya Thea mendapatkan banyak sekali pengalaman berharga sekaligus dapat menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi dunia.
Selain Jepang, Thea juga sudah “terbang” ke banyak negara lainnya, di antaranya Malaysia, Filipina dan Singapura. Kesemuanya itu dalam usaha menyumbangkan pemikiran nya untuk dunia atas nama bangsa Indonesia. Lantas apa sebenarnya motivasi besar dara yang memiliki hobi memasak ini rela menghabiskan waktunya untuk terbang ke berbagai penjuru Indonesia bahkan dunia?
“Intinya sih aku termotivasi dari namaku, “Amaltea” itu artinya bintang dalam bahasa Italia. Orangtuaku memberikan nama itu dengan harapan aku bisa menjadi bintang dalam keluargaku. Bintang yang bersinar dalam gelap malam, dari situlah aku berusaha menjadi yang terbaik untuk keluargaku. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW : Namailah anakmu dengan nama-nama yang baik karena sesungguhnya nama adalah sebuah doa,” ujar Thea.
Benar saja, jika kita memiliki niat bersih, menjadi bintang dalam keluarga, menerangi gelap malam. Bukan tidak mungkin dengan kesungguhan mengembangkan penelitian belimbing wuluh, maka arti dari sebuah nama sebagai bintang untuk menerangi dunia bukan hanya mimpi belaka.
“Mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok,” kata Thea.
Tambahan lagi, meskipun belum menyelesaikan pendidikan sarjananya di UNHAS, Amaltea telah mendapatkan gelar S.IMarEST dari Institut Marine Enginering Science and Technology London. Bukah tidak mudah mendapatkan gelar keprofesian tersebut, karena Thea harus berjuang lolos test dalam Training yang digelar di Institut Teknologi Surabaya pada 2012 lalu (Frediansyah Firdaus/Lines).