Lines (25/11). Pandemi covid-19 memaksa semua untuk melakukan aktivitas secara daring, tak terkecuali pada anak. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencanangkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sejak awal pandemi covid-19 yang mengharuskan anak belajar dan bersekolah dari rumah secara daring. Tak ayal banyak orangtua yang akhirnya mengeluh karena anak mereka jadi kecanduan gadget.
Psikolog Dra. Hj Nana Maznah Prasetyo M.si mengatakan untuk mengatasi anak yang kecanduan gadget pada anak sebagai dampak PJJ, pembiasaan baik harus terus diciptakan oleh orang tua pada anak terkait mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak diperbolehkan.
“Pandemi sudah berlangsung selama 8 bulan, kita bisa menerapkan kembali aturan mana yang boleh dan tidak boleh, menegakkan disiplin agar anak tetap pada batasannya,” kata Nana dalam acara peluncuran pondokkarakter.com, Selasa (24/11/2020) lalu.
Meskipun demikian, Nana mengingatkan agar penegasan soal gadget pada anak harus ditunjukkan secara konkret melalui perbuatan dan menyesuaikan tahap usia perkembangan anak. Karena setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda. Begitu pula penegasan terhadap gadget harus dikomunikasikan dengan seluruh keluarga.
“Misal usia PAUD harus ditunjukan secara konkrit melalui perbuatan. Ini bisa kita sesuaikan mengikuti tahap perkembangan anak. Kita bicarakan bersama dengan seluruh keluarga,” ujarnya.
Menyambung penjelasan, Ir. Hj. Sr Tresnahati Ashar M.si mengatakan dialog dalam keluarga itu penting. Peran orang tua dalam menciptakan iklim yang kondusif di rumah sangat penting sekali. Namun dipastikan dialog tersebut tetap menyenangkan.
“Jadi aturan itu dijelaskan kapan boleh pakai gawai pada seluruh anak. Kalau itu sudah disepakati, maka jika terjadi penyimpangan penggunaan gadget akan mempermudah orang tua untuk mengingatkan lagi,” ujarnya
Sementara itu Psikolog Sovia Sahid M. Psi merangkum ada tiga langkah orang tua dalam upaya mengatasi kecanduan gadget pada anak. Pertama, orang tua membuat aturan yang tegas berikut konsekuansinya. Kedua, mengarahkan anak menggunakan gadget untuk hal-hal yang bermanfaat, menyesuaikan bakat dan minat anak. Sehingga, anak produktif dalam mengggunakan gadget-nya.
“Anak misalnya bakatnya menggambar, kita unduh aplikasi gambar. Atau anak bakatnya apa kita sesuaikan gadget ini jadi produktif dan bermanfaat. Anak bisa belajar dan berkarya dari gadget,” ujarnya
Cara ketiga adalah orangtua mencari aktivitas pengganti gadget, yang juga menyenangkan. Jika orangtua meminta anak untuk berhenti bermain gadget, tentu orangtua juga harus mencarimenyiapkan aktivitas pengganti yang juga disukai anak di masa pandemi.
Orangtua merupakan salah satu stakeholder dalam pembentukan karakter profesional religius pada anak. Pendidikan karakter bukanlah materi ajar biasa, seperti halnya mengajarkan suatu konsep teori, prosedur, ataupun fakta seperti dalam mata pelajaran. Namun, harus dipelajari, digunakan, dipraktikkan, dicontohkan, diperlihatkan dalam tindakan prilaku yang bisa dirasakan oleh seluruh stakeholder pendidikan.
Oleh karena itu, DPP LDII merilis platform e-learning pondokkarakter.com, yang berfokus pada pembangunan karakter profesional religius pada Selasa, 24 November 2020, yang dapat diakses secara umum.(Laras/ Lines)
Assalamu Alaikum wrwb… Alhamdulillah srmoga generasi muda LDII…. menjadi generasi muda ya g berkualitas serta berguna bagi Bangsa dan NEGARA…. serta srmoga Rohmat hidayah sll menyertai kita semua …aamiin