Penduduk Damaskus sedang berduka karena Azazir, pimpinan besar mereka, telah ditawan oleh Khalid. Orang-orang menangisi keluarganya yang gugur dalam peperangan itu. Mereka sudah berusaha maksimal melawan pasukan Muslimiin, tapi tetap saja kalah.
Hilal Al-Qosyami mengkisahkan: “Setelah Abu Ubaidah RA datang ke Damaskus, segera menanyakan kabar Khalid. Beberapa orang menjawab, ‘Khalid sedang di medan perang. Ia berhasil menangkap seorang bathriq Romawi (Azazir)’.”
Abu Ubaidah segera mencari Khalid. Setelah dekat, Khalid justru berkata, “Jangan mendekatiku.” Karena merasa dirinya lebih rendah dari Abu Ubaidah.
Abu Ubaidah menyapa Khalid, “Hai Aba Sulaiman ! Saya bahagia ketika kau mendapat surat perintah dari Abu Bakr untuk memimpin saya. Saya tidak iri padamu karena saya tahu keahlianmu dalam berperang.”
Khalid menjawab, “Semua yang telah saya lakukan pasti mengikuti petunjukmu. Kalau bukan karena pimpinan harus ditaati, saya tak mau duduk di atasmu karena kau yang lebih dulu masuk Islam, sedangkan saya hanya sahabat Nabi SAW biasa. Engkaulah yang lebih hebat. Nabi SAW pernah bersabda, Abu Ubaidah adalah orang kepercayaannya umat ini.”
Abu Ubaidah bersyukur lalu mempersiapkan kuda yang akan segera dikendarai oleh Khalid.
Khalid menyapa Abu Ubaidah, “Ketahuilah bahwa penduduk di sini ketakutan pada kita. Apalagi setelah pimpinan besar mereka, Kalus dan Azazir, telah tertangkap. Mereka merasa tak punya harapan lagi untuk menang, kecuali tipis.”
Khalid menunggangi kuda berdampingan dengan Abu Ubaidah, sambil berkisah mengenai perjuangan menangkap Kalus dan Azazir. Arak-arakan pasukan Abu Ubaidah mengiringi di belakang mereka berdua.
Rombongan itu sampai pada barak pengungsian. Orang-orang Islam yang berada di barak menyambut mereka dengan ucapan salam dan jabat-tangan. Hari itu mereka bersyukur pada Allah dengan melakukan shalat dan zikir.
Keesokan harinya, keadaan menegang. Ketika pasukan Islam mempersiapkan kuda mereka; pasukan Damaskus datang berbondong-bondong banyak sekali. Mereka merasa bangga dipimpin menantu Raja Hiraqla bernama Bathriq Tuma untuk melakukan perlawanan balasan. Tuma adalah raja negri Damaskus, yang mengendalikan Bathriq Azazir.
Kaum Romawi marah besar atas kekalahan itu, sampai-sampai Raja Hiraqla memerintah orang yang kedudukannya di atas Kalus dan Azazir agar memimpin pasukan untuk menghukum orang-orang Islam.
Sumber : mulungan.org