Organ reproduksi wanita termasuk organ yang sangat sensitif berdasarkan bentuk dan letak yang berongga di dalam tubuh. Kebersihan yang tak dijaga, membuat kuman hinggap dan menimbulkan penyakit seputar kewanitaan mulai dari jamur hingga kanker.
Dokter Spesialis Obgin dan Kandungan yang praktik di RS Ibu dan Anak Harapan Kita, dr Astrid Yunita,SpOG. mengatakan pangkat hidrogen atau tingkat keasaman dan basa (Ph) 4,5 pada organ reproduksi wanita dalam keadaan normal, sangat membantu menyuburkan bakteri baik atau laktobasilus di dalam vagina.
Ph akan tetap normal bila area kewanitaan dijaga untuk tetap kering dan bersih, dengan cara mengganti celana dalam tiga sampai empat kali sehari. Celana yang dipilih juga harus berbahan katun, atau setidaknya pada bagian yang berhadapan dengan vagina harus berbahan katun, agar dapat menyerap keringat dengan sempurna.
Jika tidak, Ph vagina akan terus naik hingga terlalu asam sehingga mematikan laktobasilus. Atau jika terlalu basah maka akan mengundang bakteri atau kuman jahat ke dalam vagina yang akan menimbulkan keputihan.
“Keputihan yang wajar adalah keputihan yang berwarna bening, tidak bau, tidak gataldan biasanya muncul sebelum atau sesudah haid, jika keputihan ini berubah warna, bau, gatal dan dalam jangka waktu yang lama segeralah kontrol ke dokter,” ujar dr Astrid.
Jenis keputihan berbeda-beda dengan pengobatan yang berbeda pula, karena itu keputihan yang berubah warna, merupakan pertanda adanya penyakit di organ kewanitaan. Saat keputihan, dr Astrid mengimbau untuk membawa celana dalam empat hingga enam helai, dan tidak menggunakan panty liner. Pasalnya, penggunaan panty liner akan menghambat keputihan.
“Karena terlihat bersih dan kering, tanpa terasa dari pukul lima pagi sampai lima sore, baru mengganti panty liner,itu adalah awal dimana keputihan dan bakteri sudah menumpuk melalui pori-pori panty liner tersebut,” jelasnya.
Permukaan panty liner juga tak selembut celana dalam sehingga dapat menimbulkan iritasi pada vagina. Dengan pemakaian secara terus menerus akan mengganggu sirkulasi daerah vagina dan malah memperbanyak keputihan yang datang.
Selain saat keputihan, wanita juga harus menjaga vagina agar tetap bersih dan kering, dr Astrid menegaskan pada masa haid sangat perlu mengganti pembalut tiga hingga empat kali dalam sehari.
Dalam memilih pembalut pun disarankan untuk menghindari pembalut dengan bahan tambahan seperti ekstra daun sirih, mint, atau bahan lainnya. Meski banyak isu pembalut terbuat dari kayu, formalin atau klorin namun dr Astrid mengimbau untuk tidak takut hanya tetap berhati-hati.
“Jangan takut akan isu itu, toh kita hanya menggunakannya sebulan sekali itu pun setiap empat jam diganti yang penting jangan memilih pembalut yang ada tambahan rasa-rasa atau wangi-wangian itu,” tegasnya.
Saat membersihkan area vagina juga harus diperhatikan jangan asal. “Untuk membersihkan organ kewanitaan harus menggunakan air bersih jangan hanya menggunakan tisu, saat buang air kecil atau BAB cara membersihkannya pun harus dari atas ke bawah atau dari vagina mengarah ke dubur jangan malah di balik,” ujar Astrid.
Saat ditemui pada seminar kesehatan di PPG Fair Jakarta Barat, dr Astrid mengajak para wanita untuk tidak menggunakan cairan pembersih vagina apapun bentuknya, kecuali cairan yang diberikan dengan resep dokter, karena ini berhubungan dengan Ph pada vagina. Sebab, bila salah menggunakan cairan pembersih Ph vagina akan basah, bakteri jahat masuk ke dalam vagina dan mematikan bakteri baik di dalamnya