Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Pada suatu hari dalam perjalanan ibadah haji, seorang Amir (Gubernur Iraq waktu itu) bernama Hajjaj bin Yusuf berhenti di sebagian daerah antara Mekah dan Madinah. Dia minta pelayannya agar mengambilkan makan siang untuknya, lalu berkata : “Carilah seseorang untuk menemaniku makan siang.” Kemudian pengawal itu pergi ke arah gunung, di sana dia menjumpai seorang arab badui yang sedang tidur di antara dua mantelnya. Pengawal itu pun membangunkannya dan berkata : “Kamu dipanggil Amir.” Lantas orang arab badui bangun dari tidurnya dan mendatangi persinggahan Sang Amir. Sesampainya di tempat, Sang Amir – Hajjaj bin Yusuf – berkata kepada orang Arab Badui : “Cucilah tanganmu dan makanlah bersamaku.”
Lalu orang arab itu berkata; “Sesungguhnya aku ini diundang oleh pengundang yang lebih baik darimu dan aku pun memenuhi undangannya.”
Hajjaj bertanya; “Siapakah dia?” Orang Arab itu menjawab; Allah Yang Maha Agung yang mengajakku untuk berpuasa, aku pun memenuhinya.”
Hajjaj bertanya lagi; “Kamu berpuasa dalam keadaan yang begini panas?”
Orang arab menjawab; “Ya, aku berpuasa untuk menghadapi suatu hari yang lebih panas dari pada hari ini.”
Hajjaj pun berkata; “Berbukalah sekarang dan besok berpuasa lagi.”
Lalu Orang Arab itu berkata; “Bila kamu menjamin aku bisa hidup untuk hari esok, maka aku akan berbuka hari ini.”
Hajjaj menjawab; “Masalah tersebut di luar kemampuanku.”
Lalu orang Arab pun berkata; “Bagaimana kamu bisa meminta padaku untuk makan dan kutinggalkan makanan akhirat yang kamu tidak mampu memberinya.”
Mendengar jawaban-jawaban dari Arab Badui itu, Hajjaj pun pasrah. Namun dia terus menggoda dengan cara yang lain; “Sungguh ini kubawa makanan yang enak lagi nikmat untuk kita makan bersama-sama.”
Lantas orang Arab itu berkata : “Bukan kamu dan tukang masak yang membuat makanan itu enak, akan tetapi karena nikmat Allah dan tubuh yang sehatlah yang membuatnya lezat.”
Hajjaj tak kuasa dengan jawaban-jawaban haq dari si Arab Badui itu. Kemudian orang Arab itu pun berterima kasih dan mohon pamit pada Hajjaj bin Yusuf untuk meneruskan puasanya dan kembali ke tempatnya semula.
Bagi jiwa-jiwa yang terus mencari, mari berlomba mendapatkan manisnya ibadah puasa di bulan mulia ini. Ibadah puasa memang amalan yang tiada bandingnya, karena Allah sendiri yang akan membalasnya.