Ini cerita yang terjadi di sekitar saya, sampai di penghujung waktu. Entah kebetulan atau Allah ingin menunjukkan ayatnya, saya kurang mengerti. Yang jelas kejadian itu semakin membuat pemahaman saya tentang al-kitab dan al-hikmah semakin mendalam. Seperti doa yang setiap hari saya panjatkan. Allahumma ‘alimna ta’wilal kitab – Allahumma aatiinal hikmah. Bukan sok pamer, juga bukan karena sombong. Hanya sekedar berbagi. Sebagai salah satu ungkapan syukur atas nikmat Allah yang telah diberikan kepada saya. Seorang hamba yang mencoba menjadi hamba yang penuh kesyukuran.
Awalnya saya bertanya – tanya ketika beberapa blok di sektor saya berdiri megah bangunan dua lantai. Luas tanahnya sekitar 450 meter persegi, gabungan dari tiga kapling tipe 21. Lahan dibangun habis. Dan dipaling atas juga berdiri indah sebuah musholla lengkap dengan kubahnya. Cantik sekali. Di banding kiri – kanannya tampak jomplang. Sehingga siapapun yang lewat pasti menduga – duga, rumah siapa gerangan kok apik pisan? Ternyata itu rumah seorang camat. Wuih,,,hati saya berdecak kagum. Hebat …!!!
Belum habis kekaguman saya, akan indahnya rumah, datanglah kabar bahwa Pak Camat yang rumahnya bagus itu, menjadi ketua pembangunan masjid raya di komplek saya. Wah, berarti orangnya baik, jiwa sosialnya tinggi dan dermawan. Itu batin saya. Dengar – dengar, rab masjidnya di angka Rp 1,3 M. Insya Allah dalam waktu 1 tahun kelar. Rasa optimisme yang tinggi pun mencuat, mengalir hampir di semua nadi penghuni. Kesyukuran yang pol. Inilah pertolongan Allah. Begitu gossip yang mengemuka.
Euphoria itu tak berlangsung lama. Sebab yang terjadi kemudian, Pak Camat, yang rumahnya bagus, ketua pembangunan masjid raya itu, masuk jeruji penjara. Vonis hakim 5 tahun pidana kurungan, karena menyalahgunakan raskin. Apes…! Runtuh sudah kekaguman dan optimisme semua warga. Orang yang kelihatannya baik, ternyata maling juga.
Hal yang sama terjadi di Jambi sini. Saya diperkenalkan dengan seorang Camat teladan tingkat kabupaten. Sebentar lagi akan mendapatkan promosi menjadi salah satu kepala dinas. Prestasi yang jarang terjadi. Saya berhubungan karena proses pembebasan lahan yang kebetulan melewati daerahnya. Saya bangga berhubungan dengan orang baik lagi berprestasi. Tapi apa yang terjadi kemudian. Tak disangka, Pak Camat itu pun masuk bui. Tersandung masalah raskin juga.
Ya, raskin. Beras murah. Beras yang tidak enak dimakan – kata sebagian orang. Beras yang diperuntukkan bagi orang – orang miskin. Orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Merupakan program pemerintah, wujud perhatian mereka terhadap warga miskin untuk mengurangi beban mereka. Namun ternyata prakteknya, justru aparat sendiri yang banyak menyelewengkan. Kepanjangan tangan pemerinatah juga yang makan. Katanya berasnya gak enak? Dengan teganya mereka merampas hak tersebut dengan berbagai dalih. Dan akhirnya kena batunya. Nah, di sinilah salah satu pembelajaran itu. Berhatilah – hatilah dengan orang lemah, orang miskin. Perhatikanlah hak – haknya. Jangan melanggarnya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh an-Nasa’i dari Mush’ab bin Sa’id dari bapaknya ra., bahwa dia mengira memiliki kelebihan dari orang – orang di bawahnya (dari pembagian jarahan perang) dari sahabat Rasulullah SAW, maka Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah hanya menolong umat ini karena orang – orang lemah/dhuafa mereka, karena doa mereka, sholat mereka dan keikhlashan mereka.” Hadits ini juga hadir di al – Bukhory akan tetapi tanpa kalimat terakhir – keikhlashan mereka.
Hadits ini menunjukkan satu hal disamping hal – hal lainnya, yaitu tentang arti pentingnya dhuafa dalam sejarah kehidupan manusia. Dia tidak akan bisa dihilangkan dari dunia ini. Dia akan tetap ada. Kewajiban yang lainnyalah untuk memperhatikannya. Banyak ayat yang menjelaskan bahwa pada sebagian harta itu ada hak orang yang meminta, orang – orang lemah dan orang miskin. Kewajiban orang yang kaya, pengatur dan pengurus untuk meramut dan memperhatikan mereka. Jangan sekali – kali menganiaya. Yang kita punya saja ada hak mereka. Apalagi yang jelas – jelas diperuntukkan untuk mereka. Istilahnya saja raskin, bukan rasya (beras orang kaya). Kala raskin tidak sampai pada empunya berarti penganiayaan. Dan doa orang teraniaya, mustajab adanya. Jangan sekali – kali menyepelekan mereka. Sebab Allah selalu memperhatikan mereka. Karena merekalah sebenarnya, ada sebutan orang kaya.
oleh: Ust. Faizunal