Mumpung lagi on air, mari kita dalami lebih jauh lagi arti kata sabar ini. Tak lain, agar benar – benar melekat dalam setiap olah – gerak keseharian kita. Menggunakan bahasa yang ringan, sederhana, enak di telinga, dengan maksud yang jelas, pas dan tepat sasaran. Semua bisa mengerti. Tidak sebatas ungkapan semata. Tidak sekedar kata pemanis bicara. Tidak hanya bisa berucap sabar, tapi tidak bisa memberikan penjelasan. Terhindar dari “jarkoni”. Sebab sabar memang hal yang luar biasa. Tiada kehidupan tanpa kesabaran. Maka, Allah pun memerintahkan agar kita memiliki kesabaran yang baik. Allah berfirman, “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.” (QS al – Maarij:5) Juga dalam Surat az-Zumar ayat 10 Allah berfirman: “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu." Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya Allah menetapi pahala orang-orang yang bersabar tanpa batas (hitungan).” Nah, bagaimana sabar yang baik itu? Mari kita sibak dalam atsar – atsar yang ada.
Banyak orang umumnya mengartikan sabar dalam hal yang terbatas saja. Bahkan boleh dibilang sangat terbatas lagi sempit. Penyempitan arti sabar yang sebenarnya sangat luas cakupannya. Pengertian sabar tidak hanya terbatas pada saat kita tertimpa mushibah dan kemudian pasrah. Sambil mengurut dada dan tidak melakukan apa – apa. Lihatlah sekililing kita. Banyak ekspresi yang menjelaskan makna sabar dengan mengalah. ‘Sudah ya Mas, sabar saja. Allah pasti akan mengganti dengan yang lebih baik.’ Itu tidak salah, tapi pengertian itu hanya sebagian dari pengertian sabar yang sebenarnya.
Mari kita urai pengertian sabar yang tersirat dan tersurat dalam ayat – ayat Allah secara singkat berikut ini.
1. Sabar merupakan kata kerja aktif, bukan pasif. Artinya orang sabar itu tidak berdiam diri, mengurut dada dan pasrah bongko’an. Justru baru dikatakan sabar ketika berbuat sesuatu – yang baik atau lebih baik, untuk merespon setiap kejadian yang menimpanya. Allah berfirman; “Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.” (QS Muzammil 10). Ayat ini menjelaskan bersabar dengan menjauhi. Di ayat lain Allah mengingatkan; “Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS Huud 11) Ayat ini setidaknya menerangkan bahwa bersabar bisa dilakukan melalui amal – amal sholih.
2. Sabar berarti menunda respon. Sabar itu kekuatan untuk menunda respon. Tidak melakukan sesuatu sampai pikiran dan perasaan menjadi tenang sehingga kembali normal dan berfungsi dengan baik. Ini erat kaitannya dengan marah. Sabar adalah kekuatan mengontrol diri, di saat emosi meledak. Kemampuan menunda respon inilah yang dikatakan sabar. Selain itu sabar dalam menunda respon ini juga terkait pada saat sedang bergembira dan bahagia. Ketika bahagia dan gembira diperlukan kesabaran agar bisa bertindak yang tidak muspro dan useless. Bahkan malah melanggar. Kala punya uang banyak tidak membeli sesuatu yang memang tidak dibutuhkan. Tetapi bisa menabung. Bagi pemuda yang lamarannya diterima oleh pemudi, saking bahagianya terus nyepi, atau bertindak yang lebih jauh dari itu. Semua itu karena tidak bisa menunda respon. Dengan demikian sabar dengan arti menunda respon itu penting kala susah, tetapi lebih penting lagi kala sedang senang. Allah berfirman; “Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.” (QS Yunus 109). Dalam ayat ini Allah mengajarkan kepada Nabi bersabar setelah menerima sesuatu sampai ada petunjuk selanjutnya. Di sini bersabar
menunggu, menunda melakukan sesuatu sampai perintah berikutnya.
3. Menyatukan badan dan pikiran di satu tempat. Ketika badan dan pikiran tidak sinkron, berseberangan, yang ada hanyalah ketergesaan. Penyatuan inilah wujud dari kesabaran itu. Dalam Surat al-Anfaal ayat 66 Allah memerintahkan orang iman yang sedang berperang untuk menyatukan badan dan pikiran dalam menghadapi musuh. Satukan badan dan pikiran. Berdzikirlah, pesan Allah dalam ayat yang lain. Tak lain adalah usaha untuk konsentrasi pada situasi yang tengah dihadapi. Simaklah; “Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.”
4. Sabar adalah melakukan satu hal di satu waktu. Jangan terkecoh dengan budaya instan faster, cheaper and better. Sebab pada dasarnya tidak ada orang yang bisa mengerjakan dua hal dalam satu waktu. Kalau pun ada sebenarnya itu hanya bergantian. Habis ini, terus itu. Atau habis itu, terus ini. Ingatlah firman Allah; “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS Thoohaa 132). Jadi kalau pas sholat ya harus shabar dengan menyadari kalau dirinya sholat bukan mengerjakan yang lain.
5. Menikmati proses tanpa terganggu pada hasil akhirnya. Allah berfirman; “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk tetapnya perkara.” (QS Lukman:17) Bersabar dalam ayat ini mengandung arti menikmati proses, apa pun hasilnya nanti. Yang jelas saat ini sedang menerima terhadap apa yang telah ditimpakan.
6. Sabar adalah kemampuan menyesuaikan tempo kita dengan tempo orang lain. Kadang kita terlalu cepat, sedangkan orang lain lambat. Maka perlu bagi kita untuk menyesuaikan iramanya, sehingga bisa terjalin kebersamaan dan tidak mengganggu adanya. Allah berfirman; “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS al-Kahfi 28) Ini adalah ayat perintah kepada Nabi SAW untuk tetap mau berkumpul, menyesuaikan diri dengan para dhuafa dan fakir – miskin yang penting iman.
7. Hidup selaras dengan hukum alam. Pengetahuan akan hukum alam atau sunatullah akan membuat kesadaran yang berlimpah. Hasilnya muncul kesabaran dalam menghadapinya. Contohnya untuk punya anak harus menunggu 9 bulan. Allah berfirman; “Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu berdiri.” (QS ath – Thuur 48). Dan firman Allah yang serupa; “Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka.” (QS Al – Insan 24).
8. Puncaknya, sabar adalah mengetahui bahwa segala sesuatu itu milikNya dan semua akan kembali kepadaNya. Jika hal ini sudah menjadi ketetapan dan kesadaran setiap saat, maka berarti kita telah memiliki tingkat kesabaran yang pol, tiada tandingnya. Dasarnya adalah sebagaimana yang tersebut dalam dalil yang telah sering kita simak di surat al-Baqoroh ayat 155 – 157: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Kita semua bisa menambahkan jika dirasa ada yang kurang. Dan saya akan sangat bersyukur jika ada yang menambahkan. Jika Allah paring sebenarnya saya ingin mengurai satu per satu dengan jlentreh dan paripurna. Namun karena keterbatasan, semoga ini semua bisa jadi bahan yang berguna untuk dikembangkan di kemudian hari.
Oleh :Ust.Faizunal