Jakarta (8/11). Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristi) terus berupaya mengurangi angka pengangguran, termasuk lulusan Sekolah Menengah (SMK). Upaya ini dipaparkan Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Saryadi pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) LDII 2023, di Grand Ballroom Minhaajurrosyidiin, Jakarta Timur, pada Rabu (8/11).
Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2023 menunjukkan ada 7,86 juta pengangguran, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 5,32 persen. Angka ini menurun 0,54 point dibandingkan Agustus 2022 (5,86 persen).
Saryadi mengatakan, ini menjadi tantangan bagi pemerintah. Di satu sisi Indonesia punya penduduk usia produktif yang banyak, namun ada sekian persen dari mereka yang tidak berkesempatan untuk mendapatkan pekerjaan saat disurvei BPS. Sebanyak 1,8 juta di antaranya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
“Setiap tahun ada 1,65 juta lulusan perguruan tinggi dan ada 1,8 juta lulusan tingkat SMA/SMK/MA yang tidak melanjutkan studi. Jadi ada 3,45 juta pencari kerja baru tiap tahun,” kata Saryadi.
Pada tahun 2030, Indonesia akan mencapai puncak bonus demografi. Pada momen 100 tahun kemerdekaan yakni tahun 2045, jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 318,7 juta orang, dengan tren laju pertumbuhan penduduk 1,25 persen per tahun.
Saryadi mengatakan pembangunan SDM melalui pendidikan vokasi sangat penting, untuk memastikan daya saing nasional yang kompetitif. Menurut laporan Future of Jobs Report 2023, berpikir analitis dan kreatif menjadi keterampilan pokok yang paling dicari oleh dunia kerja. Namun kualitas angkatan kerja Indonesia masih sangat lemah, dibandingkan tantangan kompleksitas pekerjaan masa kini dan masa depan.
“Hendaknya kita bekerja sama, berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan, khususnya di SMK,” ujarnya.
Upaya yang dilakukan Kemendikbudristek salah satunya tentang program SMK Pusat Keunggulan. Saryadi mengatakan dalam rangka untuk mewujudkan SMK yang berkualitas, salah satu indikator keberhasilannya seberapa banyak lulusan SMK itu bekerja. Meskipun pekerjaan itu sendiri banyak faktor yang mempengaruhinya. Mulai dari kesempatan kerja, budaya, dan sebagainya.
Saryadi mengatakan Kemendikbudristek telah memiliki komitmen dalam rangka merevitalisasi SMK. Salah satunya lewat Program SMK Pusat Keunggulan. Program ini ditujukan dalam rangka untuk memastikan kualitas layanan pendidikan di SMK, yang pada akhirnya meningkatkan angka kebekerjaan lulusan SMK. Upaya agar SMK memiliki relevansi yang tinggi dengan dunia kerja juga dilakukan dengan penataan konsentrasi keahlian.
Saryadi mengatakan beberapa daerah sudah dilakukan moratorium jurusan-jurusan tertentu yang berdasarkan analisis sudah jenuh. Atau, saat anak-anak SMK itu lulus, kesempatan kerja itu sudah tidak ada. Oleh karenanya Kemendikbudristek akan memberikan rekomendasi kepada masing-masing Pemerintah Daerah (Pemda). untuk melakukan analisis jurusan-jurusan SMK yang dinilai sudah tidak relevan dengan dunia kerja saat ini. Sebab yang memiliki kewenangan untuk membuka dan menutup sekolah itu ada di Pemda.
“Kami akan merekomendasikan untuk menata konsentrasi keahlian atau jurusan yang ada di SMK. Sehingga jurusannya lebih mencerminkan kebutuhan yang ada pada masing-masing wilayah, kebutuhan di dunia usaha, di dunia industri dan dunia kerja,” ujarnya.
Semoga dlm upaya meningkatkan kualitas SDM yg berkarakter luhur guna menyambut bonus demografi, Alloh paring sukses lancar manfaat dan barokah.
Semoga lebih baik lagi
Semoga lebih baik lagi, Tambah Jaya LDII
Mantab Pak Mentri, Semoga berhasil menuju Indonesia maju,
Pendidikan SMK harus flexible mengikuti perkembangan jaman guna mengimbangi jaman yang serba cepat.