Jakarta (30/7). Sabtu pagi, webinar “Sharia Creative Entrepreneurship” yang digelar DPP LDII menghadirkan desainer fesyen, Jenahara Nasution. Ia adalah founder brand sekaligus direktur kreatif dari ‘Jenahara Official’, brand yang dirintisnya sejak 2011.
Di hadapan peserta webinar, ia bercerita tentang kedekatannya dengan dunia fashion yang berasal dari sang ibu, Ida Royani yang juga artis multitalenta, sekaligus desainer kondang.
Jehan, demikian ia dipanggil, sempat mengeyam sekolah fashion pada tahun 2004. Menurutnya, brand Jenahara tidak lantas segera ia buat karena merasa belum siap dengan tren fesyen kala itu yang masih konvensional. “Konsep Jenahara lebih dimatangkan dulu sebelum akhirnya muncul,” terangnya.
Kareirnya dimulai dengan menjahit ala rumahan seperti membuat baju dengan satu model untuk 5-6 potong baju. Menurutnya, merintis usaha tak mudah meski orangtua berprofesi sebagai desainer fesyen, “Dunia entrepreneur penuh suka duka. Bisnis fashion tak akan habis karena mengikuti tren,” ujarnya.
12 tahun menjalankan bisnis tersebut, pada 2019, brand Jenahara pun menjalin bisnis bersama dengan perusahaan retail besar di Indonesia. Saat ia ditawari model bisnis itu, Jehan mengaku perlu melepaskan ego dirinya meski tak mudah.
“Saya ingin menjalani bisnis sembari menjaga anak-anak. Ketika ditawarkan joint venture, ada fase untuk ikhlas melepaskan sesuatu. Tidak mudah membangun brand dari kecil, tapi sekarang yang memiliki brand tersebut bukan hanya saya saja,” jelasnya.
Sebagai pebisnis, Jehan mengatakan, meraih kesuksesan di industri kreatif, harus memiliki sesuatu untuk diteladani, perencanaan yang matang dan otentik, serta gigih dalam pelaksanaan dan tetap ikhlas.
“Berwirausaha harus menyesuaikan kemampuan. Usaha maksimal dan lakukan yang terbaik. Tidak hanya fokus pada hasil, tapi juga berproses. Berwirausaha menjadi pelajaran berharga untuk hidup kita,” ujarnya. (Nisa/LINES)