Kemang (13/01). Komunitas Titik Temu (KTT) Jabodetabek menggelar diskusi dan seminar creativepreneur alias wirausaha di bidang industri kreatif. Komunitas ini merupakan wadah bagi generus LDII yang memiliki ketertarikan di bidang seni dan kreativitas.
Titik temu adalah komunitas warga LDII yang berprofesi sebagai seniman dan desainer. Komunitas ini ingin turut andil menyukseskan program trisukses LDII dalam mewujudkan generasi profesional religius, yaitu alim-faqih, berakhlakul karimah, dan mandiri.
Untuk itu, diadakanlah seminar dengan tema acara Temu Tamu. Acara ini dihelat di Auditorium Conclave di bilangan Kemang, Jakarta Selatan. Ketua KTT Jabodetabek Chanifa Mashuda menuturkan, acara ini dihadiri 60 orang peserta dari Jabodetabek dan sekitar.
“Temu Tamu merupakan program awal tahun kita. Yang mana program ini merupakan wadah bagi orang-orang kreatif, baik itu seniman, desainer, praktisi atau akademisi untuk berbagi pengalaman dan ilmunya dengan teman-teman komunitas,” ujarnya.
‘Temu Tamu’ menghadirkan Raden Dion Dhirasatwika, co-founder startup Bukku dan Ressa Latifah creative director Tropis. Mereka memiliki inti bisnis yang berbeda, tetapi punya dampak yang luar biasa. Keduanya memberdayakan orang lain.
Pertama kisah Raden Dion. Ia membuat bisnis setelah perusahaan tempat kerjanya kurang berkembang. Kemudian Bersama tiga orang temannya merintis perusahaan Bukku.id. Startup ini bergerak di bidang pernerbitan buku.
“Bukku merupakan platform e-commerce untuk produk literasi di Indonesia seperti buku dan juga official merchandise dengan slogan ‘Belanja Bukku Jadi Mudah’. Jadi kamu menjamin kemudahan seratus persen kepada para customer yang ingin melakukan transaksi di seluruh Indonesia bahkan mancanegara,” ujarnya.
Bisnisnya turut memberdayakan orang-orang, terutama penulis yang ingin menerbitkan bukunya. Apalagi ada beberapa buku yang diterbitkan dijadikan film, penulis pun turut memperoleh royalti. Banyak pula artis dan influencer yang mempercayakan karyanya untuk diterbitkan di bukku id, seperti Fiersa Besari.
Namun, ia juga berbagi cerita. Hal yang paling mempengaruhi hidupnya adalah ibu. Menurut Dion, ibunya sangat mendukung apa yang ia lakukan. Saat merintis usaha, ibunya lebih banyak memberi dukungan moral.
“Kalau dukungan finansial, sepertinya tidak terlalu karena kami bukan keluarga yang berada. Saat profit perusahaan belum stabil, untuk makan pun kesulitan. Di sini ibu datang membawakan makanan dan selalu mendoakan saya. Jika saat ini perusahaan sukses, saya yakin inilah berkat doa ibu pada anaknya,” ujarnya.
Kini perusahaannya mencapai profit seratusan juta per bulan. Puluhan pegawai hidup dari perusahaannya. Berwirausaha juga memiliki tantangan. Selain menghidupi diri sendiri, juga ada beban moral untuk menghidupi karyawan. Ini yang membuat Dion deg-degan.
“Kalau perusahaan tidak ada penghasilan, ini yang membuat saya pusing hehehe. Saya kan harus membayar karyawan. Makanya, saya terus berinovasi. Di luar sana ada startup yang disuntik dana gila-gilaan, istilahnya laku dengan membakar uang. Kalau saya berinovasi dari sisi lain. Misalnya mengemas buku dengan gift box agar menarik di mata konsumen,” ujarnya.
Sementara cerita nasarasumber kedua, Resa Latifah. Ia bercerita, ide bisnisnya bermula dari tugas akhir kuliah menciptakan sebuah brand desain. Ide yang muncul pertama kali adalah tropis. Menurutnya, tropis itu mencerminkan wanita. Dari tema itu, ia menciptakan pola flora dan fauna yang bernuansa hutan hujan tropis.
“Jadi ide aku itu muncul dari tugas akhir. Pertama kali aku bikin pouch dengan desain tropis. Flora dan fauna di Indoneisa banyak sekali, aku terinspirasi tropis dari situ. Setelah aku kerjain, barang ini aku apain ya? Akhirnya, aku tawarin ke teman-teman terus aku masukin Instagram. Ternyata peminatnya banyak dan gambar yang aku bikin, orang-orang pada suka,” tuturnya.
Bisnisnya berkembang hingga banyak yang memesan. Resa Latifah juga berkolaboorasi dengan berbagai influencer, salah satunya Alodita. Kolaborasinya menghasilkan karya berjudul Alodita For Tropis dengan ilustrasi dari daun chamomile, lavender, basil dan mint.
Usahanya pun sudah menghidupi beberapa karyawan. Di akhir acara, ia dan Dion sanagat mengapresiasi Temu Tamu. Karena untuk industri kreatif jaman sekarang, butuh lebih banyak inspirasi baru, sharing tentang usaha, namun yang terpenting adalah keberanian untuk mencoba. Harapannya, setelah keluar dari acara ini, peserta mendapat wawasan dan semakin giat untuk berkarya.(*/lines)