Seblak, makanan khas asal Bandung, terus naik daun di kalangan pecinta kuliner pedas. Hidangan ini terkenal dengan rasa gurih pedas yang menggoda, terutama karena kombinasi kerupuk basah, bumbu kencur, sayuran, serta tambahan seperti telur, bakso, dan sosis. Meski populer, konsumsi seblak secara berlebihan dapat memicu sejumlah gangguan kesehatan.
Dokter IGD Rumah Sakit Daerah Mampang Jakarta, Dyah Novita Anggraini, mengingatkan pentingnya memperhatikan pola konsumsi makanan pedas seperti seblak. “Seblak memang menggugah selera, tetapi kandungan garam, lemak, dan cabainya bisa berdampak buruk jika dikonsumsi terlalu sering,” ujarnya.
Kandungan Gizi dan Risiko Tersembunyi
Seblak terdiri dari kerupuk basah sebagai sumber karbohidrat, aneka sayuran seperti sawi dan kol yang kaya serat, serta protein dari telur, sosis, dan bakso. Bumbu utama seperti cabai mengandung capsaicin yang memberikan sensasi pedas, sedangkan minyak dan penyedap rasa menambah kadar lemak dan natrium. Komposisi inilah yang menjadi pemicu utama gangguan kesehatan jika tidak dikontrol.
Dari Gangguan Lambung hingga Risiko Jantung
Dyah menjelaskan, konsumsi seblak yang terlalu sering bisa memicu gastritis dan tukak lambung akibat iritasi lambung dari capsaicin. “Gejalanya bisa berupa nyeri ulu hati, mual, muntah, dan perut kembung,” jelasnya. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa berkembang menjadi luka di dinding lambung.
Seblak juga dapat memicu GERD (gastroesophageal reflux disease), terutama karena kandungan lemak dan pedas yang tinggi. Gejala GERD meliputi sensasi panas di dada hingga kesulitan menelan. Selain itu, kandungan garam dan penyedap yang tinggi dalam seblak juga bisa meningkatkan risiko hipertensi.
Risiko lain yang mengintai adalah obesitas dan sindrom metabolik. dr. Dyah menambahkan bahwa kerupuk yang digoreng, minyak, serta olahan seperti sosis dan bakso membuat kalori seblak cukup tinggi. “Jika dikonsumsi terus-menerus, bisa memicu kenaikan berat badan, kadar kolesterol, bahkan diabetes tipe 2,” ujarnya.
Tak kalah penting, seblak juga berpotensi menyebabkan dehidrasi dan gangguan ginjal**.** Makanan pedas dapat memicu keluarnya cairan tubuh lebih cepat, ditambah tingginya natrium membebani kerja ginjal.
Agar tetap bisa menikmati kelezatan seblak tanpa mengorbankan kesehatan, dr. Dyah menyarankan untuk mengatur frekuensi konsumsi maksimal satu hingga dua kali dalam sebulan. Ia juga menyarankan untuk memilih bahan yang lebih sehat, seperti menambahkan lebih banyak sayur, menggunakan telur rebus atau ayam tanpa kulit sebagai sumber protein, dan mengurangi penggunaan garam serta penyedap rasa.
“Masaklah dengan sedikit minyak atau pilih metode merebus. Gunakan rempah-rempah alami seperti bawang putih, kencur, dan cabai segar,” ujar dr. Dyah.
Perhatikan juga ukuran porsi dan pastikan mengonsumsi cukup air setelah makan seblak untuk mencegah dehidrasi. Seblak bukanlah musuh kesehatan selama dikonsumsi secara bijak. Kunci utamanya adalah pengendalian porsi dan pemilihan bahan yang sehat. “Jangan sampai karena kenikmatan sesaat, kita justru menumpuk risiko penyakit di masa depan,” tutup Dyah.