Kediri (1/12). Spesialis Anestesi dan Kardiovaskular, Muslim Tadjuddin Chalid mengatakan, keterampilan Bantuan Hidup Dasar penting dilatih, karena memperpanjang nyawa orang lain. Hal itu ia sampaikan pada pelatihan yang diprakarsai DPP LDII dan Forum Komunikasi Kesehatan Islam (FKKI) pada Sabtu, (30/11) di Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri.
Muslim yang juga Ketua Departemen Pengabdian Masyarakat DPP LDII itu menegaskan, idealnya kemampuan hidup dasar dikuasai semua orang karena henti jantung bisa terjadi sewaktu-waktu.
“Dengan memiliki keterampilan itu, memperpanjang nyawa seseorang hingga pertolongan profesional datang. Tak hanya diperlukan oleh tenaga medis, tetapi seharusnya dimiliki oleh semua orang. Karena itu juga butuh latihan yang tepat,” ujarnya.
Saat terkena henti jantung, dalam jangka 3-6 menit pertama tak tertangani segera, akan terjadi kerusakan organ secara permanen. Dalam 10 menit berikutnya, pasien dinyatakan meninggal dunia. Muslim memaparkan, tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dengan lima langkah yaitu Approach Safely, Check and Call, Circulation, Airway, dan Breathing, akan membantu penyelamatan.
Lebih lanjut Muslim menjelaskan, saat Approach Safely lakukan di tempat yang aman bagi korban maupun penolong dan apakah ada orang lain yang membantu. Setelah itu cek respon korban dengan menepuk-nepuk bahu korban atau pasien dengan memanggil namanya. “Jika respon nihil, gerakkan tubuhnya dengan diguncangkan, dan bila tak ada respon, maka panggil bantuan dan jangan tinggalkan korban sendirian,” kata dia.
Selain itu, sambil menunggu bantuan datang, cek sirkulasi nadi karotis dengan meletakkan dua jari pada trakea dan usap ke kiri atau kanan, tekan selama lima detik, jika tak teraba maka lakukan RJP selama 30 kali kompresi dengan kecepatan 100 hingga 120 kali permenit.
Mengenai teknik kompresi yang berkualitas, kata Muslim, dengan menekan di sepertiga bawah sternum yaitu menempatkan telapak tangan di bagian tengah bawah tulang dada, sedikit di bawah puting. “Saat kompresi, gunakan alas datar dengan posisi lengan lurus tidak membentuk sudut, setiap kompresi (menekan dinding dada korban) harus push hard (cukup dalam) dan complete recoil (kembang sempurna),” ujar dokter yang bekerja di RS Pusat Pertamina Jakarta itu.
Mengenai perhitungan kompresi, ia juga menjelaskan, jika lupa menghitung, maka pilih hitungan yang diyakini, dan setelah 30 kompresi beri dua kali pemberian nafas buatan. “Bila terjadi patah tulang iga, tindakan prioritas adalah menyelematkan pasien dari henti jantung,” ujarnya.
Teknik kompresi jantung pada usia dewasa, anak-anak, dan balita juga berbeda. Muslim memaparkan, bagi usia dewasa, kompresi tangan berada pada pusat dinding dada. Sementara terhadap anak-anak dengan menggunakan satu tangan atau dua tangan pada pusat dinding dada. Sementara untuk balita, menggunakan dua jari pada pusat dinding dada.
“Saat menolong pernafasan untuk dewasa, posisi kepala mendongak, sedangkan anak-anak kepala agak mendongak dan untuk balita kepala dalam posisi netral,“ kata Muslim.
Pelatihan itu tak hanya diisi teori, tapi juga praktek lanjutan. Seperti mengatasi tersedak, “Jika korban bisa terbatuk maka supaya batuk lebih kuat hingga tersedak hilang. Apabila tidak bisa batuk maka lakukan lima kali back blows hingga korban sadar dan lakukan RJP kalau korban tidak sadar,” ujarnya.