Jakarta (23/5). Sektretaris III Kedubes Federasi Rusia, Dmitry Kostin, berkunjung ke kantor DPP LDII di Jakarta, pada Senin, (22/5). Ia mengajak pengurus DPP LDII berdiskusi mengenai peran ormas Islam dalam menangkal terorisme dan radikalisme.
Di hadapan Ketua Departemen Pendidikan Agama dan Dakwah DPP LDII, KH. Aceng Karimullah dan jajarannya, Dmitry Kostin bercerita jika di Rusia, peristiwa teroris dan radikalisme kerap terjadi. Terutama radikalisme yang terjadi di beberapa komunitas muslim Rusia dan Crimea.
“Di Crimea, umat muslim di sana diadu domba untuk menjadi teroris. Maka, pengalaman bangsa Indonesia akan kami terapkan di negara kami. Kami sadar, ini bukanlah konflik beragama tapi konflik politik yang membawa agama,” katanya.
Menurut Dmitry Kostin, program deradikalisasi terkait kasus terorisme di negara Rusia sangat penting. Rusia perlu memahami bagaimana cara negara Indonesia, terutama peran ormas Islam dalam menangkal radikalisme. Ia berharap, pertemuan ini berlanjut dan ia berjanji akan menitipkan salam untuk Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva.
“Kita adalah saudara, kita bersama-sama menyelesaikan masalah dan membangun kerja sama. Terutama di bidang ekonomi, agama, dan olahraga. Saya yakin Indonesia dan Rusia memiliki masa depan bersama,” katanya.
Menanggapi cerita Dmitri Kostin, KH. Aceng Karimullah menyadari, ternyata di Rusia juga sering terjadi peristiwa terorisme. Sementara di Indonesia sendiri, dalam setahun ini, baru terjadi peristiwa terorisme sekali sepanjang bulan Januari hingga Mei 2023.
KH. Aceng Karimullah kemudian menjelaskan, Indonesia memberikan ruang bagi pemeluk agama untuk berekspresi. Indonesia memiliki banyak agama. Indonesia bukan hanya milik umat muslim saja. Mereka disatukan oleh ideologi Pancasila dan hidup untuk saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
“Kita terangkan bahwa Islam adalah negara damai. Kita di Indonesia bisa menjalankan rukun Islam dengan damai. Terkait konflik Rusia dan Ukraina juga masalah konflik politik yang harus di cari pemecahan masalahnya secara damai,” katanya
KH. Aceng Karimullah menambahkan, LDII memiliki warga binaan di 34 provinsi. Radikalisme tidak selamanya ditangani dengan represif. Menurutnya radikalisme yang ditangani preventif dan humanis justru bisa berakhir dengan baik.
“LDII bekerja sama dengan BNPT, seperti program warung NKRI. Program ini diadakan untuk membuka dialog antar umat beragama. Dialog tentang Pancasila dan kebutuhan umat,” katanya.
“Untuk generasi muda, kami membina anak-anak mulai usia dini atau paud. Kami mengajarkan perilaku enam tabiat luhur: jujur, amanah, rukun, kompak, kerjasama yang baik, dan muzhid mujhid. Ini menjadi enam moral basis yang diajarkan di warga kami,” ia menambahkan.