Jakarta (22/12). Hari Ibu yang jatuh setiap 22 Desember, menjadi pengingat peran strategis ibu dalam keluarga yang menentukan kualitas bangsa. Apalagi pada era modern, ibu menjalani multiperan sebagai istri, pendidik, bahkan pekerja.
“Multiperan tersebut, seringkali menimbulkan tantangan pembagian waktu bagi para ibu,” ujar Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) DPP LDII Siti Nurannisaa. Ia menjelaskan hal pertama yang perlu dilakukan seorang ibu adalah penentuan skala prioritas dan mengaktifkan fungsi anggota keluarga. Misalnya berbagi tugas rumah dengan anggota keluarga, suami, anak, atau jika memungkinkan asisten rumah tangga.
Menurut Nisa, dalam era digital, para ibu sebagai ibu rumah tangga ataupun wanita karier perlu membekali diri dengan pengetahuan teknologi terkini. Teknologi digital memungkinkan para ibu memantau keluarga, “Anak-anak bisa dipantau melalui media sosial. Jadwal harian bisa diatur dengan perangkat reminder. Bahkan bisa mengajari anak melalui platform digital,” tutur Nisa.
Nisa menegaskan, saat membagi waktu dan kegiatan, satu hal terpenting adalah kemampuan Ibu mengelola diri dan menjaga suasana hati pada seluruh aktivitasnya, “Karena energi Ibu juga akan berpengaruh pada aktivitas keluarga,” imbuhnya.
Untuk menjaga suasana hati, para ibu memerlukan dukungan seluruh anggota keluarga. Maka, para ibu juga harus membuka saluran komunikasi yang jujur dan terbuka antar anggota keluarga, keterlibatan dalam pengaturan tugas rumah sesuai kemampuan, membuat jadwal keluarga yang teratur dan disepakati bersama agar lebih efisien.
Selain itu, saling memberikan dukungan mental dan emosional saat menghadapi tekanan atau tantangan di rumah ataupun di tempat kerja. “Ditambah punya quality time keluarga untuk menciptakan ikatan yang kuat dan memberikan dukungan yang aman, nyaman dan menyenangkan,” katanya.
Dukungan tersebut juga tidak hanya didapat dari lingkungan keluarga, namun juga lingkungan luar rumah seperti lingkup pertemanan atau pekerjaan. Di lingkungan tersebut, para ibu bisa saling mendukung dalam berbagai aktivitas yang membangun, seperti mentorship, kolaborasi, atau dukungan moral dan emosional.
Hari Ibu, Saatnya Menghargai Ibu Berdaya
Adanya Hari Ibu yang diperingati setiap 22 Desember, juga menjadi bentuk menghargai peran penting dalam pembentukan keluarga serta masyarakat secara lebih luas. Peran sentral perempuan dalam keluarga, baik dalam pendidikan, kesehatan, dan menciptakan lingkungan keluarga yang stabil. Perempuan juga turut membentuk bonus demografi melalui transfer pengetahuan dan nilai sejak dini, sejak dari kandungan.
Nisa mengatakan, Hari Ibu menjadi kesempatan untuk meningkatkan kesadaran tentang berbagai isu yang dihadapi oleh perempuan, agar dapat menumbuhkan diri dan lingkungannya dalam menghadapi tantangan berbeda di setiap jamannya. Sesuai tema Hari Ibu tahun 2023, ‘Perempuan Berdaya, Indonesia Maju’, Nisa mengatakan, LDII akan terus melakukan proses edukasi dalam berbagai bentuk kegiatan agar perempuan dapat beradaptasi dengan situasi dan tantangannya masing-masing.
Menurut Nisa, perempuan berdaya adalah perempuan yang mampu mengenali segala sesuatu yang dititipkan Sang Maha Pencipta dalam dirinya. Apapun perannya dalam kehidupan kesehariannya, selama seorang Ibu yakin dan bertanggung jawab atas pilihannya, merasa bahagia pada proses tersebut, maka Ibu adalah perempuan berdaya yang semangat menghadapi tantangan.
Ia berharap agar para ibu terus menjadi pembelajar, karena zaman terus berubah. Menjadi ibu yang baik hati dan menyenangkan, akan menjadi sosok yang selalu dirindukan di rumah dan memberi manfaat bagi lingkungan yang lebih luas.
Islam sudah menempatkan Ibu dalam tataran yang paling mulia mengalahkan bapak.
Ibu sebagai guru pertama kali bagi putra putrinya.
Ibu sebagai penjaga kesehatan bagi keluarga.
Ibu sebagai pusaka paling sakti bagi putra putrinya.
Ibu sebagai penjaga suatu bangsa