Lines (07/08) – Dua kisah berikut adalah cerita favorit saya. Sangat membekas dan menginspirasi. Mendalaminya, semakin menumbuhkan aura kemandirian dan nuansa perbedaan. Darinya, diharapkan kemandirian akan cepat tumbuh terbangun, jika setiap orang sadar bahwa setiap diri adalah pemimpin. Bukan untuk memimpin orang lain, mau tidak mau, dibutuhkan untuk memimpin dirinya sendiri.
Pertama, kisah Raja Mahmud dari Seljuk yang terpisah dari tentaranya. Ketika sedang mengendarai kudanya kencang-kencang, dilihatnya seorang anak lelaki kecil berada di tepi sungai. Anak itu telah menebarkan jalanya ke sungai dan tampaknya sangat murung. “Anakku,” kata Sang Raja, “kenapa kau murung? Tak pernah kulihat orang semurung dirimu.” Anak lelaki itu menjawab, “Hamba salah seorang dari tujuh bersaudara yang tidak berayah lagi. Kami hidup bersama ibu kami dalam kemelaratan dan tanpa bantuan siapapun. Hamba datang kemari setiap hari, memasang jala mencari ikan, agar ada yang dimakan setiap malam. Kalau hamba tak menangkap seekor ikan pun pada siang hari, malamnya kami tak punya apa-apa.”
“Anakku,” kata Sang Raja, “bolehkah aku membantumu?” Anak itu setuju, dan Rajapun melemparkan jala yang, karena sentuhan kewibawaannya, menghasilkan seratus ikan.
Kedua, kisah Raja Prusia, Frederick Yang Agung, ketika berjalan – jalan di pinggiran kota Berlin yang indah. Di tengah perjalanannya dia bertemu dengan seorang kakek tua – renta yang berpakaian lusuh dan bersahaja, berjalan menghampirinya. Melihat situasi seperti itu Frederick Yang Agung merasa kaget seraya bertanya, “Siapa kamu?” Sang kakek dengan tegas menjawab, “Saya adalah seorang raja.” “Raja…?” sahut Frederick sambil menahan tawa, “Di kerajaan mana kamu memerintah?” Dengan yakin dan mantap sang kakek menimpali, “Saya memerintah diri saya sendiri.”
Kisah awal memberikan tuntunan bahkan seorang raja pun, karena leadershipnya, membantu hal kecil pada rakyatnya, tanpa ragu. Hal yang remeh menjadi anggun karena sentuhannya. Sedangkan kisah kedua, juga karena leadershipnya, seorang rakyat jelata menunjukkan siapa dirinya dengan penuh yakinnya. Kesederhanaan yang dibungkusnya, menjadi begitu menyentuh, indah. Hal ini terjadi karena secara fitrah setiap diri adalah pemimpin, dengan kapasitas yang berbeda. Kepemimpinan tak ada hubungannya dengan jabatan. Kepemimpinan adalah milik setiap orang. Kepemimpinan adalah tindakan, bukan jabatan.
Sang Guru bijak selalu berpesan singkat dalam setiap sesi; Leadership is an action, not a position. Kepemimpinan adalah perilaku kita sehari – hari, bahkan yang sederhana sekalipun. Berkata jujur, bersikap baik, tidak berbohong, sopan-santun adalah kepemimpinan. Mengunjungi kawan yang sakit, silaturrahim, mendengarkan curhat seorang sahabat, mengantar istri belanja dan membacakan cerita untuk anak adalah kepemimpinan. Tepat waktu, disiplin, menghormat tamu, berbakti kepada kedua orang tua adalah kepemimpinan. Banyak hal, dari yang besar sampai yang kecil, adalah kepemimpinan.
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا مُوسَى بْنُ عُقْبَةَ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ ـ رضى الله عنهما ـ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالأَمِيرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Dari Ibnu Umar r.a., dari Nabi SAW, beliau bersabda; -“Setiap kalian adalah penggembala, setiap kalian akan ditanya dari gembalaannya, amir adalah penggembala, seorang lelaki adalah penggembala atas keluarganya, seorang istri adalah penggembala atas rumah suaminya dan anak suaminya, maka setiap kalian adalah penggembala dan setiap kalian akan ditanya dari gembalaannya.” (Rowahu Bukhary)
Diantara kita terlalu menggebu dalam mengapresiasi dalil ini, sehingga lupa bahwa sebenarnya makna dalil ini begitu sederhana. Ia ada di kalimat pertama dan penutup. Tetapi kebanyakan terbawa untuk melempar pandangan keluar, alih-alih ke dalam. Padahal, sejatinya ia ada di dalam sebelum keluar. Begitu dekat dengan kehidupan keseharian kita. Begitu lekat dengan jiwa kita, sebab kepemimpinan adalah fitrah, sebagaimana dua kisah di atas. Kepemimpinan adalah anugrah serta amanah yang akan dipertanyakan kembali oleh yang menitipkan.
Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang.
Wah. Bener bener, LINES yang sekarang, (dulu aku belum punya ig, jadi kurang tahu) banyak sekali kata kata indah. Tertata rapi membungkus pesan kaya makna. Teruskan, semoga bermanfaat, semoga aman, selamat, lancar, dan batokah.
Bagus tulisannya 🙂
Muga di paringi sehat dan barokah buat semua tim agar dapat berbagi kebaikan ilmu akhirot duniawi
Godbless
Alhamdulillaah bisa menjadi pelajaran diri
Menakjubkan
Ajzkhro
Alhamdulillah jazaa kumullohu khoiroo nasihatipun 🙂