Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati Lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang
Mari kita lanjutkan perjalanan. Keep moving forward! Tapi sebelumnya, kita mampir dulu ke grup yang selalu memberi warna dan penuh dinamika. Salah satunya kreativitas para sosialita dalam unjuk gigi, memainkan jemari.
Ceritanya, ada beberapa pemuda ketahuan bergerombol di luar rumah tanpa mengindahkan aturan social distancing atau physical distancing. Kemudian ada seseorang yang peduli, datang dan mengingatkan. Namun, dengan lugas mereka menjawab; “Maaf kami dari kelas bahasa dan biologi, bukan fisika maupun sosial.” Nah, lho…!
Salah satu karunia yang Allah berikan kepada manusia adalah kreativitas. Selain bersahabat dengan waktu, ia menjadi bibit-bibit optimisme dalam menghadapi segala situasi. Walau tak jarang banyak juga yang terbawa arus, dan jatuh pada keputusasaan. Namun pesan-pesan tua sudah memberikan tuntunan dengan jelas untuk selalu berusaha, berikhtiar, jangan malas, diam berpangku tangan dan berandai-andai saja.
Imam Muslim dalam shahihnya – Kitab Al-Qodr memberikan ajaran yang indah. Dikutip dari sahabat Abu Huroiroh wasiat tua itu menuntun pada jalan cerah kehidupan berpelukan indah dengan sang qodar.
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَابْنُ، نُمَيْرٍ قَالاَ حَدَّثثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ، عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ عُثْمَانَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ، عَنِ الأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِبِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا . وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَان
Dari Abu Huroiroh, ia berkata, bersabda Rasulullah SAW,”Orang iman yang kuat itu lebih baik dan lebih disenangi Allah daripada orang iman yang lemah, namun pada kesemuanya itu ada kebaikan. Bersemangatlah kamu menempuh apa yang bermanfaat bagimu. Mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan sekali-kali kamu malas. Jika sesuatu menimpamu, janganlah kamu katakan, “Seandainya dahulu aku lakukan ini dan itu, niscaya akan demikian dan demikian.” Namun, katakanlah, “Ini adalah takdir Allah, apa yang Ia kehendaki pasti terjadi. Karena sesungguhnya kata-kata “seandainya” itu membuka amalan syaitan.”
Sikap tidak menyalahkan itulah awal penerimaan. Yang lalu biarlah berlalu, jangan dipermasalahkan. Jadikanlah dia sebagai pelajaran kehidupan. Yang akan datang kita belum tahu, janganlah berandai-andai, sehingga melenakan kita. Bersemangatlah dan isilah hari ini dengan hal-hal yang manfaat dan pasti. Niscaya terbuka pintu kegembiraan, keridhaan dan kesyukuran; kita masih diberi waktu hari ini. Kerjakan apa yang bisa kita kerjakan. Kelola apa yang bisa kita kelola. Pengaruhi apa yang bisa kita pengaruhi. Di luar lingkaran pengaruh kita, masih ada pengaruh – pengaruh lain, dan yang tak terkalahkan tentunya adalah pengaruh kehendak Ilahi. Pemahaman seperti ini tentu akan memberi jalan terang pemahaman kita dalam menghadapi setiap keadaan dengan indah dan perwira, beriman dengan qodho dan qodar saat ini dan nanti.
Nah, sambil terus berkontemplasi dan instrospeksi mudah-mudahan lelucon penutup ini menambah angin segar sehingga padang akal dan fikiran. Pertanyaannya; “Kenapa virus corona sekarang kok disebut Covid 19? Jawabannya; “Sebab berasal dari China. Kalau berasal dari Jawa namanya pasti Masvid 19, atau Bangvid kalau dari Betawi, atau Cakvid kalau dari Suroboyo.” Yah, ha, ha, ha…..! Semuanya tetap berbahaya.