Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati Lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang
Setelah angka PDP Covid-19 menembus enam digit, ada gundah melanda. Sebuah kekhawatiran yang mungkin semua orang merasakannya. Apalagi setelah dilaporkan oleh BNPB, secara mengejutkan tercatat PDP tertinggi selama ini yaitu tanggal 13 Mei sejumlah 689 orang dalam sehari. Sampai kapan situasi seperti ini? Kapan akan berakhir? Apakah diam saja? Sabarkah menghadapi ini semua?
Selain faktor kebutuhan (ekonomi), pada umumnya faktor sosial-lah kontributor utama. Banyak orang tidak betah untuk tinggal lama di rumah. Tagar: Stay at home, menjadi musuh nomor satu. Dan banyak dilanggar tanpa pemberitahuan. Jalanan masih sibuk dan pusat-pusat keramaian seperti tidak ada beda. PSBB? Belum seperti yang diharapkan. Apalagi terkait bulan Ramadhan.
Apapun, pesan tua masih menempel erat di ingatan ini. Bunyinya; segala sesuatu yang terjadi itu adalah karunia terindah dan anugerah terbaik dari Sang Hyang Widhi. Kita bisa menyunting dengan indah narasi itu dari sumber aslinya;
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
[al-Baqarah: 216]
Dan terbukti, pandemik virus corona, menjadi salah satu jalan disampaikannya asrama Quran online untuk pertama kalinya. Seperti durian runtuh, harapan untuk bisa berguru kepada orang-orang pilihan di dunia ini, menjadi kenyataan. The dream comes true. Bahkan tidak perlu pergi jauh-jauh. Sesuai tagar corona; ‘cukup di rumah saja’. Jadi tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semua atas kehendak-Nya.
Lagi dan lagi, sudut pandang dan perspektif kehidupan yang penuh kesyukuran menjadi ujung tombak dalam menghadapai situasi apapun. Entah dari sisi mana Anda memandang pandemik ini, dari sudut sempit pandangan mata kecil saya, ia semacam hadiah terindah di bulan Ramadan kali ini. Allah berfirman:
“Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
(QS. An-Nisa’: 19).
Tak lain karena hadirnya kemuliaan dan dahsyatnya Al Quran di bulan mulia ini dari guru-guru pilihan dengan cakrawala ilmu yang tiada tandingan. Melupakan dan mengalahkan segalanya, bahkan meneggelamkan saya dalam kesibukan luar biasa untuk mereguk sebanyak-banyaknya. Menjadi “mabuk” karena quran. Mumpung stay at home. Sampai-sampai melupakan untuk bertegur sapa seperti biasa dengan sedulur-sedulur semua, bahkan untuk sekedar memohon maaf. Dan mumpung masih ada waktu, dari hati terdalam dan dengan penuh kesungguhan kami secara pribadi yang penuh dengan kekurangan dan ketidaksempurnaan: mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan.
Mari terus berusaha. Jangan pernah menyerah. Yakinlah Allah selalu menunggu dengan akhir usaha terbaik kita dengan kepasrahan yang mendalam. Kewajiban setiap orang berusaha maksimal sebaik-baiknya. Namun, keberhasilan bukanlah kewenangannya. Mudah-mudahan Allah selalu memberikan pertolongan, perlindungan dan kebarokahannya kepada kita semua. Amin.