Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang
Ada dua ayat cinta yang sungguh mengugah hati yang suci. Di mana cinta tumbuh bersemi. Pertama, Allah mengeluarkan pernyataan yang sangat indah di Surat Al-Baqarah 257:
ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُخْرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ
“Allah adalah kekasih bagi orang-orang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).”
Kedua, Allah menegaskan dengan lantang bahwa orang-orang iman itu orang yang amat sangat cintanya kepada Allah.
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ ٱللَّهِ ۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ ۗ
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (QS Al-Baqarah:165)
Dua ayat di atas adalah pelipur lara bagi para petualang cinta. Para pelancong dan pencari kekasih. Dalam hal hubungan dua insan sudah jamak dikenal dengan hubungan cinta, namun ada suatu hubungan yang lebih dari itu, di atas cinta yaitu sebagai kekasih. Tidak terikat norma, tidak berbentuk dan tanpa ikatan waktu. Oleh karena itu, Allah menyebutnya kalau Dia adalah kekasih bagi orang iman. Pemahamannya sederhana. Bagi setiap manusia normal, memiliki kekasih adalah salah satu bentuk pengalaman sangat berkesan yang sulit terlupakan. Tidak sedikit orang beranggapan, memiliki kekasih jauh lebih indah dari memiliki suami atau isteri. Dalam berhubungan dengan kekasih, dunia seperti penuh imajinasi dan fantasi. Dan saya termasuk orang yang membenarkannya.
Di awal-awal pernikahan, saya pernah mengalami keindahan yang penuh imajinasi dan fantasi bersama seorang wanita yang sekarang sudah menjadi ibu dari anak-anak. Tak terulang. Kenangan menunggu berjam-jam di stasiun kereta, bersua semenjana dan singkat di bandara dan berjalan menelusuri pinggiran hutan yang gelap dan sunyi di bawah rintik hujan yang menyirami bumi. Sungguh sebuah pengalaman yang sulit dilupakan. Namun, percayalah semua itu masih kalah indahnya, ketika bisa berhubungan mesra dengan sang kekasih sebenarnya (baca Allah).
Pertama-tama, Allah menyatakan Dia adalah kekasih, kemudian menjabarkan dengan cara apa dia diperoleh, yaitu dengan sangatnya mencintai. Jika kita sudah merasakan indahnya kenangan bersama pasangan hidup selama ini, yang penuh imajinasi dan emosi, maka tingkatan sebagai kekasih Allah akan memberikan jalan keindahan yang lebih dahsyat dan bermartabat. Kedua, persis seperti apa yang dijelaskan Sahabat Abu Hurairah. Ada keistimewaan ketika kita punya kekasih.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَة رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُول اللَّهِ صلى الله عليه و سلم إنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ: “مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقْد آذَنْتهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْت سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ”.
[رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ]
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasûlullâh ﷺ bersabda, ”Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman, ’Barangsiapa memusuhi Kekasih-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.’” (Rowahu Al-Bukhari)
Keindahan menjadi seorang kekasih memang luar biasa. Tidak semudah mengerti matematika dan statistika yang serba eksak. Juga tidak bisa dimengerti dengan definisi yang kering dan kaku. Pokoknya, serba indah dan terus bergerak. Ia menghadirkan pengalaman-pengalaman yang merangsang imajinasi dan keindahan dari waktu ke waktu. Tidak bisa diterawang dengan logika. Menyadari sebagai kekasih, tidak hanya dunia penjelasan (explanation) yang berubah, tetapi juga dunia pengertian (understanding). Tidak saja otak yang terbuka, namun termasuk juga jiwa. Tak hanya menjadi lebih pintar, melainkan juga lebih peka. Melihat cakrawala yang menampung sinar matahari, kemudian nyanyian bintang-bintang, arus sungai yang mencari laut, indahnya bentang alam, sungguh pancaran keindahan dan bertemu kekasih dengan keagunganNya di sana. Di kesempatan lainnya, kekasih tadi sama dengan cinta yang tinggal di keheningan hati yang putih. Bercengkerama dengan ‘kekasih’ ini sungguh sebuah pengalaman yang merangsang imajinasi dan keindahan. Jiwa pun dibuat kaya, kreatif dan inovatif karenanya.
Bagi yang belum merasa punya ‘kekasih’ dalam hidup ini, bergegaslah mencarinya. Sebelum Anda melewatkan keindahan penuh imajinasi dan fantasi berlalu di kehidupan ini. Sebab keindahan terakhir sebagai kekasihNya, itu lebih indah dari sinar matahari pagi. Lebih sejuk dari hawa pegunungan. Lebih harum dari bunga manapun. Lebih lembut dari sutera. Lebih halus dari salju. Lebih molek dari wanita yang paling cantik. Dan yang paling penting, ia penuh imajinasi dan fantasi.
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Ingatlah, sesungguhnya Kekasih2 Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di kehidupan dunia dan di akhirat. Tidak ada yang merubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (QS Yunus: 62-64)
Ingatlah, Sang Kekasih selalu setia menanti di setiap penghujung gelap malam yang sunyi ini.