Jakarta, (19/03). Bahasa berperan penting sebagai alat pemersatu bangsa menjadi diskusi utama dalam Focus Group Discussion (FGD) Wawasan Kebangsaan yang terselenggara di Jakarta Selatan, Patal Senayan, Selasa lalu.
Dengan mengangkat tema persatuan dan kesatuan bangsa dalam pesta demokrasi yang akan digelar pada 17 April mendatang, faktor bahasa memainkan peran penting yang mengikat secara emosional.
Menurut Maryanto, Kabid Pengendalian Bahasa dan Penghargaan bidang Bahasa Indonesia dari Kemendikbud, peran Bahasa Indonesia sangat strategis, tidak hanya dalam hal militer. “Penggagasan bahasa ada tantangannya, tidak hanya tantangan kebahasaan tapi juga tantangan geopolitik secara global.”
Penggunaan bahasa pada pemilu yang diselenggarakan serentak tahun ini, biasanya digunakan para calon-calon legislatif untuk berkampanye juga membangun informasi. Namun, banyak juga yang menjadikan bahasa sebagai alat penyebaran berita palsu. Muncul keyakinan bahwa bahasa alat yang paling ampuh untuk mengekalkan kekuasaan. “Dulu penggunaan bahasa Belanda dan Melayu yakni membedakan kelas atau status sosial. Dan saat itu Belanda berhasil,” ujar Maryanto.
Maryanto juga memaparkan adanya beberapa pokok masalah dan tantangan dalam penggagasan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Pelembagaan bahasa sebagai bahasa persatuan dianggap belum kuat. Adanya tumpang tindih antara bahasa Indonesia dengan pelestarian bahasa daerah, serta penggunaan bahasa asing karena kebutuhan akan komunikasi global juga manjadi pokok permasalahan.
“Cantumkan bahasa asing atau bahasa daerah sebagai pendukungnya. Utamakan bahasa negara atau bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah dan kuasai bahasa asing,” lanjut Maryanto.
Dalam diskusi ini, Maryanto juga memaparkan beberapa solusi salah satunya dengan menetapkan tokoh yang menggagas bahasa Indonesia dan memberikan penghargaan pada tokoh tersebut, “Bagaimana bisa menghargai bahasa sebagai bahasa pemersatu, tapi belum ada penghargaan untuk penggagasnya,” katanya.
Lebih lanjut, bahasa sudah tertulis dalam ikrar sumpah pemuda sebagai tonggak awal lahirnya dasar persatuan Indonesia. LDII mengangkat tema bahasa sebagai alat pemersatu bangsa bukan hal yang main-main. Acara ini menjadi bukti bahwa LDII konsisten dan berkonsentrasi terhadap persatuan dan kesatuan bangsa. Sesuai hasil rapat kerja nasional LDII yang terlaksana pada bulan Oktober 2018.
Diskusi yang juga dimoderatori oleh Sarji Muhammad, dihadiri oleh pembicara Djoko Sulistiyono dari perwakilan Kemendagri dan Mahsun dari Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud. Dan peserta diskusi yang terdiri dari para praktisi dan anggota ormas serta mahasiswa.(laras/dimas/lines)