Padang (17/11). Wujud kerjasama antara LDII dengan Polri tampak dalam Pelatihan Dai Mitra Kamtibmas Tingkat Regional Angkatan I dengan tema “Sinergi Polri dan Ormas dalam Kerangka Deradikalisme Guna Mewujudkan Kamtibmas di Sumatera Barat”.
Pelatihan yang diadakan pada 17 November 2015 di Gedung Kaharuddin Dt. Rangkayo Basa Polda Sumatera Barat ini bertujuan menghasilkan juru dakwah, yang mampu berdakwah sekaligus menjadi perpanjangan tangan Polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Dengan demikian tercipta kondisi stabilitas yang kondusif.
“Pelatihan ini kami harapkan dapat berkesinambungan, sehingga LDII dapat menghasilkan juru dakwah yang memiliki pengetahuan tentang kamtibmas selain pemahaman agama yang baik,” ujar Ketua Umum DPP LDII Prof. Dr. KH. Abdullah Syam, M.Sc.
Senada dengan Abdullah Syam, Direktur Binmas Polda Sumbar Kombes Pol Sus Edy Tafif, S.St. MK menyatakan juru dakwah merupakan perpanjangan tangan polri dalam tugasnya mengajak masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat. Sinergi dan koordinasi yang baik antara masyarakat dengan kepolisian dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
“Fungsi juru dakwah di tengah-tengah masyarakat dalam menyiarkan dakwahnya juga sebagai corong polri, dalam memberikan pemahaman tentang Kamtibmas sehingga lahirlah kesamaan pandangan tentang Kamtibmas,” ujar Tafif.
Dir Intelkam Polda Sumbar,Kombes Pol. Drs. Hariyanta, M.Si. menyambut baik inisiatif LDII dalam menggelar Pelatihan Dai Kamtibmas. Menurutnya radikalisasi disebabkan tiga faktor, pertama faktor ideologi yang disebabkan oleh pemahaman agama yang kurang komprehensif, sehingga menimbulkan kesalahan dalam penafsiran mengenai jihad, yang selalu menjadi para pelaku radikalisme dalam melakukan aksinya.
Kedua adalah faktor ekonomi, di mana para pelaku dijanjikan pekerjaan dengan gaji yang tinggi, diberikan fasilitas bahkan dijanjikan dapat menunaikan ibadah haji dan umroh secara gratis. Dan ketiga faktor kurangnya pengetahuan, “di mana para pelaku yang umumnya remaja atau dewasa muda, diajak bergabung dengan ormas tertentu, mengikuti kegiatan sosial atau ritual keagamaan,” ujar Hariyanta.
Dalam kesempatan yang sama Ketua DPP LDII, Drs. Hidayat Nahwi Rasul berharap para dai harus mengajak seluruh umat Islam, merawat kemajemukan dan menjaga solidaritas dengan membawa pesan Islam agama yang rahmatan lil alamin. Selanjutnya langkah ini dapat dimulai dari tingkat keluarga, yang merupakan komunitas terkecil dalam masyarakat. Dengan memberikan pemahaman kepada orangtua tentang bahaya dan dampak negatif media sosial, yang akrab dengan kehidupan para generasi penerus.
Dalam kesempatan itu, ulama besar Sumbar Drs. H. Mas’oed Abidin atau yang lebih akrab disapa Buya Mas’oed Abidin, menegaskan pentingnya peran juru dakwah dalam menyebarkan Islam. Menurutnya juru dakwah mengajak umat ke jalan yang dirihoi Allah dengan dakwah yang menyejukkan. Hal serupa disampaikan oleh Kakanwil Kemenag yang H. Yufrizal, S.Ag. M.Hi. Dalam penuturannya Yufrizal mengatakan juru dakwah berperan dalam memberikan pemahaman agama yang benar, di tengah-tengah masyarakat sebagai ibadah yang agung.
Kesamaan nilai dan norma yang dibawa oleh para juru dakwah merupakan modal sosial yang perlu dirawat dan dijaga. Hal ini disampaikan oleh Ketua DPP LDII, Ir. Prasetyo Sunaryo. Prasetyo memaparkan para dai harus meningkatkan kapasitasnya terutama dalam menyikapi perubahan zaman, yang meliputi tiga hal yakni pertama kecepatan.
Hal ini berkaitan dengan arus informasi yang semakin mudah didapat oleh masyarakat, “Juru dakwah berkontribusi dalam membangun benteng keimanan yang kuat dalam menyaring informasi,” ujar Prasetyo. Kedua adanya perubahan yang cepat, dahulu untuk mendapatkan informasi masyarakat harus membeli media cetak, namun sekarang semuanya ada di dalam genggaman melalui ponsel cerdas, yang semakin mudah dan murah didapat. (ibl)