Sleman (30/11). Pengurus Perempuan LDII Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Fitri Anomsari dan Ira Fatmawati menghadiri “Seminar dan Lokakarya (Semiloka) Membangun Keluarga Tangguh Finansial dan Emosional”. Acara tersebut dihelat Komisi Perempuan, Remaja, dan Keluarga, MUI DIY, di Grand Keisha Yogyakarta, pada Sabtu (23/11).
“Semiloka ini merupakan langkah maju MUI DIY dalam membantu orangtua mendidik anak, di tengah gempuran pengaruh negatif yang sulit dibendung,” ujar Ketua Biro Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) DPW LDII DIY, Fitri Anomsari.
Langkah strategisnya, Fitri mengungkapkan, DPW LDII DIY, melalui kelompok kerja (Pokja) Perempuan LDII DIY, siap bekerja sama dengan MUI DIY mendukung terwujudnya keluarga tangguh, “Yang berakhlakul karimah,” imbuhnya.
Dalam semiloka tersebut, Dosen Psikologi UIN Sunan Kalijaga, Maya Fitria menjelaskan, untuk mewujudkan keluarga yang tangguh, diperlukan komunikasi yang baik, saling mendukung secara emosional, “Mengembangkan pola hidup sehat, dan meningkatkan pendidikan agama,” katanya.
Sementara itu narasumber lainnya, psikolog, Asmar mengungkapkan, perlu adanya peningkatan kemampuan seseorang untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan yang dihadapi. “Melalui penanaman regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme dan empati,” pungkasnya.
Asmar melanjutkan, peningkatan peran individu untuk membangun ketahanan keluarga, melalui optimalisasi delapan fungsi keluarga. “Fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosial, pendidikan, ekonomi, dan lingkungan,” ujarnya.
Terkait ketahanan keluarga pada aspek ekonomi, Asmar menjelaskan, sebuah keluarga dapat memenuhi kebutuhan anggotanya melalui pembagian tugas dan peran, “Menanamkan nilai-nilai keuangan keluarga, merencanakan keuangan keluarga dan pengembangan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan,” tuturnya.
“Yang dimaksud fungsi ekonomi keluarga adalah memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarga, membagi tugas dan peranan, menanamkan nilai-nilai keuangan keluarga, merencanakan keuangan keluarga, dan mengembangkan kemampuan individu dengan meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” jelasnya.
Setelah aspek ketahanan keluarga secara finansial, selanjutnya diperlukan dukungan aspek ketahanan keluarga secara emosial. Dalam semiloka ini, disampaikan materi lokakarya “Menjadi Orangtua Asyik untuk Anak”.
Anggota Komisi Pemberdayaan Perempuan, Remaja dan Keluarga MUI DIY, Fatma Amilia menjelaskan, setidaknya ada empat peran dan tanggung jawab orangtua. Pertama perawatan, meliputi menjaga kebersihan dan kesehatan, kedua pengasuhan meliputi memenuhi kebutuhan pangan, pakaian, dan tempat tinggal.
“Ketiga perlindungan, meliputi menjamin anak dalam keadaan aman dan selamat. melindungi anak dari perlakukan kekejaman, kekerasan, penganiayaan dan perlakuan salah lainnya. Keempat pendidikan, meliputi memberi keteladanan dan pembiasaan untuk membangun karakter positif, dan memberi rangsangan serta latihan agar kemampuannya meningkat,” urainya.
Selanjutnya, narasumber lainnya, Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya dan Media UGM, Sarjoko menjelaskan, untuk menjadi orangtua yang asyik, perlu melaksanakan tiga hal. “Yaitu, berkomunikasi, mendengarkan, dan memberikan pengakuan,” imbuhnya.
Ia mengatakan, mendengar adalah cara termudah untuk membangun komunikasi dengan anak. “Awali dengan pertanyaan sederhana, seperti, bagaimana tadi di sekolah?,” pungkas Sarjoko.