“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. Maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui…”
Syahdan, terdapatlah sebuah negeri yang semua penduduknya kebanyakan orang buta. Seorang raja beserta pasukannya yang membawa seekor gajah, lewat di tempat itu. Beberapa dari orang buta itu mencoba “melihat” gajah dari dekat. Tentunya hanya bisa dengan meraba-raba bagian tubuh dari gajah itu. Namanya juga orang buta.
Setelah raja dan pasukannya serta gajah itu pergi, penduduk negeri bertanya kepada orang-orang buta yang berkesempatan “melihat” gajah. Seperti apa sih, hewan yang namanya gajah? Dan inilah jawabannya:
“Gajah itu hewan seperti permadani, besar, kasar, luas, dan lebar”
“Gajah itu hewan seperti pipa lurus bersuara, mengerikan dan merusak.”
“Gajah itu hewan seperti tiang, kuat dan tegak.”
Tentu saja jawabannya berbeda-beda, karena orang buta pertama hanya menyentuh telinga gajah, orang buta kedua hanya meraba belalai dan gading gajah, sedangkan orang buta ketiga hanya memegang kaki gajah. Moral dari cerita yang sudah ada dalam khazanah literatur Islam sejak tahun 1150an itu adalah, jika tidak tahu, tanyalah orang yang benar.
Dua kalimat yang ditulis diatas adalah terjemahan dari 2 penggalan ayat yang bunyinya persis sama, tetapi dari 2 surat yang berbeda, yang dikutip dari Tafsir Kitab Suci Al-Quran terjemahan Departemen Agama RI. Penggalan ayat itu adalah tentang perintah Allah SWT bahwa jika ada hal yang tidak kita ketahui, maka bertanyalah. Tetapi jangan bertanya kepada sembarang orang. Apalagi jika bertanya tentang urusan agama.
Apa akibat dari bertanya kepada sembarang orang? Silahkan buktikan sendiri. Coba tanyakan kepada sembarang orang, hal-hal yang berikut ini:
Tentang praktek mukhlishiina lahuddiin (Karena Allah)
Tentang praktek wa’tashimu bi hablillaah jamii’an (berjamaah)
Tentang praktek anshoorullooh (menolong agama Alloh)
Tentang praktek sholat dari mulai takbir sampai salam yang 100% ada haditsnya
Dan seterusnya.. dan seterusnya..
Jawabannya tentunya bakal bermacam-macam. Persis seperti cerita orang buta yang menjawab pertanyaan tentang gajah.
Di masyarakat pada zaman Nabi, penyair memiliki kedudukan yang sangat terhormat. Ketika terjadi kompetisi syair berjudul “Al-Fil” alias “Gajah”, maka Nabi menyajikan surat Al-Fil atau surat “Alam taro” yang begitu luhur maknanya, yaitu tentang penyerangan Raja Abrohah dengan pasukan gajah yang ingin menghancurkan Kabah. Abrohah dan gajah-gajahnya akhirnya lumat habis di sambit burung Ababil.
Pesaingnya nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab menyajikan syair dengan judul yang sama “Al-Fil”. Begini bunyinya: “Gajah. Apa itu gajah? Gajah adalah binatang yang besar, telinganya lebar, dan belalainya panjang …”. Benar-benar syair gak mutu.
Kaligrafi indah di atas adalah penggalan sebuah ayat yang kalimatnya sama dan terdapat di dalam 2 surat Al-Quran yang berbeda. Saat itu, banyak orang mempertanyakan keabsahan kenabian Muhammad. Mana mungkin, kata mereka, Muhammad yang orang-orang biasa saja, sama-sama jalan ke pasar, menjadi seorang Nabi. Nah, untuk menanyakan tentang kenabian Muhammad jangan tanya sembarang orang, tapi tanyalah ahli kitab Taurat dan Injil, yang pada saat itu isinya masih asli. Mereka tahu ciri-ciri Nabi Muhammad karena memang tertulis dalam kitab-kitab pendahulu Al-Quran itu.
Jangankan ahli kitab seperti Waroqoh bin Naufal, seorang Kaisar Romawi Heraklius saja (dalam hadits namanya disebut Hirokla) tahu ciri-ciri Muhammad sebagai Nabi, sehingga hampir saja insof masuk Islam. Hanya kemudian batal karena takut kehilangan takhta.
Alhamdulillah bagi yang sudah bisa membaca kaligrafi di atas, dan menemukannya di dalam 2 (dua) surat apa dan ayat berapa. Bagi yang belum bisa membaca bunyi kaligrafi, silahkan klik gambar berikut:
Maka bersyukurlah kepada mereka yang sudah bertemu dengan Ulama yang bisa dijadikan rujukan untuk tempat bertanya.
Dan bagi mereka yang sudah bertemu dengan Ulama, tetapi masih terbersit untuk menanyakan gajah kepada orang buta: apa yang mereka cari? Fa ‘aina tadzhabuun?
Subhanalloh
Jazakumullaaoh khoiron