Tokoh Islam banyak melahirkan ilmuwan dan cendekiawan yang cerdas dan memiliki karya yang banyak memberikan manfaat bagi umat manusia. Seperti ilmuwan hebat yang satu ini. Dia adalah seorang peletak dasar ilmu sosial, politik dan ekonomi.
Bahkan beberapa orang menyebutnya sebagai Bapak Sosiologi Islam dan Bapak Sejarah. Dia adalah Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Abu Bakr Muhammad bin Al-Hasan atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Khaldun. Tokoh ini lahir pada Bulan Ramadan, tepatnya 1 Ramadan 732 (27 Mei 1332 M) di Tunisia. Ibnu Khadun merupakan keturunan Yaman.
Sejak kecil di tanah kelahirannya, dia mempelajari ilmu dari para ulama Andalusia. Bahkan Alquran pun sudah dihafalnya sejak masih kecil. Dia juga mempelajari beragam ilmu syariat seperti hadits, ushul fikih, fikih madzhab Maliki dan ilmu tauhid. Ia juga mempelajari ilmu bahasa, fisika dan matematika. Studi yang ia lakukan berhasil menuai nilai yang memuaskan.
Ibnu Khaldun sudah tertarik mengikuti kegiatan politik sedari muda. Ketika ia mulai tumbuh dewasa beberapa dinasti kecil sudah memberikannnya jabatan penting di kalangan pemerintahan. Namun, kemudian ia sebagai sejarawan dan ahli filsafat Islam lebih memilih untuk memberikan perhatian pada kegiatan menulis dan mengajar. Dalam semua bidang pelajaran, ia mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dari para gurunya.
Namun pendidikannya sempat terhenti karena penyakit pes telah melanda selatan Afrika pada tahun 749 H. Penyakit itu merenggut ribuan nyawa termasuk ayahnya dan sebagian besar gurunya. Beberapa karya hebatnya telah dikenal dunia. Salah satu karyanya, kitab al-‘ibar (tujuh jilid) ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane pada tahun 1863, dengan judul Les Prolegomenes d’Ibn Khaldun.
Kitab ini ini pun dijadikan dasar dalam ilmu sosiologi oleh sosiolog-sosiolog German dan Austria yang memberikan pencerahan bagi para sosiolog modern di tahun 1890. Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi diantaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-‘ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis). Isi Muqadimmah ini adalah pembahasan tentang ilmu sosial dan politik, dasar-dasar pembangunan masyarakat, dan pembidangan ilmu pengetahuan.
Oleh sarjana dunia barat, Ibnu Khaldun dinyatakan sebagai sarjana pertama yang mengemukakan prinsip sosiologi. Dan dengan pandangan-pandangannya, Ibnu Khaldun telah menyingkap prinsip-prinsip keadilan sosial dan politik ekonomi, jauh mendahului Marx dan para sarjana Barat. Arnold Toynbee mengisyaratkan bahwa Ibnu Khaldun telah menemukan dan mengembangkan filsafat sejarah.
Pada tahun 1352, ia berkelana ke Barat dan menetap di Fez. Kemudian ia pergi ke Timur menuju Iskandariah dan Kairo. Di sana ia bertemu dengan Mamluk Sultan al-Zhahir Barquq yang menunjuknya menjadi guru besar fikih mazhab Maliki dan hakim agung (qadhi) Mesir. Menjelang akhir hayatnya pada tahun 1401, ia bertemu dengan Timurlane di luar garis perbatasan Damaskus. Timurlane menyambut sang ilmuwan ini dengan antusias, dan mengemukakan minatnya untuk mengangkat Ibnu Khaldun sebagai pejabat pemerintahannya. Namun Ibnu Khaldun menolaknya dan lebih memilih untuk kembali ke Kairo dan melanjutkan pekerjaanya sebagai qadhi dan menulis hingga akhir hayatnya. (Lines/Wicak)