Oleh Thonang Effendi*
Dalam setiap langkah menuju visi besar Indonesia Emas 2045, terdapat peran penting yang sering kali terlupakan tetapi menjadi pondasi utama keberhasilan: ibu. Sebagai “madrasah pertama,” ibu tidak hanya menjadi penjaga rumah tangga, tetapi juga agen transformasi yang menanamkan nilai-nilai luhur pada generasi penerus. Dalam konteks mencetak generasi profesional religius, peran ibu semakin krusial untuk membangun individu yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga berintegritas moral.
Ibu, Pilar Pembentukan Karakter
Sejak dahulu, ungkapan Arab “Al-ummu madrasatul ula” atau “ibu adalah sekolah pertama” menegaskan bahwa pendidikan seorang anak dimulai dari sentuhan dan kasih sayang seorang ibu. Hafiz Ibrahim, seorang penyair Arab, bahkan menyatakan, “Jika ibu dipersiapkan dengan baik, maka generasi yang dilahirkan juga akan unggul.”
Karakter anak-anak terbentuk sejak masa usia dini melalui pola asuh yang diberikan oleh ibu. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Al-Wardah (2019), pendidikan karakter oleh ibu melibatkan tiga aspek utama: pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling), dan tindakan moral (moral action). Pendidikan ini melibatkan kebiasaan baik yang terus-menerus dipraktikkan, mulai dari pengajaran nilai kejujuran hingga empati melalui kasih sayang yang tulus.
Konsep ini sangat relevan dalam membangun 29 karakter luhur yang menjadi fondasi SDM profesional religius. Karakter seperti kejujuran, amanah, kemandirian, dan etos kerja tidak bisa diajarkan secara instan. Ibu menjadi pihak yang pertama kali memperkenalkan nilai-nilai ini melalui pola asuh dan keteladanan.
29 Karakter Luhur Sebagai Pondasi
LDII dalam berbagai program pembinaannya menggarisbawahi pentingnya 29 karakter luhur yang terbagi dalam beberapa pilar: Tri Sukses, 4 Tali Keimanan, 6 Thobiat Luhur, 3 Prinsip Kerja (Bener, Kurup, Janji), 4 Roda Berputar, 5 Syarat Kerukunan, dan 4 Maqodirulloh.
Nilai-nilai ini menjadi peta jalan bagi pembentukan individu yang memiliki keseimbangan antara kompetensi profesional dan kesadaran religius. Ibu, sebagai pengasuh pertama, memiliki tanggung jawab untuk menyemai karakter ini sejak dini. Misalnya:
- Jujur dan amanah: Anak belajar untuk menghargai kepercayaan dari interaksi sehari-hari bersama ibu.
- Kemandirian: Ibu yang memberikan ruang bagi anak untuk mengambil keputusan akan melatih keberanian mereka menghadapi tantangan.
- Syukur dan sabar: Ibu mengajarkan arti menerima dengan ikhlas melalui teladan dalam menghadapi kesulitan.
Mengintegrasikan Profesionalisme dan Religiusitas
Dalam era modern, profesionalisme sering kali dipandang hanya dari sisi kompetensi teknis. Namun, dalam menciptakan SDM unggul untuk Indonesia Emas, keseimbangan dengan nilai-nilai religius menjadi sangat penting. Generasi profesional religius adalah individu yang tidak hanya berprestasi di bidangnya tetapi juga menjaga integritas di setiap langkahnya.
Di sinilah ibu berperan besar. Pola asuh yang berbasis nilai agama dan moral menjadi landasan bagi anak untuk memahami bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari materi, tetapi juga kontribusi sosial dan kejujuran.
Tantangan dalam Pembentukan SDM Unggul
Indonesia, dengan jumlah penduduk terbesar di Asia Tenggara, memiliki potensi besar untuk menciptakan SDM berkualitas. Namun, tantangan globalisasi dan ketimpangan pendidikan sering kali menjadi hambatan.
Peran ibu menjadi semakin strategis dalam mengatasi tantangan ini. Ibu tidak hanya menjadi pendidik pertama, tetapi juga pelatih dalam membentuk resilien mental anak menghadapi perubahan zaman. Dengan pola asuh berbasis nilai-nilai luhur, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang siap bersaing secara global tanpa kehilangan jati diri keindonesiaannya.
Peran Ibu Menghadapi Tantangan Zaman
Di era digital, tantangan ibu menjadi lebih kompleks. Kehadiran media sosial dan konten digital yang beragam dapat memengaruhi pembentukan karakter anak. Oleh karena itu, ibu perlu mengambil peran aktif dalam mengawasi dan membimbing anak untuk memanfaatkan teknologi secara positif.
Penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dengan perhatian dan kasih sayang seorang ibu cenderung memiliki karakter yang lebih baik, termasuk dalam hal kepercayaan diri, kemandirian, dan tanggung jawab.
Menyiapkan Generasi untuk Indonesia Emas 2045
Visi Indonesia Emas 2045 menuntut SDM yang tidak hanya unggul secara teknis, tetapi juga bermoral. Dalam konteks ini, ibu memiliki peran sebagai katalis yang memperkuat tiga pilar utama: kompetensi, karakter, dan keimanan.
Menurut data BPS, pada tahun 2022, Indonesia memiliki sekitar 27 persen penduduk berusia muda yang menjadi bonus demografi potensial. Namun, tanpa pembentukan karakter yang kuat, bonus ini bisa menjadi bumerang. Di sinilah peran ibu sangat penting sebagai agen pembentuk moral dan karakter.
Pentingnya kontribusi ibu bukan hanya pada lingkup keluarga, tetapi juga pada pembangunan bangsa. Dengan menanamkan 29 karakter luhur sebagai bagian dari pendidikan sehari-hari, ibu telah berkontribusi pada penciptaan generasi yang memiliki daya saing global sekaligus menjadi benteng moral bagi bangsa.
Penutup
Di tengah arus globalisasi yang kerap membawa tantangan moral dan etika, peran ibu sebagai pembentuk karakter menjadi semakin penting. Ibu tidak hanya melahirkan, tetapi juga membangun pondasi kokoh bagi generasi profesional religius.
Dengan ketekunan dan kasih sayang, ibu memiliki kekuatan untuk menciptakan generasi unggul yang akan memimpin Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. Mari kita apresiasi dan dukung peran ibu, sang pilar utama yang menjadi harapan bangsa.
Ibu adalah kunci keberhasilan dalam membentuk generasi profesional religius yang menjadi pilar Indonesia Emas 2045. Dengan cinta, keteladanan, dan pendidikan nilai yang konsisten, ibu dapat mencetak anak-anak yang tidak hanya cerdas dan kompeten, tetapi juga memiliki kepribadian yang kokoh.
Sebagai bangsa, sudah sepatutnya kita memberikan apresiasi dan dukungan penuh terhadap peran ibu, baik melalui pendidikan, program pembinaan, maupun kebijakan yang mendukung pemberdayaan perempuan. Karena di tangan merekalah, masa depan bangsa ini berada.
*Thonang Effendi adalah Ketua Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan (PUP) DPP LDII.
Semoga pendidikan yang dimulai dari rumah, Alloh paring sukses manfaat dan barokah, guna melahirkan generasi penerus yang profesional religius.
Alkhamdulillah jaza kumulohu khoiro
Materi yg sangat bagus dan luar biasa kami harapkan di sosialisasi ke pengajian ibu ” di masing ” kelompok..kami tunggu mater nya.
Alhamdulillah jaza kaullohuqoiro. Materi yang sangat bagus , smg generasi penerus semakin cerdas dan berahklak mulia berkat madrasah pertama dari ibu, aamiin
Ibu sebagai madrosatul’ula bagi anak-anaknya…
Semoga barokah
Alhamdulillah jaza kallahu khoiro pak Thonang 🙏🙏🙏