Assalammu Alaikum Wr.Wb
Ada sebuah kisah yang pernah saya baca dalam cerita perwayangan, yaitu; seorang Werkudara alias Bima dari tokoh Pandawa Lima, yang pergi ke kedalaman hutan guna mencari ilmu sejati bernama “Sangkan Paraning Dumadi” yang bertempat di “Kayugung Susuhe Angin”. Yang berada dibawah “Gunung Candradimuka” Pencarian itu diperintah oleh guru spiritual Bima, bernama Durna.
Sampailah Bima pada hutan dan mulai bertanya pada penduduk disitu dimana gunung yang Candradimuka itu berada? Tak ada satupun penduduk yang tahu, tentunya. Karena selain nama itu asing, penduduk setempat baru saja mendengar nama tersebut dari mulut Bima.
Bima tak putus asa, dia terus mencari dan terus menanyai penduduk sekitar, tak lupa juga lelaku dan tapa brata yang sering diajarkan oleh gurunya, sekaligus ayahandanya Pendeta Durna. Akhirnya suatu hari dia bertemu orang tua yang berjalan pelan sekali, karena rasa ingin tahunya semakin besar tak pelak orang tua tersebut juga ditanyai perihal masalahnya.
Akhirnya orang tua tersebut langsung mencerca dengan pertanyaan:” Hai Bima, apa yang kau cari?” tanya orang itu, “Aku mencari Sangkan Paraning Dumadi yang berada di Kayugung Susuhe Angin tepat dibawah gunung CandraDimuka yang berlobang 2 dasarnya” jawab Bima dengan detil, “untuk apa kau mencarinya?” orang tua itu seakan tak puas: “untuk mencari ilmu sejati” Bima semakin yakin dengan jawabannya. “Setelah Ilmu sejati engkau dapatkan, apa yang kaucari?” “Ketentraman”.
“Ketahuilah hai Bima, gunung candra dimuka adalah perumpamaan; gunung artinya hidung yang lobangnya ada dua, candra artinya penglihatan mu, muka adalah wajahmu sedangkan susuhe angin adalah masuk keluarnya nafasmu. Jika kau mengatur keluar masuk nafasmu seraya mengingat akan Tuhan, maka engkau sudah melangkah kesana, dan ilmu sangkan paraning dumadi hanyalah ilmu para raja jelas orang tua tersebut.
Seketika itu Bima menangis, mengetahui keadaanya yang bukan Raja; seakan mengerti tangisannya, orang tua itu melanjutkan penjelasannya, Raja artinya adalah hatimu sendiri, sedangkan rakyatnya adalah tubuhmu, tangan sebagai menteri, kaki sebagai jenderal dan pikiran sebagai panglima. Jika mereka bersitegang, mereka akan berperang, memaksakan kehendaknya sendiri hingga timbullah perang Barathayuda.
“Sekarang pergilah pulang dan carilah ilmu sejati didalam dirimu, tapi ingat !!! Engkau harus punya Guru Rohani, karena dedengkot setan tidak suka melihat anak manusia mempunyai ilmu sangkan paraning dumadi”. Tambah orang tua itu lebih jelas”Saya sudah punya guru, yaitu pendeta durna”. “Baguslah kalau begitu” Lalu orang tua itu meninggalkan Bima sendirian.
Ternyata Dalam cerita pewayangan saja,mensyaratkan adanya guru untuk ilmu tinggi dalam rangka ketenangan dan ketentraman hati.Apalagi kalau itu adalah ilmu dari Allah,dibutuhkan Guru yang mengerti dan menterjemahkan kata Demi kata,ayat Demi ayat dan makna yang tersirat dalam Kitab Suci,yang pasti di dalam Al-Quranlah, INTI DARI ILMU KETENANGAN HATI.Tanpa guru yang mengajarkan dengan benar, bisa jadi…bukan ketentraman hati yang didapat,malah kesesatan yang kita jumpai.
Saat ini ditengah musibah saudara kita di Sumatera,ilmu ketentraman ini sangat dibutuhkan untuk jiwa jiwa yang sedang lara dan nestapa ini.Karena cobaan ini sangatlah berat,perlu ketenangan dan ketentraman hati menyikapinya.Semoga saudara kita yang tertimpa musibah diberi kekuatan.Amin….
Oleh: Tito Irawan
Alhamdulillahi Jazakumullahukhoiro