Rasanya terlahir kembali. Setelah seminggu lebih bertaraweh, baru sekali ini hati saya terhanyut. Trenyuh. Haru. Dan ingin berlama – lama tarawehnya. Indah. Syahdu. Berharap jangan cepat selesai. Merdu suaranya. Berharap mengalami peristiwa seperti ini selamanya. Seperti mendapatkan suasana seperti di Makkah – Madinah. Sayang, kesempatan yang seperti itu jarang terjadi. Dan cepat selesai. Itulah sifat dunia, yang nggak langgeng adanya.
Malam itu, datanglah Kyai yang ganteng. Berbaju rapih, putih dan semerbak wangi. Harum. Kemudian qomat diperdengarkan. Dan selesai takbir, mengalunlah fatihah darinya. Indah, bagus, merdu dan membuat hati ini benar – benar khusyu’ sholat. Menyimak bacaannya jadi sumendal. Rasa lelah dan gelisah hilang. Hati gemetar mendengar ayat – ayat yang dibacakan. Begitu berarti dan susah untuk diungkapkan. Ya imam sholat itu benar – benar telah menegakkan sholat dengan seksama.
Maka tak heran kalau Nabi berwasiat, yang jadi imam adalah yang ahli baca diantara kalian. Maksudnya, kalau ada ya jadi imam itu yang indah lagunya dan merdu vokalnya, sehingga bisa menuntun hati jamaahnya untuk khusyu’. Dan malam itu benar – benar anugrah yang tak terlupakan. Saya bisa berjamaah dengan imam yang bagus bacaannya dan ganteng orangnya. Melebihi dunia seisinya.
Semua, kita hidup dalam keberagaman. Dan keindahan adalah salah satunya. Keindahan adalah universal. Dan ketika menjumpai keindahan bacaan dalam sholat adalah hal yang tak ternilai adanya. Sungguh menggugah, menghanyutkan dan menggetarkan hati untuk selalu ingat – ”bersenang – senang bercengkrama” – padaNya.
Oleh :Faizunal Abdillah